30 - Gift

292 32 1
                                    

Mon maap ngaret...

Yuk ramaikan! Jangan lupa vote sebelum baca 💚

***

Marvel memberi Kayla libur dua hari karena kaki gadis itu yang masih sakit. Ia ingin, Kayla beristirahat dulu hingga kondisinya membaik. Namun, gadis itu malah menggunakan waktu liburnya untuk pulang. Sang ayah yang baru saja selesai dari dinas malamnya, menawarkan diri untuk menjemput Kayla di apartemen. Dan Kayla tidak kuasa untuk menolak tawaran menggiurkan itu.

Selama di rumah, Kayla begitu dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Mereka menganggap luka Kayla begitu serius, sampai jalan dari satu ruangan ke ruangan lain pun harus mereka rangkul.

Namun, Kayla juga cukup bersyukur, karena berkat luka itu, ia bisa memiliki waktu untuk berkumpul kembali dengan keluarganya. Terlebih, kakaknya langsung pulang hari itu juga setelah tahu jika Kayla sedang terluka.

Selasa pagi, Kayla bangun lebih awal dari biasanya. Ia menuju ke dapur untuk membuat muffin berdasarkan video tutorial yang ia tonton semalam.

“Kay!”

Suara itu membuat Kayla terkejut hingga tanpa sengaja tangannya menyentuh dinding oven.

“Ah! Ada-ada saja ujian orang mau belajar,” keluh Kayla.

“Eh? Kakak ngagetin kamu, ya?” Buru-buru Thalia mendekati adiknya. Ia melihat luka baru di tangan adiknya yang ia sebabkan. “Kay, maaf. Kakak bener-bener nggak sengaja. Gimana dong ini?”

“Udah, nggak papa. Cuma melepuh dikit aja,” balas Kayla.

“Nggak mau diobatin?”

“Nanti biar aku minta salep ke Papa. Nggak papa, nggak parah juga ini,” balas Kayla.

Thalia menghela napas lega mengetahui luka adiknya tidak parah. “Lagian kamu ngagetin aja. Ngapain coba, tiba-tiba udah di dapur jam segini? Buka-buka oven lagi.”

Kayla memutar bola matanya malas. “Nggak lihat, tuh, aku lagi belajar bikin muffin?”

“Hah?” Thalia menatap isi oven yang terbuka itu. Lalu, pandangannya beralih ke arah Kayla, menatap Kayla dengan tatapan tak percaya. “Serius kamu yang buat? Mau diapain? Aneh-aneh aja.”

“Ya buat … buat …” Kayla mendadak gagu. Ia jadi heran dengan dirinya sendiri yang sejak semalam tiba-tiba memikirkan Marvel. Ia merasa aneh karena Marvel yang tidak menghubunginya sejak kemarin. Bahkan, beberapa kali ia mengetik pesan yang rencananya akan ia kirim pada pria itu. Namun, ia terus menghapusnya kembali karena merasa tidak punya topik pembicaraan yang jelas.

Diamnya Kayla membuat kerutan di kening Thalia semakin tebal. “Buat apa?” ulangnya.

“Y- ya buat dimakan bareng-bareng. Semalam aku iseng lihat tutorial masak, eh tiba-tiba nemu tutorial bikin muffin. Dan aku ngerasa itu cukup gampang, jadi penasaran aja,” alibi Kayla.

Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah, ia berencana membuat muffin dan memberikannya pada Marvel sebagai ucapan terima kasih atas bantuan pria itu dua hari kemarin.

Sebenarnya, Thalia tidak bisa percaya begitu saja pada alasan yang dibuat adiknya. Namun, mencium aroma lezat yang muncul dari dalam oven membuat imannya goyah. “Oh … bagus deh. Kalau gitu, Kakak icip satu, ya!”

“JANGAN!” teriak Kayla. Ia menampik tangan kakaknya. Pasalnya, ia hanya membuat empat muffin yang sudah pas untuk ia kemas seperti yang ada pada tutorial.

“Lah, katanya buat dimakan bareng? Ini ada empat, kan pas. Papa satu, Mama satu, kamu sama Kakak masing-masing satu,” heran Thalia.

“Pokoknya nggak boleh. Ini udah pas.”

Unexpected FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang