Bab 22 Setengah Jalan

88 7 2
                                    

Aji sudah tertelungkup pasrah seolah menjadi ayam yang tak berdaya di atas talenan, menunggu apa pun yang akan dilakukan oleh Ragil, entah itu hukuman atau berkah. Namun, setiap sentuhan lidah Ragil seolah membawanya melintasi batas-batas kenikmatan, mengarahkan langkahnya menuju surga yang penuh rasa. Setiap gerakan lidah Ragil yang lincah menari di sekitar area lubang sensitifnya menciptakan sensasi yang belum pernah Aji rasakan sebelumnya, sebuah pengalaman yang begitu menggoda dan memikat.

Ragil dengan lembut menjelajahi dan memijat area lubang sensitif Aji, merasakan kehangatan yang menyelimuti. Jari telunjuknya menekan dengan hati-hati, berusaha untuk menyusup ke dalam lorong yang sempit itu. Dengan bantuan cairan ludahnya sebagai pelumas, Ragil perlahan-lahan memasukkan jarinya, bergerak lembut dan penuh perhatian, keluar masuk dengan ritme yang menenangkan. "Di dalamnya terasa hangat dan lembut...., bagaimana ini tidak sakitkan?" tanya Ragil dengan nada penuh kepedulian.

Aji hanya terdiam, hanya mengeluarkan suara gumaman yang hampir tak terdengar, sementara Ragil menerjemahkannya bahwa Aji sedang merasakan kenikmatan. Tak lama setelah itu, Ragil mencoba memasukkan dua jarinya ke dalam lorong sempit itu, namun Aji menjerit pelan, merasakan penolakan dari otot-otot cincin lubang yang seolah mengejang dan menjepit jarinya. Ragil kemudian menepuk pantat Aji, mengingatkannya untuk lebih santai dan tidak tegang.

"cobalah untuk lebih relaks" kata Ragil

Ragil bangkit dan mulai meraba-raba meja di sudut ruangan, mencari sesuatu yang mungkin tersembunyi di antara barang-barang. Ketika tangannya akhirnya menemukan sebuah botol kecil, ia segera mengeluarkan isinya dan menghirup aromanya dengan penuh harap.

"Kurasa ini yang aku cari," ucapnya dengan nada percaya diri. Aji, yang tidak bisa melihat dengan jelas apa yang dipegang Ragil, penasaran bertanya, "Apa yang sedang kamu cari?"

Ragil menjawab, "Ini minyak kelapa murni, biasanya digunakan untuk pijat. Aku rasa ini akan sangat membantu."

Dengan cepat, Ragil kembali mendekatkan diri ke Aji, menuangkan sedikit cairan dari botol ke telapak tangannya, lalu memperlihatkannya. "Lihat, ini sangat licin dan tidak berbau," katanya.

Aji meraih tangan Ragil, merasakan tekstur lengket dari cairan tersebut, dan mengangguk setuju.

Ragil mengoleskan lebih banyak minyak pada jarinya, kali ini dia juga meneteskan minyak itu ke area lubang sempit Aji. Dengan gerakan lincah, kedua jarinya mulai memijat dan berusaha menyusup kembali ke dalam celah sempit tersebut. Beruntung, kali ini dua jari itu bisa masuk dengan lebih mudah.

"Bagaimana rasanya?" tanya Ragil dengan nada penasaran.

"Sedikit tidak nyaman dan terasa penuh, tapi tidak sakit," jawab Aji dengan suara pelan. "Jangan khawatir, sebentar lagi kamu akan terbiasa," balas Ragil dengan penuh keyakinan.

Dengan setiap tarikan napasnya, jari-jari Ragil bergerak maju mundur dengan lembut, kadang-kadang cepat, namun sering kali melambat. Aji, tanpa pilihan lain, harus beradaptasi dengan ritme tersebut. Seiring waktu, rasa tidak nyaman itu perlahan-lahan memudar, meskipun Aji masih belum sepenuhnya dapat merasakan kenikmatan. Namun, setidaknya saat ini, ia tidak lagi merasakan sakit yang menyiksa.

Ragil terlihat sangat antusias, setiap kali jarinya masuk kedalam, dia merasakan ketegangan otot-otot cincin lorong sempit yang menjepit disertai sensasi hangat. Ragil tidak sabar lagi, dia ingin segera memasukkan batang bazokanya ke dalam celah sempit itu.

Ragil memberi tepukan lembut pada pantat Aji, menandakan bahwa pemanasan untuk membuka jalur sempit itu telah usai. Dengan cepat, dia bangkit dan mengambil posisi di belakang Aji yang sedang membungkuk.

Ragil dengan penuh perhatian menuangkan minyak ke batang bazokanya yang sudah tegak berdiri sejak tadi. Kini, batang tersebut terlihat hitam, gagah, dan mengkilap, terutama pada bagian kepalanya yang menyerupai helm, memancarkan aura kekuatan dan keberanian. Dia juga tidak melupakan untuk menuangkan minyak ke area lubang sempit milik Aji. Dengan kedua tangannya, dia meratakan minyak tersebut, melapisi seluruh batang bazokanya dengan teliti.

Anak Semata Wayang BL Series (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang