Setelah seharian berjuang melawan lumpur di ladang, Ragil melangkah dengan anggun menuju sendang di ujung desa.
Seperti pahlawan yang baru pulang dari medan perang, ia bertekad untuk membersihkan diri sebelum kembali ke rumah.
Dengan cangkul yang seolah-olah menjadi tongkat sihirnya, ia melangkah pelan, meski tubuhnya masih berlumuran tanah, pesona ketampanannya tetap bersinar seperti bintang di malam hari.
Ragil, si raja ladang, tak peduli dengan penampilannya yang kotor.
Ia tahu, meski wajahnya dipenuhi lumpur, hatinya tetap bersih seperti air sendang yang akan ia sambangi.
Dengan langkah yang penuh percaya diri, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak hanya membersihkan tubuh, tetapi juga untuk menghapus semua jejak kerja kerasnya.
Siapa sangka, di balik semua kotoran itu, ada seorang pangeran yang siap memikat hati para putri desa!
Meskipun begitu, wajahnya terlihat seperti cuaca mendung, seolah-olah ia masih terjebak dalam kenangan pahit di warung Yu Jem pagi tadi.
Insiden itu membuat hatinya bergetar seperti gitar yang dipetik sembarangan, karena ada orang yang berani meraba area pribadinya.
Dengan napas yang lebih panjang dari antrian di warung kopi, Ragil berusaha mengusir pikiran itu dan mempercepat langkahnya, seolah-olah jalan setapak itu adalah jalur cepat menuju kebahagiaan.
Ragil melangkah dengan semangat, meski hatinya masih bergejolak seperti popcorn yang baru saja dipanaskan.
Ia berusaha untuk tidak memikirkan insiden yang membuatnya merasa seperti bintang film yang tiba-tiba diserang paparazzi di warung Yu Jem.
Dengan tekad yang kuat, ia melanjutkan perjalanan menuju sendang, berharap bisa menemukan ketenangan di sana yang bisa mengusir semua pikiran buruknya.
Di pinggir desa, ada sebuah sendang yang airnya jernih banget, sampai-sampai bisa dipakai untuk cermin!
Tempat ini jadi favorit penduduk dan pemuda desa untuk menjalani aktivitas sehari-hari, terutama saat mandi.
Bayangkan, mandi di sendang ini seperti mandi di kolam renang pribadi, tapi tanpa tiket masuk dan tanpa pengawas kolam yang galak!
Di sendang ini, ada aturan tak tertulis dimana para wanita datang di pagi hari, sementara para pria baru muncul di sore hari, mungkin setelah berjuang melawan rasa malas.
Ragil melangkah dengan penuh percaya diri menuju ujung desa, tempat di mana sendang bersembunyi di balik pepohonan raksasa.
Jalan setapak yang menurun itu dikelilingi oleh sawah hijau yang seolah-olah berusaha mengundang Ragil untuk berlari lebih cepat, seakan berkata, "Ayo, jangan sampai ketinggalan momen seru di sana!"
Sesampainya di sana, Ragil mendapati beberapa pemuda sudah berkumpul, termasuk Danu yang tampak asyik berendam.
Dengan semangat yang menggebu, mereka pun mandi tanpa sehelai benang pun, seolah-olah malu itu adalah barang langka yang hanya ada di toko-toko.
Pemandangan ini sudah jadi rutinitas, di mana mereka bercanda sambil membahas gosip dan kisah cinta para gadis desa, seolah-olah mereka adalah juri di ajang pencarian bakat cinta!
Hari ini, Danu tampak seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru saat bercerita kepada sekelompok pemuda yang mengerumuninya.
"Kalian nggak akan percaya, hari ini adalah hari keberuntunganku! Janda cantik di desa ini, yang biasanya hanya melirikku seperti melihat kucing liar, tiba-tiba mengungkapkan rasa sukanya padaku! Dia bahkan bilang siap memenuhi semua permintaanku," kata Danu dengan senyum lebar, seolah-olah baru saja memenangkan undian berhadiah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Semata Wayang BL Series (21+)
RomanceWarning! Cerita BL (21+) Bersambung! Peringatan cerita ini mengandung unsur percintaan sesama jenis (Gay), mengandung plot drama 21++, dan seksualitas secara eksplisit, bagi yang tidak berkenan dari awal dan di bawah umur 18, JANGAN DIBUKA! Ragil p...