Fabulla menatap Jarrel dan Hiraya dengan senyuman lebar yang terukir di bibirnya, sebuah senyuman yang dipenuhi dengan kebahagiaan dan haru. Melihat kedua sahabatnya yang kini telah resmi menjadi suami istri, sebuah perasaan hangat menyelimuti hatinya. Tak terasa, delapan tahun telah berlalu sejak mereka berjanji untuk saling mendukung, dan kini, janji itu telah terwujud dalam ikatan suci pernikahan. Perjalanan cinta Jarrel dan Hiraya, yang diwarnai dengan gengsi dan keraguan, akhirnya mencapai puncaknya, sebuah akhir yang indah dan penuh kebahagiaan.
Fabulla teringat akan masa-masa sulit yang mereka lalui bersama. Delapan tahun bukanlah waktu yang singkat, dan dalam kurun waktu itu, mereka telah melewati berbagai rintangan dan tantangan. Namun, Fabulla bersyukur karena ia berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya dan memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik. Rasa sakit yang pernah menyelimuti hatinya kini telah sirna, digantikan oleh kebahagiaan yang tulus. Setiap keinginannya terpenuhi, dan ia merasa hidup ini begitu indah.
Tekadnya untuk meraih mimpi tak pernah padam. Ia bekerja keras, mengumpulkan setiap uang yang ia hasilkan untuk diberikan kepada kedua orang tuanya, serta untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Mimpi untuk menjelajahi benua Eropa, yang dulu hanya sekadar angan-angan, kini telah menjadi kenyataan. Fabulla merasakan kebahagiaan yang tak terkira saat ia berjalan-jalan di kota-kota indah di Eropa, menikmati keindahan budaya dan sejarah yang terukir di setiap sudutnya.Namun, ada satu bayangan yang menghantui kebahagiaan Fabulla. Ia kesulitan menemukan pasangan hidup yang tepat, hatinya seakan terikat pada seseorang dari masa lalu. Setiap kali mengingat sosok itu, hatinya terasa membeku, tertusuk duri yang tajam, dan nyeri yang menusuk hingga ke tulang. Rasa sakit itu begitu nyata, seolah menghancurkan setiap usaha Fabulla untuk membuka hatinya pada orang lain.
Meskipun ia berusaha keras untuk melupakan masa lalu dan membuka diri pada kemungkinan baru, rasa sakit itu tetap menghantuinya. Ia seperti terjebak dalam lingkaran setan, tak mampu melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu yang menghantuinya.Sinar mentari siang yang terik menyengat kulit Fabulla saat ia melangkah keluar dari gedung pesta pernikahan Jarrel dan Hiraya. Karpet merah yang baru saja ia lalui kini tertinggal di belakang, tergantikan oleh udara segar yang menusuk paru-parunya. Fabulla segera menuju mobilnya yang terparkir di dekat pintu gerbang, sebuah mobil yang tak lagi asing baginya.
Ia masuk ke dalam mobil, menstarter mesin, dan melajukan mobilnya keluar dari area pesta. Jalanan yang sepi membuat perjalanan pulang terasa lebih tenang. Fabulla menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.
Senyum tipis terukir di wajahnya. Kebahagiaan yang terpancar dari wajah Jarrel dan Hiraya, serta kehangatan yang tercipta di antara mereka, seolah menular ke dalam dirinya. Fabiolla, yang dulu sering membuatnya jengkel, kini telah menemukan kebahagiaan sejati. Fabulla melihat bagaimana Fabiolla dipenuhi cinta dan kasih sayang dari suaminya, dan bagaimana hubungan mereka berdua kembali erat seperti saudara kembar yang tak terpisahkan.
Namun, satu pertanyaan masih menggantung di benaknya: di mana Hamlet? Lelaki yang dulu mengisi masa remajanya itu kini menghilang tanpa jejak. Fabulla tak lagi mendengar kabarnya, seolah ia lenyap ditelan bumi.
Setibanya di rumah, Fabulla memarkir mobilnya di garasi. Ia melangkah keluar, matanya tertuju pada halaman rumahnya, yang kini telah dirombak menjadi lebih luas dan megah. Ia melangkah menuju bagian belakang, membuka pagar kayu yang memisahkan halaman dengan hutan di belakangnya. Langkah kakinya menuntunnya menuju Danau Stillwater, tempat yang menyimpan banyak kenangan.
Danau itu masih sama seperti yang ia ingat, tenang dan damai. Namun, kini danau itu dijaga ketat oleh sebuah organisasi konservasi alam yang peduli dengan kelestarian lingkungan. Hanya Jarrel, Hiraya, dan Fabulla yang diizinkan untuk berkunjung ke danau ini, karena mereka adalah penemu danau ini dan telah berjanji untuk menjaganya agar tetap terjaga keindahannya.
Mata Fabulla berbinar saat melihat beberapa angsa berenang dengan anggun di permukaan danau. Bulan Juni, bulan di mana angsa-angsa itu kembali bermunculan di danau. Namun, ketenangan itu sirna seketika. Fabulla merasakan sebuah kehadiran di baliknya. Ia menoleh, dan matanya bertemu dengan sepasang mata yang tak asing lagi. Jantungnya berdebar kencang, seolah ingin melompat keluar dari dadanya. Rasa rindu yang terpendam selama bertahun-tahun kini membuncah, menggenangi dadanya hingga membuatnya sesak.
Di depan matanya, berdiri sosok yang telah lama menghilang dari hidupnya. Sosok yang selalu dicari dan sosok yang tanpa sengaja telah melukai hatinya, namun juga menyimpan kenangan indah yang tak terlupakan. Sosok yang membuat Fabulla merasa terikat dengan lelaki itu. Senyuman terukir indah di bibirnya, sedangkan Fabulla masih mematung dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya."Kita bertemu kembali, Fabulla Dozier."
Selesai
Makasih banyak yang sudah kasih komentar dan juga vote sampe akhir cerita ini. Aku seneng banget, aku selalu menunggu vote dan komenan dari kalian. Karena itu bikin aku semangat buat terus nulis cerita ini🤍🎀
Aku pamit dari cerita ini, mohon maaf dengan segala kekurangan nya🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat (End)
Short StorySejak pertemuannya dengan Nero Mavendra di danau itu, hidup Fabulla bisa dikatakan tidak tenang lagi. Lelaki itu seringkali menampakan diri di hadapannya, bersikap seakan-akan Fabulla adalah miliknya. Bukan dalam artian kekasih, melainkan Nero menja...