38. Release

540 27 0
                                    

Fabulla pulang ke rumah dengan selamat, disambut hangat oleh Ayah dan Ibu nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fabulla pulang ke rumah dengan selamat, disambut hangat oleh Ayah dan Ibu nya. Mereka memberikan beberapa pertanyaan tentang perjalanan Fabulla menggunakan mobil RV. Dengan semangat, Fabulla menceritakan semua keseruannya, bahkan ia pun bercerita tentang Nenek Nero. Mereka tak sadar, Fabiolla mendengar semuanya. Tangannya terkepal erat, dia jadi teringat dengan masa lalu dimana Nenek Nero seringkali bersikap dingin padanya. Apakah sekarang Fabulla sedang membual? Mana mungkin Fabulla bisa meluluhkan hati Nenek Nero yang keras itu, sedangkan dia butuh perjuangan dan sampai dia berpisah dengan Nero pun, Nenek masih bersikap dingin. Dan kata Nero memang Nenek nya seringkali bersikap dingin pada orang baru.

Fabiolla benar-benar telah merebut semuanya, hati nya benar-benar panas sekarang. Apakah Fabulla tidak memikirkan perasaannya? Nero adalah seseorang yang sangat Fabiolla cintai. Seharusnya Fabulla membantunya untuk kembali pada Nero,  bukan malah merebut nya.

Rasanya sekarang Fabiolla merasa sendirian. Ayah beserta Ibu nya sudah sangat geram pada nya. Dan sekarang terserah Fabiolla mau melakukan apapun, Ibu dan ayah sudah menyerah. Mereka cukup lelah dengan semua kegaduhan yang Fabiolla buat, dan sekarang gadis itu akan kembali membuat gaduh. .

Apakah ini yang dirasakan Fabulla dulu? Tidak pernah diajak ke dalam obrolan yang menyenangkan, dan dibiarkan sendiri. Fabiolla mengerang frustasi. Dia berjalan melewati ruang tamu dimana Ibu, Ayah beserta Fabulla tengah berkumpul. Langkahnya terhenti ketika Fabulla memanggilnya. "Ini ada titipan dari, Nenek Nero."

Jantung Fabiolla langsung berdetak cepat. Dengan ragu dia berbalik ke arah Fabulla, kembaran nya itu tengah membuka koper baru yang sama sekali belum pernah Fabiolla lihat.

Fabulla menyerahkan sebuah cardigan rajut pada Fabiolla. "Nenek merajutnya sendiri buat kamu," ucap Fabulla, dia tersenyum ke arah Fabiolla.

"Kenapa dia peduli sama gue?! Ngapain juga buatin gue cardigan kaya gini, kenapa ga buatin buat lo aja. Bukan nya sekarang lo jadi kesayangan mereka?" tanya Fabiolla dengan tatapan bengis nya, dia melempar cardigan itu kesembarang arah.

"Kata Nenek, bagaimana pun kamu telah hadir di dalam hidup mereka, kamu seharusnya menghargai mereka. Bagaimana pun mereka udah baik sama kita." Fabiolla berdecih sinis, dia keluar begitu saja sedangkan Ibu dan Ayah hanya diam, sangat lelah dengan sikap Fabiolla yang semakin kesini, semakin terlihat aneh.

Fabiolla berjalan keluar dari gang perumahan, entah kemana tujuan nya. Yang terpenting dia menjauh dari rumah yang orang-orang di dalam nya membuat hatinya semakin terasa panas. Orang-orang yang berada di sekitar langsung menatapnya dengan tatapan berbeda-beda membuat dada Fabiolla terasa sesak. Apakah dia harus meninggalkan kota ini agar bisa bebas dari hidup nya yang seperti di penjara ini?

Fabiolla duduk di bangku samping kedai minuman, matanya terpejam. Berusaha memikirkan langkah apa yang harus dia ambil. Pipi nya terasa dingin, ia mendongak dan mendapati Jarrel yang berdiri sambil menempelkan es teh ke pipi nya.

Terikat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang