25 - Undangan Makan Malam

361 33 2
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca 💚


***

Hubungan Kayla dan Ibra semakin hari semakin dekat. Keduanya semakin intens berkomunikasi. Sesekali, Ibra juga mengajak Kayla untuk makan malam bersama. Apalagi, keluarga mereka juga tampak mendukung kedekatan itu. Bahkan, beberapa kali Mama Nana menanyakan kabar Ibra lewat Kayla.

“Weekend besok ajak lah Nak Ibranya ke sini! Sebagai gantinya, kamu boleh kok request minta masakin apa aja sama Mama,” tawar Mama Nana.

Saat ini, Kayla sedang teleponan dengan ibunya. Sejak Marvel mulai jaga jarak darinya, Kayla jadi merasa punya banyak waktu luang hingga ia merasa bosan dan mulai membiasakan diri melakukan hal-hal yang biasanya jarang ia lakukan.

“Nggak bisa, Ma. Aku lupa bilang, ya? Aku dari Jumat sore sampai Minggu ada acara. Nah, Minggu sorenya nggak tahu deh besok bisa pulang enggak. Kalau nggak bisa, janji, minggu depannya aku baru pulang,” terang Kayla.

“Tempat kerja kamu nggak libur weekend gitu? Kok kamu mau, sih?”

“Ya gimana? Namanya juga tuntutan kerjaan. Sebenarnya bukan acara kantor, sih. Cuma mau meeting aja Sabtunya itu sama client, terus Minggu survey lapangan proyek gitu. Dan karena Kayla asisten, ya jadi harus ikut dong, bos mau ke mana aja,” balas Kayla.

Terdengar helaan napas dari seberang telepon. Kayla cukup heran. Tidak biasanya ibunya sangat menantikan kepulangannya seperti sekarang. Biasanya Mama Nana tidak pernah menuntut kapan Kayla harus pulang. Beliau tahu, putrinya sudah beranjak dewasa, punya urusan sendiri, dan bisa menentukan mana yang harus lebih diprioritaskan.

Namun, untuk kali ini, Kayla bisa menangkap gelagat adanya rasa kecewa dari ibunya setelah mengetahui jika kemungkinan ia tidak bisa pulang akhir pekan ini.

“Mama nggak lagi sakit, kan?” tanya Kayla khawatir. Ia pikir, mungkin saja ibunya sedang merasa tidak sehat sehingga ingin dijenguk oleh putrinya.

“Nggak harus nunggu Mama sakit, kan, kalau Mama kangen pengen ketemu anak Mama sendiri?”

“Bukan gitu. Cuma Kayla ngerasa nggak biasanya aja Mama kayak pengen banget Kayla pulang gini. Kalau cuma kangen kan Mama juga bisa aja ke apartemen Kayla kapan pun Mama mau. Nggak sampai satu jam juga.”

Lagi-lagi, Mama Nana menghela napas panjang. “Ya kan beda kalau ada Nak Ibra. Maksudnya, Mama mau sekalian bilang makasih juga ke Nak Ibra karena sudah jagain kamu dari dekat.”

Kayla mengangguk mengerti. “Kayla ngerti, Ma. Minggu depan janji deh Kayla bakalan pulang dan ajak Ibra juga. Nggak papa kan, kepulangan Kayla Kayla tunda satu minggu?”

“Ya udah nggak papa. Yang penting, jaga kesehatan kamu! Jangan overwork juga! Itu kamu kerja di akhir pekan dapat uang lemburan, kan? Kalau enggak, coba tegasin kalau kamu nggak mau aja! Jangan mau dieksploitasi pokoknya, mentang-mentang kamu anak baru!”

Kayla terkekeh mendengar kekhawatiran ibunya.

“Mama serius loh, Kay … kerja itu ya sesuai peraturan aja! Peraturan kerja kan ada jamnya, ada batas-batasannya juga.”

“Iya iya, Mama sayang. Kayla ngerti kok. Lagian ini juga memang masih jobdesk Kayla, makanya Kayla nggak bisa nolak. Kalau yang bukan jobdesk Kayla, Kayla pasti juga bakal berusaha buat nolak kalau nggak ada bonus-bonusnya,” balas Kayla.

“Bagus. Ya udah, sekarang tidur! Besok kerja, kan?”

Kayla mengangguk meski ia tahu ibunya tidak akan bisa melihatnya. Setelah itu, sambungan telepon pun terputus. Ia memeriksa halaman pesannya, lalu membalas beberapa pesan masuk, termasuk di grupnya dengan sahabat-sahabatnya yang cukup ramai. Ternyata mereka sedang mengagendakan pertemuan lagi dan sekarang sedang membahas tanggalnya.

Unexpected FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang