Bab 20 Sial, kenapa itu masih berdiri

151 10 3
                                    

Tubuh Aji dengan perlahan-lahan meluncur ke bawah, menjelajahi area perut kebawah tubuh Ragil. Dengan lembut, ia mencium pusar Ragil, sementara tangannya dengan penuh kasih sayang membelai batang zakar yang ada di genggamannya. Aroma keintiman memenuhi udara saat Aji mencium pusar Ragil dan menyerangnya dengan ujung lidahnya, sedang tangannya dengan lembut mengelus bazoka, menciptakan momen yang penuh gairah dan kehangatan.

Aji dengan penuh perhatian mengelus bazoka yang sangat besar dan panjang itu, seolah-olah ia sedang mengagumi keajaiban yang luar biasa. Kepalanya yang berkilau dan membengkak menambah daya tarik bazoka tersebut. "Wah, milikmu luar biasa! Besar dan panjang sekali. Hmmhh...!!!" Aji terus membelai sambil sesekali menggenggamnya, mulai dari pangkal yang dipenuhi rambut lebat hingga ke ujung yang berkilat dan berbentuk seperti topi baja.

"Apakah kamu menyukainya?" tanya Ragil, membiarkan Aji menggesek-gesekan ujung bazoka yang menakjubkan itu di pipi dan matanya dengan penuh rasa ingin tahu. "Hmm... cukup menyenangkan untuk dipegang dan dijadikan mainan," jawab Aji dengan nada menggoda, seolah-olah menguji batas imajinasi mereka. Ragil tersenyum, menantang, "Kalau begitu, mainkanlah peranmu, buat aku terpuaskan."

Aji menatap bazoka itu dengan sedikit ketakutan, "Lihat, bahkan genggaman tanganku tidak cukup untuk memegangnya." Ragil mengerutkan kening, "Apakah itu berarti pujian?" Aji segera menjawab, "Ini bukan pujian, tapi lebih seperti peringatan untuk diriku sendiri." Ragil tampak bingung, "Aku tidak mengerti." Aji melanjutkan sambil meremas batang bazoka tersebut yang telah mengeras dari tadi, Seolah-olah benda itu adalah mainan kesayangannya, Aji tak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Apa kau pikir setiap orang tidak ngeri melihat ukuran bazoka ini?"

"Bukankah Semakin besar, semakin menggoda!" Ragil berseru dengan semangat. "Tapi, ukuran yang kamu punya ini luar biasa!" balas Aji sambil tertawa, meski ada sedikit rasa canggung di dalam hatinya. Batang bazoka itu berkedut-kedut di tangan Aji, seolah menunggu momen yang tepat untuk bangkit. Dengan penuh rasa ingin tahu, Aji mulai mendekatkan bagian kepala bazoka yang berkilau itu ke bibirnya, menggeser-geser dan mengoleskannya dengan lembut, seolah sedang merias wajahnya dengan lipstik yang paling indah.

Cairan bening lengket telah merembes dari ujung bazoka, dan dengan rasa ingin tahunya, Aji menjilatnya perlahan, berusaha merasakan apa yang disebutnya saripati "Ragil". Ia mendapati rasa itu sedikit asin di lidahnya, menimbulkan sensasi yang unik dan menarik.

Ragil merasakan sensasi yang tak terduga, campuran antara geli dan kenikmatan saat Aji menciumi kepala bazoka yang semakin membesar. Setiap sentuhan membuat tubuhnya bergetar, dan matanya terbelalak tak percaya. "Hmmh, Sssh . . . !" suara lembutnya mulai meracau, tak mampu menahan perasaan yang membara di dalam dada.

Aji merasakan sensasi yang menggoda saat ia menciumi bagian kepala bazoka, sementara tangannya dengan lembut memijat batang bazoka yang keras seperti tiang penyangga. Rasa gemas menyelimuti dirinya, dan ujung lidahnya dengan penuh rasa ingin tahu menjelajahi benda yang begitu memikat itu. "Gil! Dengan ukuran yang kau punya ini, pasti bisa bikin ketagihan tiap perempuan yang kau buat terpesona!" serunya dengan nada menggoda. Ragil hanya terdiam, wajahnya menunjukkan ekspresi seolah-olah ia sedang menikmati sesuatu yang sangat nikmat, terhanyut dalam hasrat yang luar biasa.

Dalam genggaman Aji, bazoka itu tampak semakin membesar dan memanjang, seolah-olah merespons setiap sentuhan yang diberikan.tangan aji bisa merasakan batang itu berdenyut denyut dan semakin keras. Aji tidak bisa menahan diri untuk terus merasakan keajaiban yang ada di tangannya, seolah-olah benda itu memiliki daya tarik yang tak tertandingi. Setiap detik berlalu, semakin membuatnya terpesona dan ingin menjelajahi lebih dalam lagi.

Aji yang semakin bersemangat segera menjulurkan lidahnya, menjelajahi permukaan bazoka yang menggiurkan itu. Dengan penuh rasa ingin tahu, ia membuka mulutnya lebar-lebar dan memasukkan bazoka yang luar biasa tersebut walau dengan sedikit kepayahan, ia berusaha memasukan kepala bazoka itu kemulutnya. "Hauf!" suara mulut AJi di tutupi kontol hitam itu, kepala kontol itu ditekan Ragil tetapi masuk hanya seperlunya, mulut Aji tidak muat dimasuki batang kontol sepanjang itu.

Anak Semata Wayang BL Series (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang