18 - Hampir Baper

324 29 2
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca 💚

***

Karena Kayla yang keras kepala tidak mau memilih pakaian sendiri, akhirnya Marvel harus turun tangan memilihkan beberapa potong kain untuk gadis itu. Marvel berkeliling, mengambil beberapa pakaian yang menurutnya cocok untuk Kayla, lalu menyuruh seorang petugas toko membungkusnya.

Setelah itu, mereka pergi ke bagian gaun pesta. Marvel memilih sekitar lima gaun lalu menyerahkannya secara paksa pada Kayla.

“Coba satu per satu, lalu tunjukkan padaku!”

Kayla mendengus sebal. “Aku nggak butuh gaun baru. Aku masih ada, kok.”

“Ini perintah!”

“Tapi kan acara nanti-”

“Kamu kan akan datang sebagai pasanganku. Jadi aku harus pastikan kalau kamu memakai sesuatu yang layak dan cocok dengan acara nanti malam,” potong Marvel.

Kayla memasang raut memelas. “Tapi ini nggak akan dipotong gaji atau tunjanganku, kan? Yang tadi juga enggak, kan? Kalau aku harus ganti uangnya dengan cara potong gaji, mending aku nggak datang ke pesta Pak Raffi sekalian.”

Marvel tersenyum miring. Ia pikir, mungkin itu yang membuat Kayla tampak resah sejak tadi.

“Enggak akan. Gaji, bonus dan tunjangan kamu aman,” jawab Marvel.

Kayla menghela napas lega. Lalu, ia segera beralih ke ruang ganti membawa lima potong gaun yang Marvel pilihkan untuknya.

Kayla mencoba satu per satu gaun yang Marvel pilihkan, lalu menunjukkannya pada pria itu yang menunggunya di depan ruang ganti. Pilihan Marvel akhirnya jatuh pada gaun selutut dengan warna putih gading yang elegan. Jujur, Kayla juga paling menyukai gaun itu dibanding empat yang lainnya. Karena desainnya simpel, tapi tampak pas di tubuhnya.

“Totalnya lima puluh enam juta empat ratus ribu. Mau pakai kartu kredit atau-” Marvel menyerahkan salah satu kartu kreditnya sebelum petugas kasir selesai bicara.

Berbeda dengan Marvel yang tampak santai, Kayla langsung membulatkan matanya mendengar total belanjaan mereka di toko ini.

Setelah keluar dari toko, Kayla menatap kembali paper bag di tangannya. Semua yang ada di sana adalah miliknya. Karena tiga potong pakaian yang Marvel beli sudah dibawa sendiri oleh pria itu.

“Jalannya bisa cepat sedikit? Aku ada janji ketemu rekan bisnisku jam makan siang ini,” tegur Marvel, karena Kayla yang berjalan lambat dan tertinggal jauh di belakangnya.

Kayla yang mendengar suara itu, lantas berlari kecil menyusul bosnya. Ia berdiri di depan Marvel sambil mengangkat belanjaan di tangannya.

“Serius ini semua lebih dari lima puluh juta?”

“Kamu tadi dengar sendiri, kan? Lagi pula, memangnya kenapa?”

“Kamu habis beliin aku pakaian lima puluh juta dan tanya kenapa?” heran Kayla.

Ia masih was-was, takut jika gajinya akan dipotong secara tiba-tiba untuk mengganti biaya belanja mereka hari ini. Lagi pula, Kayla tidak pernah tahu jika ada perusahaan yang memberikan tunjangan sebesar ini secara cuma-cuma hanya untuk pakaian satu pegawainya.

Marvel tampak berpikir, seolah apa yang Kayla ucapkan adalah sesuatu yang sangat rumit. “Kamu butuh tas dan sepatu? Alat make up? Kalau mau beli sekalian-”

“BUKAN ITU!” sentak Kayla. “Kamu yakin aku nggak akan dituntut buat gantiin uangnya pakai gaji aku, kan? Lima puluh enam juta, itu gajiku selama beberapa bulan …”

Unexpected FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang