01. Pertanda Buruk

1.1K 66 0
                                    

Debu menari-nari dalam sinar remang yang menembus celah-celah jendela gudang tua itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Debu menari-nari dalam sinar remang yang menembus celah-celah jendela gudang tua itu. Bau kayu lapuk dan cat bercampur dengan aroma lembap yang menusuk hidung. Di tengah tumpukan bangku dan meja kayu yang berdebu, seorang gadis terdesak ke dinding. Kedua tangannya terangkat tinggi, ditahan kuat oleh cengkeraman tangan kekar seorang lelaki. Wajah gadis itu pucat pasi, keringat dingin membasahi kulitnya. Matanya terpaku pada lelaki itu, mencoba membaca amarah yang membara di balik sorot matanya.

"Bodoh," bisik lelaki itu, napasnya membara di telinga gadis itu. "Bisa-bisanya lo mempermainkan gue?" Senyum sinis terukir di bibir lelaki itu.

Gadis itu menelan ludah, matanya berkaca-kaca. "Aku mohon ...."

"Gue udah ngasih lo segalanya!" Lelaki itu berteriak, suaranya bergema di gudang yang sunyi. "Gue udah ngelakuin apapun buat lo! Gue udah bujuk bokap gue biar lo bisa sekolah di sini! Orang tua gue udah baik sama lo! Apa yang mau lo cari lagi?!"

Tangan lelaki itu yang tadinya mencengkeram tangan gadis itu, perlahan merayap ke perutnya. Sentuhannya dingin dan kasar, membuat gadis itu meringis. "Lepas," lirih gadis itu, suaranya bergetar.

"Lo udah nyakitin gue," lelaki itu mencebik. "Berarti lo nerima konsekuensinya. Sekali lo sakitin gue, keluarga lo yang bakal jadi taruhannya."

"Jangan, aku mohon," gadis itu memohon, air matanya mengalir deras. "Maafin aku."

"Dengan mudahnya lo minta maaf sama gue!" Lelaki itu mencengkram rahang gadis itu, memaksanya menatap matanya. "Apa kurangnya gue sampe lo milih buat jadi jalang dari bajingan itu—umm?"

"Aku udah nggak cinta sama kamu," gadis itu berbisik, suaranya hampir tak terdengar. "Kamu selalu ngatur dan ngekang aku. Beda sama dia, dia selalu ngertiin aku. Aku bener-bener minta maaf, aku bakal ganti semua yang udah kamu kasih ke aku. Kamu baik, semoga kamu juga dapetin yang lebih baik dari aku." Semuqnya bohong, gadis itu terpaksa mengatakan itu.

Lelaki itu tertawa, tawa yang terengah-engah, penuh amarah dan dendam. "Seperti yang tadi gue bilang, keluarga lo bakal jadi taruhannya. Mereka akan menderita dan bakalan benci sama anak gak tau diri macam lo!"

Lelaki itu melepaskan gadis itu, tubuhnya terhuyung ke belakang, menghantam tumpukan bangku kayu. Debu beterbangan, menyelimuti gadis itu dalam kepulan abu yang menyesakkan dada. Lelaki itu melangkah mendekat, tatapannya dingin dan penuh amarah. "Lo udah nyakitin gue. Dan gue gak akan pernah maafin lo."

"Jangan sakitin keluarga aku," gadis itu memohon, matanya terpejam erat.

"Gue udah janji," lelaki itu berbisik, suaranya dingin dan mengancam. "Dan gue selalu menepati janji gue."

Lelaki itu mencengkeram leher gadis itu, jari-jarinya menancap kuat di kulitnya. Gadis itu terbatuk, napasnya tersengal-sengal. "Tolong," gadis itu memohon, suaranya tercekat.

"Lo udah memilih jalan ini," lelaki itu berbisik, suaranya dingin dan menusuk. "Dan sekarang, lo harus merasakan konsekuensinya."

Lelaki itu melepaskan cengkeramannya, tubuh gadis itu jatuh terduduk di lantai. Lelaki itu menatapnya dengan tatapan dingin yang penuh dendam. "Lo hamil, kan?"

Terikat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang