Ragil berdiri di depan warung yang sepi seperti hati yang ditinggal pacar, pintunya tertutup rapat seolah menyimpan rahasia di dalamnya
Danu yang berlari di belakangnya hampir saja menabrak Ragil, seperti mobil yang remnya blong, karena tiba-tiba Ragil berhenti tanpa peringatan.
"Eh, kenapa berhenti? Mau jadi patung?" serunya sambil berusaha menyeimbangkan diri.
"Eh, Gil, kenapa warungnya kayaknya lagi libur nasional?" tanya Danu sambil mengintip dari belakang Ragil, seolah-olah dia sedang mencari harta karun yang hilang.
"Apa kita datang sebelum jam buka, ya?"
Ragil menggelengkan kepala dengan ekspresi bingung, "Tapi biasanya, jam segini, warung ini udah kayak pasar malam, penuh orang ngopi!"
Dengan rasa ingin tahu yang menggebu, Ragil mulai melirik ke kiri dan kanan, berharap menemukan pemilik warung yang mungkin sedang bersembunyi di balik tumpukan biji kopi.
"Yu... Yu Jem, kenapa sih warungnya masih tutup?" teriak Ragil dengan suara yang bisa bikin burung-burung terbang ketakutan.
Ia melangkah ke samping warung, berharap bisa menemukan Yu Jem yang mungkin lagi asyik nonton sinetron di dalam rumah.
Danu, yang mengikuti di belakangnya, tampak seperti detektif yang lagi nyari petunjuk. Ragil berhenti sejenak, mendengar suara obrolan samar dari dalam rumah, tapi percakapan itu lebih misterius daripada film thriller.
"Kayaknya Yu Jem ada di dalam, yuk kita ketuk pintunya, siapa tahu dia lagi ada tamu," ajak Ragil dengan semangat.
"Yu Jem...., warungnya belum buka Yu?" teriak Ragil lagi sambil mengetuk pintu samping rumah
Suara obrolan di dalam rumah tiba-tiba terhenti, hanya terdengar tawa perempuan yang lembut, seperti suara angin yang berbisik.
"Siapa?"
Tak lama kemudian, langkah kaki terdengar mendekat, dan pintu pun terbuka lebar, memperlihatkan seorang perempuan paruh baya yang tersenyum manis, seolah-olah baru saja memenangkan lomba senyum terindah.
Dengan kebaya yang sedikit terbuka dan rambut basah tergerai, dia menatap Ragil dan Danu dengan senyuman yang bisa bikin jantung berdebar.
"Oh, kamu Gil! Hari ini warung tutup, saya harus membantu Sumi bikin kue untuk pernikahannya minggu depan," ujarnya sambil mengedipkan mata, seolah-olah kue itu adalah rahasia besar yang hanya bisa diungkapkan kepada orang-orang terpilih.
Yu Jem masih memandang dua pemuda itu dengan senyum nakal, matanya terpaku pada otot-otot lengan Ragil yang kekar, seolah-olah sedang mengagumi patung marmer.
Namun, pandangannya tak berhenti di situ, ia pun menurunkan tatapannya ke arah selangkangan Ragil dengan keberanian yang luar biasa, seolah-olah itu adalah pemandangan yang paling menarik di dunia.
Ragil yang merasakan tatapan tajam itu mulai merasa canggung, seperti ikan yang terjebak di dalam jaring, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang.
Dengan dua tangan yang berusaha menutupi area sensitifnya, ia berdiri dengan pose ngapurancang
"Mbak Yu, aku mau beli garam sama cabai, dan Danu di sini pengen ngopi," kata Ragil sambil menarik Danu ke arah Yu Jem yang berdiri dengan anggun.
Danu, dengan senyum yang lebih mirip ikan mas, tidak bisa berhenti melirik Yu Jem, terutama bagian dada atas yang terbuka, seolah-olah ada iklan produk kecantikan yang bersinar di sana.
Yu Jem, dengan gaya percaya diri, mengangkat dadanya seolah-olah berkata, "Lihatlah, Danu! Ini adalah pemandangan yang tidak boleh kamu lewatkan!"
Danu, yang sudah terpesona, berusaha keras untuk tidak terjatuh dari pesonanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Semata Wayang BL Series (21+)
RomanceWarning! Cerita BL (21+) Bersambung! Peringatan cerita ini mengandung unsur percintaan sesama jenis (Gay), mengandung plot drama 21++, dan seksualitas secara eksplisit, bagi yang tidak berkenan dari awal dan di bawah umur 18, JANGAN DIBUKA! Ragil p...