Ketawa aja, ternyata karya saya bener-bener ga dihargai🤣 okee i'm fine👍
"Bulla, lo udah sehat?" tanya Hiraya dengan khawatir, menempelkan punggung tangan di dahi Fabulla yang masih terasa hangat. "Udah mendingan kok, cuman agak sedikit pusing aja," jawab Fabulla, suaranya sedikit serak.
"Makan dulu, terus minum obatnya. Kamu bawa 'kan obat dari rumah?" tanya Hiraya lagi, dan Fabulla mengangguk lemah. Gadis itu terlihat lebih pendiam saat memasuki kelas, Hiraya tidak bertanya sebab dia tahu apa yang tengah dipikirkan oleh sahabatnya itu. Hiraya pun sampai memaki-maki Fabiolla dalam hati, karena kesalahan dia membuat nama baik Ayah, Ibu, dan kembarannya menjadi hancur. Hiraya ikut merasakan kesakitan yang mereka rasakan, makanya ia dan Jarrel selalu ada untuk Fabulla.
Jarrel, yang berada di kursi depan meja mereka, langsung membalikan tubuhnya menatap Fabulla dan Hiraya. "Lo masih sakit, Bulla. Jangan maksain diri, masalah presentasi lebih baik kita undur aja minggu depan. Kita ga masalah kok, iyakan Ra?" Hiraya mengangguk, lalu menambahkan ucapan Jarrel.
"Dan, Miss Garcia pun nggak memaksa kita harus presentasi hari ini. Gimana kita siapnya aja."
Fabulla menatap Hiraya dan Jarrel secara bergantian. "Makasih ya kalian berdua udah khawatir sama aku, tapi aku udah nggak apa-apa kok. Presentasi nya lebih baik sekarang, biar nilai kita naik."
"Okee, tapi kalo lo udah ga kuat nahan pusing, bilang ya biar gue sama Jarrel anterin pulang," sambar Hiraya, Fabulla pun mengacungkan jempolnya. Tak lama, Miss Garcia datang dan menyapa murid-muridnya, lalu mulai mengabsen satu persatu anak didiknya itu. Jarrel ke depan menghampiri Miss Garcia yang baru saja selesai mengabsen, dia memberi tahu Miss Garcia bahwa kelompoknya sudah siap untuk melakukan presentasi.
Miss Garcia pun menyuruh mereka maju ke depan. "Silahkan dimulai," ucap Miss Garcia dengan senyuman ramah.
"Selamat pagi, semuanya!" sapa Fabulla, Jarrel, dan Hiraya secara bersamaan dengan penuh semangat. "Kami dari kelompok dua akan mempresentasikan hasil dari penelitian kami, tentang Danau Stillwater, sebuah danau tersembunyi di tengah hutan. Danau ini adalah tempat yang sangat istimewa bagi kami. Dua tahun lalu, kami bertiga sepakat untuk menamai danau ini 'Stillwater karena suasana damai dan tenang yang terpancar dari tempat ini."
Jarrel, dengan senyum ramah yang memikat, menambahkan, "Kami menemukan Danau Stillwater secara tidak sengaja dua tahun lalu saat menjelajahi hutan yang cukup sulit dijangkau. Danau ini benar-benar tersembunyi di balik pepohonan lebat, sehingga tidak mudah ditemukan oleh orang lain."
Hiraya, yang dikenal dengan kecerdasan dan kecerewetannya, melanjutkan, "Kami menemukan bukti bahwa Danau Stillwater dulunya dihuni oleh manusia. Ada sebuah ayunan tua yang masih berdiri di tepi danau, yang menunjukkan bahwa dulu ada orang yang menikmati keindahan tempat ini."
"Saat kami meneliti lebih lanjut," kata Fabulla, "kami menemukan bahwa Danau Stillwater merupakan habitat bagi berbagai macam flora dan fauna. Di bulan Juni, ketika suhu air danau mulai menghangat, kami melihat angsa-angsa berenang dengan anggun di permukaan danau, dan ketika memasuki bulan September, sisi danau dihiasi dengan bunga Hydrangea yang mekar dengan warna-warna lembut, seperti pink, biru, dan putih. Aroma bunga-bunga itu tercium lembut dan menyenangkan, menciptakan suasana yang tenang dan damai di sekitar danau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat (End)
Short StorySejak pertemuannya dengan Nero Mavendra di danau itu, hidup Fabulla bisa dikatakan tidak tenang lagi. Lelaki itu seringkali menampakan diri di hadapannya, bersikap seakan-akan Fabulla adalah miliknya. Bukan dalam artian kekasih, melainkan Nero menja...