31 - Marvel Sakit

244 24 1
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca 💚



***


Kayla rasa, tidak ada salahnya jika ia mencoba memencet bel unit di sebelahnya. Siapa tahu Marvel memang belum berangkat. Jadi, ia bisa melanjurkan rencananya untuk memberikan muffin buatannya sebelum Marvel pergi.

Kayla memencet bel hingga dua kali. Namun, masih tidak ada tanda kehidupan di dalam sana. Mungkinkah, sebenarnya Marvel sudah berangkat, tapi tadi sempat mampir ke suatu tempat sehingga saat Kayla bertanya pada orang kantor, pria itu masih belum tiba di ruangannya?

Kayla menghela napas lesu. Sepertinya, unit di sampingnya memang sudah kosong. Ia pun berencana kembali masuk ke unitnya, sebelum ia mendengar suara pintu terbuka dari arah belakang.

Kayla memincingkan matanya saat melihat sosok yang ia cari masih mengenakan setelan santai. Padahal, sekarang sudah masuk jam kerja. Harusnya Marvel sudah tiba di kantor, atau minimal sudah berpakaian rapi siap untuk berangkat. Namun, alih-alih berangkat ke kantor, pria itu bahkan masih tampak begitu berantakan dengan mata yang merah seperti baru saja bangun tidur.

Lelaki itu menatap Kayla dengan dingin, membuat suasana menjadi canggung untuk beberapa waktu. Lalu, Kayla berinisiatif untuk segera menyodorkan kuenya.

“Pak Marvel suka muffin? Ini saya ada oleh-oleh muffin buat Bapak. Masih cukup hangat, kok. Makin cepat dimakan akan makin enak,” tawar Kayla.

Sorot tajam Marvel masih tertuju pada wajah Kayla, membuat gadis itu mengernyit tidak mengerti.

“Apa dia marah karena merasa aku mengganggu istirahatnya?” pikir Kayla sambil memperhatikan penampilan Marvel yang seperti orang baru bangun tidur. “Tapi ini kan udah jam kantor. Masa iya dia baru bangun? Nggak biasanya banget.”

“Pak Marvel nggak ke kantor? Apa Pak Marvel- eh, Pak!” Kayla memegangi bahu Marvel saat melihat pria itu limbrung seperti akan jatuh. Namun, setelah Marvel dapat berdiri tegap kembali, pria itu melepaskan tangan Kayla yang ada di lengannya.

Dari sana, Kayla baru sadar jika ada yang tidak beres dengan atasannya itu. “Pak Marvel lagi demam?”

Marvel mengabaikan ucapan Kayla. Bahkan, muffin yang tadi Kayla sodorkan ia abaikan begitu saja. Lelaki itu berbalik, dan melangkah gontai masuk apartemennya.

“Masuk!”

“Ya?”

Mata Kayla membulat. Ia tidak salah dengar, kan? Baru saja, Marvel mempersilakannya untuk masuk? Masuk ke apartemen pria itu???

Kayla merasa ragu. Mengingat sikap aneh bin menyebalkan Marvel sebelum-sebelumnya membuat ia enggan untuk masuk. Menurutnya, terkadang Marvel bisa menjadi sosok yang berbahaya untuknya. Sehingga Kayla harus berpikir ribuan kali untuk memasuki kawasan teritorial pria itu.

Lalu, tatapan Kayla jatuh pada bag di tangannya. Sayang sekali jika keempat muffin itu terbuang sia-sia. Lagi pula, Kayla masih merasa berhutang rasa terima kasih pada Marvel yang sudah merawatnya saat ia sakit kemarin.

“Apa ini cara untuk membalas kebaikannya kemarin?” pikir Kayla.

“Kalau tidak mau masuk, tutup saja pintunya!”

Suara Marvel kembali terdengar. Mendengar suara itu, Kayla pun memantabkan hati untuk melangkah maju. Ia menutup pintu unit milik Marvel itu … dari dalam.

Ya. Akhirnya, Kayla memutuskan untuk masuk. Ia pikir, mungkin ini waktu yang tepat baginya untuk membalas kebaikan Marvel. Lagi pula, pria itu sedang sakit. Harusnya dia tidak akan punya pikiran untuk tiba-tiba menyerang Kayla, kan?

Unexpected FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang