Bab 19 Melepas Hasrat

87 5 1
                                    

Suara serangga bergetar lembut di malam yang tenang, seolah mereka menyanyikan lagu cinta untuk jiwa-jiwa yang terjebak dalam gelora hasrat dan impian. Meskipun udara di luar semakin menusuk, kehangatan yang mengalir di dalam rumah ladang itu tak pernah pudar.

Nafas Aji bergetar dalam irama yang semakin cepat, seiring dengan detak jantung Ragil yang berdebar kencang. Malam ini, dia tak pernah membayangkan akan merasakan kehangatan dari benda besar yang selama ini hanya dilihatnya.

Aji merasakan getaran yang tak biasa, seolah dunia di sekelilingnya menghilang dan hanya ada mereka berdua. Setiap detik terasa berharga, dan dia membiarkan dirinya terhanyut dalam perasaan yang mendalam. Dengan lembut, dia menyentuh benda yang setengah bagian sudah menyembul keluar dari celana Ragil, pikiran Aji melayang-layang, tak mampu sepenuhnya memahami situasi yang melingkupi dirinya. Namun, hasrat yang membara dalam dirinya mendorongnya untuk melangkah lebih jauh, mengikuti setiap keinginan Ragil dengan penuh kepatuhan.

Aji perlahan mendekatkan tubuhnya ke arah Ragil, merasakan kehangatan dan aroma yang memikat, seolah-olah semua rasa yang terpendam dalam dirinya kini mengalir bebas seperti arus deras. Hasrat yang selama ini terpendam kini bangkit, mengisi setiap sudut pikirannya dengan keinginan yang tak tertahankan.

Dengan lembut, Aji menempelkan dan membenamkan wajahnya pada leher Ragil, merasakan kehangatan yang membara dan menggugah semangatnya. Ia ingin menyerap setiap aroma dan rasa yang ada, seolah ingin mengukir momen ini dalam ingatannya, agar tubuhnya selalu mengenali kehangatan dan keindahan yang dimiliki Ragil.

Tangan Aji masih mendekap menggenggam batang kemaluan tersebut, itu benar-benar keras dan besar sesuai dugaanya sebelumnya, tangannya bergerak naik turun membelai-belai batang kemaluan itu yang bukan main luar biasa besar dan panjangnya. Demikian pula dengan kepalanya yang berkilat dan membengkak. "Hmmhh...!!!" Aji terus melanjutkan elusannya, sesekali menggenggam dengan lebih kuat. Dari pangkal yang dipenuhi rambut lebat hingga ke ujung yang berkilat dan membengkak, bentuknya menyerupai topi baja yang menakjubkan. Setiap sentuhan memberikan sensasi tersendiri, seolah ia sedang berinteraksi dengan sesuatu yang sangat berharga dan penuh kekuatan.

Ragil masih menutup matanya, napasnya berat dan terengah-engah. Dengan satu tangan, ia meraih kepala Aji, meremas rambutnya dengan lembut, lalu menekan wajah Aji semakin dalam ke lehernya. Sementara itu, Ragil tetap terpejam, namun ia mendongakkan kepalanya sedikit lebih tinggi, seolah ingin merasakan kedekatan yang lebih dalam.

Dalam keheningan yang mengelilingi mereka, Ragil merasakan detak jantungnya berdegup kencang, seolah berirama dengan napas Aji yang terhalang. Suasana intim ini menciptakan ikatan yang tak terucapkan, di mana setiap gerakan dan sentuhan menjadi ungkapan perasaan yang mendalam.

Aji terlihat kehabisan napas, satu tangannya segera melepaskan pegangan dari batang itu. Kini, dia berusaha meraih wajah Ragil dengan kedua tangannya, mendekatkan wajahnya ke wajah Ragil. Hembusan napas hangatnya menyentuh lembut kulit Ragil, dan perlahan-lahan, bibirnya mendekati bibir Ragil. Sensasi hangat dan lembut itu mengalir di antara mereka, menciptakan momen yang penuh gairah.

Ketika bibir mereka akhirnya bersentuhan, Aji merasakan seolah-olah dia terbang tinggi ke awan. Sentuhan itu seakan melepaskan semua hasrat yang telah terpendam di dalam diri mereka berdua.

Bak gayung disambut saat ini Ragil tiba-tiba meraih wajah Aji dengan penuh semangat. Bibirnya menempel pada bibir Aji, melumat dengan lembut sebelum beralih ke gerakan yang lebih mendesak dan liar. Ia mengulum dan menyedot bibir atas dan bawah secara bergantian, menciptakan ritme yang semakin intens seiring dengan napas mereka yang saling berpacu.

Aji tak mau kalah segera bangkit dan menaiki tubuh Ragil, Dengan cepat, dia melepaskan kaos yang dikenakannya, melemparkannya ke arah yang tak terduga. Ragil segera bangkit dan duduk dengan posisi Aji sekarang dalam pangkuannya, keduanya saling menatap dengan penuh gairah. Dalam sekejap, bibir mereka bertemu kembali, menciptakan ciuman yang penuh hasrat.

Anak Semata Wayang BL Series (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang