Jangan lupa vote sebelum baca, ya... 💚
Maaf ngaret, beberapa waktu ini memang lagi terkendala buat nulis agak banyak. Tapi semoga ke depannya bisa segera update rutin lagi🙏
***
Suasana ruangan menjadi canggung setelah sekretaris Marvel yang bernama Bella memasuki ruangan Marvel. Marvel duduk di kursi kerjanya.. Sesekali, matanya melirik ke arah Kayla yang tampak sibuk dengan komputernya. Padahal, Marvel belum memberi pekerjaan apapun pada gadis itu.
“Oh iya, Kay, ini jadwal Pak Marvel minggu ini, ya. Kalau ada yang mau kamu tanyakan, bisa ke meja saya di depan!” pesan Bella, sebelum keluar dari ruang kerja Marvel.
“Baik, Mbak. Makasih,” ungkap Kayla.
Setelah kepergian Bella, Marvel langsung mendekat ke arah meja kerja asisten barunya itu. Kayla kembali siaga. Gadis itu menatap bosnya dengan sinis hingga akhirnya Marvel berhenti di depan meja kerjanya.
“Mohon kerja samanya ya, Pak Marvel! Ini jam kerja dan saya masih harus menyelesaikan tugas dari Mbak Bella terkait kegiatan Bapak dan file-file yang harus saya sortir. Jadi, mohon jangan ganggu!” ketus Kayla.
Marvel tampak kesal dengan ucapan Kayla. Ia pikir, hubungannya dengan Kayla akan membaik. Namun, gadis itu masih menunjukkan penolakan secara terang-terangan terhadapnya.
***
Kayla benar-benar tidak bisa menjauh dari Marvel. Bahkan, sekadar menikmati jam istirahat makan siangnya pun tidak bisa, karena Marvel yang ingin makan bersama dengannya.
Kayla tetap bersikap dingin. Ia bahkan menghindari dari adu tatap dengan pria itu. Namun, Marvel yang cukup peka, selalu berhasil membuat interaksi di antara mereka tidak terputus.
Saat telinganya mendengar ocehan Marvel, indera penglihatannya tanpa sengaja menangkap keberadaan sosok yang cukup familiar baginya. Sosok itu akhirnya juga menyadari keberadaan Kayla. Ia tersenyum lebar, lalu menghampiri Kayla dan sosok pria yang membelakanginya.
“Hay, Kay!”
Marvel menoleh sinis saat mendengar suara maskulin menyapa gadis di hadapannya. Alisnya makin menukik tajam saat ia menyadari orang itu adalah pria yang kemarin bertemu dengan mereka di pantai.
“Kamu kerja di sekitar sini juga?” tanya Kayla pada pria itu - Ibra.
“Kebetulan lagi survey.”
“Survey apa? Oh iya, duduk, Ib!”
Ibra duduk di antara Kayla dan Marvel yang saling berhadapan. Pria itu menatap Marvel ramah, kemudian mengulurkan tangannya. “Ibra.”
Marvel masih saja bersikap sinis. Ia tidak membalas uluran tangan Ibra, membuat pria itu menurunkannya dengan ekspresi bingung. Ibra berdehem, teringat akan pertanyaan Kayla yang belum sempat ia jawab.
“Survey resto. Mau lihat laporan dan lain-lain. Kebetulan resto ini punya keluargaku. Kamu kerja di daerah sini? Kalau kamu sering makan di sini, nanti aku kasih tahu manajer di sini biar kasih kamu harga khusus, gimana?”
“Eh, jang-”
“Dia akan selalu makan siang sama saya. Jadi, Anda nggak usah khawatirin urusan biaya makan dia. Uang saya masih lebih dari cukup buat bayar penuh makan siang dia setiap hari,” sahut Marvel sinis.
Kayla mendelik kaget. Ia langsung menyenggol kaki Marvel yang ada di bawah meja, memperingatkan pria itu agar lebih berhati-hati dalam bicara.
“Dia …”
“Bos aku. Kebetulan belum lama ini aku diterima kerja di daerah sini. Dan dia bos aku. Ingat, kan, yang kemarin sama aku di pantai,” kata Kayla.
Ibra mengangguk lalu memperhatikan penampilan Marvel dari atas hingga bawah. “Bos kamu ternyata nggak seburuk yang aku pikir.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Feeling
ChickLit"Kalau bukan gara-gara dare dari teman-temanku, aku juga nggak sudi kali ngejar-ngejar cowok muka tembok kayak kamu!" Kayla tidak sampai berpikir bahwa lelaki yang ia beri umpatan di hari terakhir liburannya itu ternyata adalah anak bosnya. Terlebi...