17 - Mengikis Jarak

428 31 1
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca yaaa💚


***


Kayla berdiri tidak nyaman saat dirinya berada di dalam lift bersama bosnya. Harusnya, hari ini dia libur. Ia juga sudah berjanji pada Ibra untuk menemani pria itu survey unit di gedung ini. Namun, Marvel malah menyuruhnya ikut ke kegiatan pria itu.

Getar di ponsel Kayla membuat pria yang berdiri di sampingnya menoleh. Kayla menggeser tubuhnya menjauh hingga menempel pada dinding lift. Lalu, ia mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya itu.

“Kamu belum baca chat aku, ya?” tanya Kayla dengan volume seperti berbisik agar tidak didengar oleh Marvel. Namun, pria yang kelewat peka itu diam-diam memperhatikan Kayla dari pantulan pintu logam di hadapan mereka.

“Kamu chat aku? Belum sempat. Tadi aku masih di jalan, dan ini baru sampai. Memang kenapa, Kay?”

“Eh, kamu udah sampai?”

“Iya. Ini masih di basement. Ada apa?”

Kayla menggigit bibir bawahnya. Jika Ibra berada di basement, maka kemungkinan mereka akan bertemu sebentar lagi. Karena sekarang, Kayla dan Marvel juga sedang menuju ke basement untuk mengambil mobil Marvel.

Ting

Pintu lift akhirnya terbuka. Tubuh Kayla membeku saat dirinya berhadapan dengan pria yang sedang mengobrol dengannya melalui sambungan telepon. Pria itu tersenyum manis padanya. Ia langsung mematikan sambungan teleponnya, dan fokus pada gadis di depannya.

“Kamu kok bisa ada di sini?” Ibra menatap penampilan Kayla dari atas hingga bawah. Dan akhirnya ia sadar, jika Kayla tidak sendirian di dalam lift. “Kamu ada urusan mendadak hari ini?”

Kayla mengangguk cepat. Ekspresi wajahnya tampak memelas. Ia merasa tidak enak pada Ibra yang sudah terlanjur datang, tetapi ia malah harus mengingkari janjinya.

Marvel memegang tangan Kayla, membuat gadis berusia dua puluh tiga tahun itu terperanjat kaget. Marvel menarik tangan Kayla untuk keluar dari lift. Ibra memutar tubuhnya untuk kembali menghadap ke arah Kayla dan pria yang bersamanya.

“Ib, maaf banget. Aku nggak bisa menemani kamu hari ini. Tiba-tiba ada kerjaan mendadak,” lirih Kayla tidak enak.

“Urusan kerjaan?”

Kayla mengangguk ragu. Ia sendiri bingung, pekerjaan seperti apa yang akan Marvel lakukan di akhir pekan seperti ini. Padahal, setahunya perusahaan mereka juga tidak sedang ada proyek besar yang akan terlalu menguras waktu.

Ibra menatap Marvel dengan tatapan tidak ramah, seolah bisa merasakan jika Marvel sedang memonopoli Kayla dan sengaja memperkerjakan Kayla di hari libur.

“Sudah mengobrolnya?” tanya Marvel.

Kayla hanya diam. Saat Marvel kembali menggandeng tangan Kayla dan membawanya berjalan, Ibra menahan satu lengan Kayla yang lain hingga membuat langkah gadis itu terhenti. Marvel ikut menoleh. Ekspresinya menunjukkan jika ia merasa terganggu dengan teman laki-laki Kayla itu.

“Ini weekend loh. Apa Kayla nggak boleh menikmati libur akhir pekannya? Biar bagaimana pun itu kan hak dia. Dia sudah bekerja keras lima hari dalam seminggu. Masa di akhir pekan seperti ini dia juga masih harus mengikuti ke mana pun Anda pergi?” sinis Ibra.

“Saya rasa saya yang lebih tahu tentang jobdesk Kayla dan jam kerjanya. Lagi pula, saya juga nggak memperkerjakan dia di akhir pekan dengan cuma-cuma, kok. Semua tercatat rapi dan dia akan mendapat hak uang lemburnya saat gajian nanti,” terang Marvel.

Ibra menatap Kayla yang tampak sudah pasrah. “Ib, nggak papa kan kalau besok aja kamu ke sini lagi? Atau kalau enggak, kamu sendiri dulu aja, ya! Maaf banget.”

Unexpected FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang