Ragil tertidur sangat lelap di sisa malam, tubuhnya terbungkus dalam pelukan hangat Aji yang meringkuk di dadanya. Setelah menghabiskan malam yang penuh gairah dan berulang kali mencapai puncak kenikmatan, seolah semua tenaga Ragil telah habis terkuras. Kini, ia terbenam dalam tidur yang nyenyak, tanpa satu pun mimpi yang mengganggu ketenangannya.
Aji memeluk tubuh Ragil dengan erat, kepalanya bersandar di dada Ragil yang kekar. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tetap terjaga, takut momen indah ini akan lenyap dalam sekejap. Dengan tatapan yang hangat, Aji mengamati wajah Ragil yang menawan, bertekad untuk mengukir sosoknya yang begitu memikat dan menawan dalam ingatannya.
Tangan lembutnya akan mengusap wajah itu dengan penuh kasih, mendekatkan wajahnya hingga hampir bersentuhan, sehingga kulitnya dapat merasakan setiap hembusan napas hangat dari Ragil. Malam ini, Aji jatuh dalam pesona Ragil seutuhnya. Mereka berdua saling berpelukan dengan damai, tanpa sehelai kain pun yang menghalangi keintiman mereka.
Pagi menyapa dengan lembut, Ragil terbangun saat sinar matahari menembus dinding kayu dan menyentuh wajahnya. Ia membuka matanya dan melihat Aji yang masih berada dalam pelukannya, sedang menatap wajahnya dengan penuh kehangatan.
Ragil bertanya, "Kau sudah bangun dari tadi?" Saat itu, dia tiba-tiba menyadari bahwa mereka berdua dalam keadaan telanjang. Dengan cepat, dia mulai mencari-cari celana pendeknya di sekeliling ruangan, merasa canggung dan panik.
"Aku belum tidur," ucap Aji dengan suara lembut, berusaha mempererat pelukannya pada Ragil. Ia berharap momen indah ini takkan berakhir, tak ingin mimpi yang mereka jalani sirna begitu saja. Dalam pelukan itu, Aji merasakan kehangatan yang membuatnya enggan melepaskan Ragil, seolah waktu berhenti dan dunia di luar sana tak ada artinya.
"Hei, ayo bangun dan mandi. Kita tidak tahu kapan pamanku akan datang," Ragil menjawab dengan nada sedikit cemas. Namun, Aji hanya ingin menikmati detik-detik berharga ini lebih lama. "Berbaringlah sebentar, aku masih ingin memelukmu," pintanya, menatap Ragil dengan penuh harap. Ragil pun membalas dengan senyuman, mencium dahi Aji dengan lembut.
"Apa kau belum puas dengan yang kita lakukan sepanjang malam?" tanya Ragil sambil tertawa kecil, merasakan kehangatan cinta yang mengalir di antara mereka. "Hmmm... aku sungguh menyukai bau badan ini," Aji menjawab sambil membenamkan wajahnya lebih dalam ke pelukan Ragil, menghirup aroma yang membuatnya merasa tenang. "Ayo bangun dulu dan berpakaian, lihat ruangan ini sungguh berantakan," Ragil berkata sambil meremas pantat Aji dengan gemas.
Ragil berjuang untuk bangkit, namun Aji justru mengulurkan tangannya ke bawah, menuju ke arah yang paling sensitif. Dengan lembut, ia meraih benda hitam yang tergeletak lemah di sana, sambil mengusap-usap rambut keriting yang lebat disekitar monster kecil yang sedang tidur itu.
"Hai, apakah kau berusaha membangunkannya lagi?" tanya Ragil dengan nada suram. "Semalam aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, aku ingin melihatnya bangun dan berdiri dengan jelas sekarang," jawab Aji, penuh harapan.
............
Untuk yang berminat softcopy cerita Anak Semata Wayang Vol 1 bisa download versi pdf lewat web karyakarsa (id: Obsidian), versi softcopy merupakan hasil revisi yang sudah disempurnakan terdapat 110 Halaman, 27 Bab dan 41.000 kata
https://www.karyakarsa.com/Obsidian/anak-semata-wayang-844315
Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan yang terus-menerus Anda berikan terhadap karya-karya penulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Semata Wayang BL Series (21+)
RomansaWarning! Cerita BL (21+) Bersambung! Peringatan cerita ini mengandung unsur percintaan sesama jenis (Gay), mengandung plot drama 21++, dan seksualitas secara eksplisit, bagi yang tidak berkenan dari awal dan di bawah umur 18, JANGAN DIBUKA! Ragil p...