Aji berdiri dengan wajah merah padam, matanya menatap tajam ke arah Danu yang berlari menjauh hingga sosoknya menghilang di ujung jalan. Amarahnya membara, seolah ingin mengejar dan menendang Danu yang dianggapnya sangat tidak tahu malu.
"Tenanglah, untuk apa marah-marah seperti itu?" Ragil mencoba menenangkan.
"Tapi perilakunya sungguh memalukan," balas Aji dengan nada kesal.
Ragil mengangkat alis, "Bukankah kamu juga sering berlebihan dalam bercerita?"
"Ah, itu hanya sedikit bumbu dalam cerita."
Ragil menatap Aji dengan skeptis, seolah mempertanyakan kebenaran pernyataannya. Aji pun tersipu, "Ya, setiap pria pasti ingin melebih-lebihkan untuk menunjukkan sisi jantan mereka."
Ragil mengangguk, meski senyumnya mengisyaratkan keraguan.
"Jadi, apakah kau berhasil merebut mahkota bunga si Sumi malam itu?" tanya Ragil dengan nada penuh rasa ingin tahu.
Aji pun langsung menoleh, wajahnya menunjukkan keraguan. "Eh,apakah kau juga ikut-ikutan mengintip dari balik jendela malam itu?"
"tidak buruk, aku melihatnya cukup seru."
"Kenapa? Apa kau merasa malu?"
Aji terdiam sejenak, lalu tersenyum lebar. "Kalau itu kamu, aku sih tidak malu. Malah, aku senang kamu melihatku!"
Kini Ragil menatap Aji dengan ekspresi bingung. "Kenapa bisa begitu?"
"Ya, bukankah aku juga sudah pernah melihatmu telanjang? Jadi tak masalah saat kamu melihatku telanjang juga!"
"Itu cukup mengejutkan," ujar Ragil.
"Jadi, apakah misi yang kamu jalani berhasil?" tanyanya lagi dengan penuh rasa ingin tahu.
Aji menghela napas dalam-dalam, wajahnya menunjukkan ketidakpuasan. "Selama seminggu ini, aku merasa tertekan," jawab Aji dengan ekspresi cemberut yang jelas terlihat.
"Bagaimana bisa hal itu membuatmu tertekan? Bukankah seharusnya kamu termotivasi untuk segera meninggalkan jejak di tubuh Sumi?"
"Kau tahu, prosesnya tidak semudah itu. Setiap kali aku mencoba melakukan penetrasi, dia langsung berteriak kesakitan, dan aku merasa tidak tega untuk melanjutkan,"
"Apakah benar sesulit itu? Banyak orang mengatakan bahwa bagi seorang perawan, rasa sakitnya hanya sementara, setelah itu mereka akan merasakan kenikmatan. Mungkin kurang pemanasan saja," kata Ragil mencoba memberikan perspektif lain.
"Masalahnya bukan hanya itu, jika pemanasan terlalu lama, aku malah sering kali keluar lebih cepat sebelum misi selesai," jawab Aji dengan wajah yang memerah, merasa malu akan pengalamannya.
"Apakah kamu sudah memiliki pengalaman tentang ini sebelumnya?"
"Belum pernah,"
"Lalu, bagaimana mungkin kamu bisa membantuku menemukan jalan keluar jika kamu sendiri belum pernah merasakannya?"
"Aku sering kali mendengar kisah-kisah dari orang lain."
"Cerita-cerita itu hanyalah rangkaian kata, sangat jauh dari realita, Ngomong-ngomong, pernahkah kamu membayangkan jika kamu berada di posisiku? Coba bayangkan, betapa sulitnya batang bazokamu yang besar itu melewati jalur sempit para gadis. Aku yakin itu akan menjadi sebuah kisah yang penuh dengan jeritan dan darah!"
Aji tertawa terbahak-bahak, membayangkan situasi konyol yang ia gambarkan. Imajinasi tentang momen tersebut membuatnya merasa terhibur, seolah-olah ia bisa melihat semua kekacauan yang mungkin terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Semata Wayang BL Series (21+)
RomanceWarning! Cerita BL (21+) Bersambung! Peringatan cerita ini mengandung unsur percintaan sesama jenis (Gay), mengandung plot drama 21++, dan seksualitas secara eksplisit, bagi yang tidak berkenan dari awal dan di bawah umur 18, JANGAN DIBUKA! Ragil p...