Bab 11 Imajinasi

58 3 0
                                    

Malam telah larut, jarum jam menunjukkan pukul sebelas, tetapi Aji masih terjaga, terperangkap dalam labirin pikirannya yang tak berujung. Ia berbaring telentang, mengguling-gulingkan tubuhnya di atas kasur, seolah mencari posisi yang bisa meredakan kegelisahan yang terus mengganggu.

Dalam benaknya, terbayang kembali momen-momen yang telah dilalui dalam beberapa hari terakhir, terutama saat ia bertemu Ragil. Dari pertemuan pertama di sendang, keributan di pasar, hingga saat-saat di ladang, semua itu seakan membekas dalam ingatannya.

Aji menghela napas panjang, seakan berusaha melepaskan beban yang menekan pikirannya. "Apakah aku sudah kehilangan akal dengan memikirkan seorang pria di waktu seperti ini?" bisiknya pelan. 

Kehadiran Ragil telah memberikan nuansa baru dalam hidupnya, daya tarik pemuda itu begitu menawan, seolah telah merasuk ke dalam jiwanya. Setiap aspek tentang Ragil membuat rasa ingin tahunya semakin membara, dan Aji tak mampu menahan diri untuk terus memikirkan sosok Ragil yang telah mengubah segalanya.

Segala hal tentang Ragil kini terasa begitu memikat, wajahnya yang tampan dengan postur tubuhnya yang tinggi serta berotot menciptakan pesona yang tak tertandingi. Setiap kali Aji memandangnya, seolah terhipnotis oleh keindahan otot-ototnya yang terdefinisi dengan sempurna, membuatnya sulit untuk berpaling. 

Siapa yang bisa menolak daya tarik otot lengannya yang kuat, dadanya yang bidang, dan perutnya yang terukir rapi seperti karya seni. Bahkan, tak jarang Aji mendapati dirinya merasa cemburu melihat betapa banyaknya perhatian yang Ragil dapatkan dari orang-orang di sekitarnya.

Dan ketika Aji mengingat lebih dekat, ada sesuatu yang membuat hatinya berdebar lebih kencang. Keberanian Ragil, ditambah dengan pesona yang dimilikinya, membuat Aji terpesona. Terlebih lagi, ada sesuatu yang menggelitik rasa ingin tahunya ketika melihat bentuk tubuhnya yang sempurna, seolah-olah diciptakan untuk memikat hati. 

Aji tak bisa menahan diri untuk membayangkan bagaimana rasanya berada di dekatnya, merasakan kehangatan dan kekuatan yang terpancar dari sosok Ragil. Dalam benaknya, Ragil adalah kombinasi sempurna antara keindahan dan kekuatan.

Dan fokus semua perhatian akhirnya seolah terpusat pada sesuatu yang menggantung di antara kedua kakinya. Saat Aji pertama kali melihat Ragil dalam keadaan telanjang di sendang, hatinya bergetar penuh rasa ingin tahu. Ukuran kejantanannya yang begitu mencolok, jauh lebih besar dibandingkan dengan teman-teman seusianya, membuat Aji terpesona dan terkejut dalam satu waktu.

Aji menutup matanya, membiarkan pikirannya melayang jauh ke dalam dunia khayalan. Dia membayangkan sosok Ragil dengan benda besar itu berdiri tegak dan kokoh. Dia berusaha merasakan sensasi saat benda itu perlahan-lahan memasuki lorong-lorong sempit para gadis, dia merasakan detak jantungnya bergetar saat membayangkan benda itu perlahan-lahan mengambil ritme keluar dan masuk dengan perlahan, seolah-olah waktu berhenti sejenak untuk menyaksikan momen yang penuh ketegangan dan keinginan.

Dalam pikirannya, Aji merasakan getaran semangat yang membara, membayangkan setiap gerakan dari sosok Ragil itu yang melampaui segala batas. Setiap sentuhan dan gesekan menciptakan gelombang gairah yang membara, seolah dunia di sekelilingnya lenyap, meninggalkan hanya dua orang dalam sebuah tarian yang penuh dengan hasrat. Dia terjebak dalam khayalan yang tak berujung, di mana cinta dan keinginan berpadu dalam harmoni yang sempurna, menciptakan momen yang tak terlupakan.

Dia membayangkan bagaimana lekuk tubuh berotot yang menawan itu bergerak dengan ritme yang menggoda, bagaimana bulatan pantat yang kokoh itu akan menghentak-hentak membenamkan batang zakarnya sampai dalam, seolah-olah setiap hentakan membawa mereka lebih dekat ke puncak kenikmatan. Dalam imajinasinya, setiap detik terasa seperti keabadian, di mana bayangan dua orang sedang hanyut dalam lautan cinta yang tak terhingga, merasakan setiap denyut jantung yang bergetar seirama dengan hasrat yang membara.

Aji terjebak dalam pesona khayalannya yang mendalam, di mana setiap imajinasi dia hidupkan kedalam hasratnya. Dalam dunia imajinasinya, hasratnya membara, dan keinginan yang terpendam mulai mengalir, membuatnya merasakan getaran yang tak tertahankan. Batang kejantananya juga sudah tegak berdiri seiring gambaran-gambaran menggoda yang melintas di benaknya seolah menghidupkan setiap inci dari tubuhnya, membangkitkan semangat yang selama ini terpendam.

dia semakin tenggelam dalam lautan fantasi yang menggoda, merasakan aliran energi yang menggetarkan jiwa dan raganya.

Kini matanya mulai terpejam erat, sementara tangan kanannya memeluk batang kejantananya dengan lembut, menggerakkannya perlahan ke atas dan ke bawah.

Dia mulai berbicara dengan kata-kata yang tak teratur, sementara tangan kirinya dengan lembut menjelajahi area sensitif di sekitar putingnya, menciptakan getaran yang tak terduga

Sensasi ini menciptakan percikan-percikan energi yang begitu menggoda. Dalam benak Aji, terbayang bagaimana batang kejantannya Ragil bergerak keluar masuk dengan penuh semangat dan dengan ritme yang menggairahkan, sementara gerakan tangan Aji semakin cepat, seolah mengikuti irama yang tak tertahankan.

Terkadang gerakan lembutnya mengusap naik turun, seolah menari di atas permukaan yang halus. Di saat lain, dia dengan penuh kasih mengalirkan sentuhan telapak tangannya ke bagian sensitif kepala batang zakarnya, menciptakan rasa berdesir dan nikmat di dalam jiwa.

Dalam sekejap, Aji merasakan gelora yang tak tertahankan, seolah ada sesuatu yang akan meledak dari dalam dirinya. Seluruh ototnya bergetar, seakan terikat oleh ketegangan yang mendalam. Gerakan tangannya semakin cepat, melawan irama yang sebelumnya teratur, kini hanya ada kekacauan dan semangat yang membara, seolah waktu berhenti dan hanya ada dirinya yang berjuang dalam tarian yang liar.

Saat ini, seluruh otot tubuhnya bergetar hebat, dan seakan-akan ada aliran energi yang tak tertahan, mengalir deras dari dalam zakarnya, dan sesaat kemudian cairan putih kental menyembur dari ujung batang zakarnya beberapa kali, percikan itu mengenai dada dan perutnya, menciptakan jejak yang tak terlupakan. Aroma kejantanan segera memenuhi ruangan, mengisi setiap sudut dengan kehangatan yang menggoda. Tak lama setelah itu, Aji mengeluarkan napas yang dalam, seolah merasakan beban penyesalan yang menggelayuti hatinya atas apa yang baru saja terjadi.

"aku benar-benar sudah gila mengimajinasikan semua ini" desahnya.

Anak Semata Wayang BL Series (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang