Bab 15 Jangan Membual

74 4 0
                                    

Sudah sepekan Aji menghilang tanpa jejak, seakan-akan ditelan oleh bumi, dan Ragil merasakan ketenangan dalam hidupnya tanpa kehadiran Aji yang selalu mengundang keributan.

Namun, di balik ketenangan itu, Ragil mulai merindukan sosok Aji, terutama saat ia teringat akan makanan-makanan favorit yang selalu dibawanya.

Setiap kali kenangan akan hidangan-hidangan menggugah selera itu muncul, hatinya bergetar, seolah ada yang hilang, seperti nasi yang tak disertai sambal, membuat hidupnya terasa hampa dan tanpa rasa.

Ragil duduk santai di pinggir sawah, matanya menatap kosong ke arah ladang. Dalam pikirannya, dia bertanya-tanya, " apa anak itu sibuk bercocok tanam dengan Sumi tiap hari??" Senyum nakal muncul di wajahnya saat mengingat kejadian lucu malam itu.

"Bocah tengik itu terlalu banyak membual, mengaku sebagai ahli cinta, padahal ceritanya lebih mirip sinetron murahan. Kenapa aku bisa percaya semua bualannya tentang 'menggauli' gadis-gadis di kota?"

Kenangan malam itu kembali muncul di pikiran Ragil, terutama saat Sumi berteriak kesakitan karena Aji salah masuk ke 'lubang belakang'. "He..he.. bahkan lubang kawin saja dia bisa salah, bagaimana bisa dia disebut ahli bercinta?" Ragil tertawa terbahak-bahak membayangkan kekonyolan itu.

"Ah, sudahlah, itu bukan urusanku. Kenapa aku harus memikirkan drama cinta mereka?".

Dari ujung jalan, tiba-tiba muncul Danu yang berlari kecil seperti anak ayam kehilangan induknya, langsung menghampiri Ragil yang duduk sendirian di pinggir sawah.

Danu, dengan napas ngos-ngosan, langsung melipir ke samping Ragil dan melihat sahabatnya itu yang tampak senyum-senyum sendiri, seolah baru saja menemukan harta karun di dalam sawah.

Danu pun tak tahan untuk tidak menyenggol lengan Ragil sambil bertanya, "Eh, apa ada hal yang baik sedang terjadi? Kenapa ketawa sendiri kayak orang gila, ada yang lucu ya?"

Ragil yang terkejut langsung menatap Danu dengan ekspresi bingung, "Ah, enggak ada apa-apa, cuma ingat hal-hal konyol, Tapi kamu, kenapa siang-siang begini datang? Mau nyari aku atau cuma mau nyari tempat tidur siang?" tatap Ragil penuh selidik.

"Tadi aku mampir ke rumahmu, pengen ngajak kamu ngopi di warung Yu Jem," kata Danu dengan senyum yang bikin orang curiga.

"Eh, ke warung janda itu lagi? Nggak mau, deh!" jawab Ragil sambil menggeleng-gelengkan kepala

"Kenapa? Bukankah terakhir kali dia kasih kamu 'bonus spesial'?" Danu tertawa terbahak-bahak, seolah itu lelucon yang bisa bikin orang mati ketawa.

"Itu bukan bonus, tapi kutukan! Nggak mau aku diraba-raba sama janda, enak di dia, tapi aku yang rugi!" keluh Ragil.

"Setidaknya kalau kesana sama kamu kita akan dapat kopi gratis lagi," kata Danu sambil tertawa.

Ragil menoleh dan memelototi Danu, "Teman macam apa kamu ini!, bisa-bisanya kau menjual aku hanya untuk secangkir kopi!"

"he..he..yah gimana lagi, janda itu kayaknya udah jatuh cinta sama otot-ototmu yang kekar itu, dan jangan lupakan jendolan misterius di balik celanamu yang bikin dia makin penasaran!" goda danu

"Dia saja yang terlalu kegatelan setiap kali melihat anak muda," protes Ragil dengan nada kesal.

"Tapi kenapa janda-janda itu selalu tertarik sama yang besar-besar? Contohnya Yu Jem, saya yakin dia mendekatimu karena dia tahu 'burung'mu yang lebih besar dari ukuran normal," sahut Danu sambil mengedipkan mata.

Ragil langsung menoleh dan memberi Danu tamparan ringan di kepala. "Besar apa? Itu kan ukuran normal untuk pria dewasa!"

Danu berdiri dengan semangat, lalu dengan percaya diri melorotkan celananya. "Lihat ini, kenapa yang kecil itu tidak bisa sebesar punyamu? Ukuran 'burung'mu bahkan dua kali lipat dari punyaku! Bayangkan kalau sudah tegak berdiri, bisa-bisa jadi tiga kali lipat!" Danu tertawa terbahak-bahak, sementara Ragil hanya bisa geleng-geleng kepala, merasa seperti sedang berada di sirkus yang penuh dengan lelucon aneh.

Anak Semata Wayang BL Series (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang