37. Last Day

369 25 0
                                    

Aroma kayu manis dan vanilla yang hangat memenuhi udara di dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aroma kayu manis dan vanilla yang hangat memenuhi udara di dapur. Fabulla, dengan rambut hitam yang digelung rapi, sedang sibuk mengaduk adonan cheesecake dengan spatula besar. Tangannya cekatan, memastikan setiap sudut loyang terisi sempurna. Di sebelahnya, Nero, dengan kemeja putih berkancing yang sedikit terbuka, berdiri tegak, hanya bisa memperhatikan apa yang tengah dilakukan Fabulla. Membantu pun takut kena omel lagi, dia telah melakukan kesalahan.

Lelaki itu malah mencampurkan garam bersama dengan keju cream, membuat Fabulla kesal. Saat ini mereka akan membuat cheseecake untuk Nenek Nero yang katanya berulang tahun hari ini. Fabulla ingin sesuatu yang dibuat oleh tangan nya sendiri, untuk Nenek. Dia ingin membuat hari terakhir di rumah Nero sangat berkesan. Awal nya Ayah Nero akan mengadakan pesta, namun Nenek menolak karena sudah tak ingin lagi dirayakan secara besar-besaran. Menurutn nya dia sudah puas dan merasa bosan, jadi nya Nenek memilih untuk tidak merayakan.

Nero yang berada di samping Fabulla tampak bosan, tangan nya dengan iseng menyentuh jeringat di dahi Fabulla. "Tadi bunga nya udah disimpen di tempat yang aman 'kan?" tanya Fabulla memulai kembali obrolan.

"Udah di kamar." Fabulla mengangguk, dia mulai memasukan loyang ke dalam oven, kemudian dia duduk di meja makan diikuti oleh Nero. "Aku ngga bisa ikut pulang bareng kamu," ucap Nero sembari mengusap rambut Fabulla yang duduk di samping nya, gadis itu langsung menatap Nero seakan meminta penjelqsan.

"Aku harus ke London bareng Nenek sama Ayah. Tante aku mau menikah disana."

"Berapa lama kamu disana? Seminggu lagi 'kan mulai masuk sekolah," tanya Fabulla, entah mengapa perasaan nya tidak enak. Dia seperti merasa kehilangan jika tidak melihat Nero. Meskipun Fabulla dan Nero memutuskan untuk tidak bersama, tapi Fabulla ingin terus melihat Nero. "Mungkin izindulu, aku disana bakalan lama," jawab Nero..

"Ko, lama?" Nero tersrnyum, ia merasa tidak tahan untuk tidak mengecup seluruh wajah Fabulla. Dan dia pun melakukan nya sampai membuat Fabulla terkesiap dan refleks memukul pundak Nero.

"Aku juga ga tau, Ayah belum ngejelasin apa-apa. Pasti aku bakalan kangen sama kamu, La." Fabulla meneguk ludah nya kasar, dia membelai wajah Nero. "Semoga perjalanan kamu lancar ya," sahut Fabulla lalu mengecup kening Nero singkat. Nero sampai mematung, Fabulla pun tertawa melihat wajah Nero yang terlihat galak kini menjadi memerah, dan terlihat imut di matanya seperti baby boy.

"Kalo kaya gini aku ga mau ninggalin kamu, Bulla." Nero memeluk erat tubuh Fabulla, mereka tak sadar tengah di perhatikan oleh beberapa pelayan yang tengah menbersihakn setiap sudut rumah. "Jangan kaya gitu Nero, kita 'kan bisa mencari kebahagiaan masing-masing."

"Kebahagiaan aku cuman ada di kamu, Bulla." Fabulla melepaskan pelukan nya, dia menghenbuskan napas nya kasar. "Jangan kaya gini please, itu bikin aku sakit. Aku bingung Nero, aku juga sejujur nya mau kamu. Tapi kita ngga akan mungkin. Kalo kita ngejalanin hubungan, pasti Fabiolla akan ganggu kita terus. Dia orang nya nekat, kamu tau sendiri, kan?"

"Buktinya dia gunting baju aku, dan terus-terusan telpon aku sama kamu, sampe kita harus matiin ponsel. Dan Fabiolla bisa lebih gila lagi, dia pasti akan memutar balikan fakta. Aku ngga siap dengan semua itu Nero, aku cuman mau hubungan yang tenang, yang permasalah nya ngga bersat seperti ini."

Nero menatap Fabulla dengan tatapan yang sulit diartikan, lalu memeluk kembali Fabulla dengan erat. "Permasalahn kita cuman karena Fabiolla, tapi kenapa bisa serumit ini?"

"Ngga mau berjuang sama-sama?" Fabulla menggeleng. "Maaf, Nero." Sejujur nya sangat sakit mengatakan itu, tapi mau bagaimana lagi. Mungkin sudah takdir nya.

***

"Selamat Ulang Tahun Nenek!" seru Fabulla dan Nero setelah membuka pintu, membuat Nenek terkejut. Beruntung Ayah mereka bisa diajak kerja sama, beliau membawa Nenek jalan-jalan seharian. Sampai Fabulla dan Nero bisa melancarkan rencana mereka untuk membuat kue dan juga membeli beberapa buket bunga.

Fabulla memegang cheesecake buatannya, yang di atasnya terdapat satu lilin menyala. Lilin itu berwarna pink lembut, sama dengan warna bunga mawar yang menghiasi cheesecake. "Selamat Ulang Tahun, Nenek!" seru Fabulla sekali lagi sambil tersenyum lebar, matanya berbinar-binar. Nenek terkesima melihat kue dan bunga yang indah. Buket bunga mawar merah muda dan bunga lili putih tersusun rapi, dihiasi pita satin berwarna biru muda. "Wah, ini semua untukku?" tanya Nenek dengan mata berbinar, tangannya gemetar sedikit karena terkejut. "Tentu, Nenek!" jawab Nero. "Kami ingin memberikan kejutan spesial untuk Nenek tercinta. Dan cheesecake ini buatan Bulla sendiri loh, Nek," lanjut Nero dengan mata berbinar-binar, tangannya menunjuk ke arah cheesecake dengan semangat. Nenek pun segera memeluk Fabulla setelah cheesecake itu beralih ke tangan Ayah Nero yang sedari tadi hanya menyaksikan kejutan itu dengan senyuman yang mengembang.

Nenek mengecup kedua pipi Fabulla, lalu beralih pada Nero, mengecup seluruh wajah cucu nya. "Kalian berdua memang anak-anak yang baik hati," ucap Nenek dengan suara lembut, matanya berkaca-kaca. "Kita pindah ke ruang tamu, yuk jangan disini," ajak Ayah Nero. Mereka pun langsung ke ruang tamu, cheesecake dan tiga buket sudah diletakan di atas meja. Kini Nenek duduk di kursi berhadapan dengan cheesecake buatan Fabulla, dia berdoa setelah itu meniup lilin yang mulai pendek.

"Terima kasih cucu-cucuku yang sangat manis, aku sangat bahagia. Ternyata perayaan kecil seperti ini lebih bermakna dibandingkan dengan pesta besar-besaran." Nenek menatap Nero dan Fabulla dengan penuh haru, matanya berkaca-kaca. Senyum tipis terukir di bibirnya, membuat wajahnya tampak lebih berseri.

"Nek, tapi Ayah juga ikutan andil dalam rencana ini. Kita nyuruh Ayah buat bawa Nenek jalan-jalan biar Bulla bisa leluasa bikin cheesecake—nya." Nenek pun langsung memeluk Ayah Nero, memberikan kecupan di pipi nya sampai Fabulla dan Nero tertawa melihat nya.

"Bagaimanapun, Ayah mu ini masih terlihat seperti anak kecil di mata Nenek," sahut Nenek mengundang gelak tawa. Mereka mulai berfoto, tentu saja ini adalah ide dari Ayah Nero karena dia tak sabar untuk mengunggah nya di Facebook.

Kehangatan itu harus segera berakhir, karena sebentar lagi Fabulla akan pulang diantar oleh supir Nenek. Nero sedari tadi terus memeluk Fabulla dengan erat, mereka tengah berada di sisi ranjang kamar tamu yang ditempati Fabulla dan Fabulla baru selesai mandi. "Nero lepasin, ada beberapa baju yang belum dimasukin ke koper," kesal Fabulla, namun Nero tidak mendengarkan. Dia menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Fabulla. "Kenapa waktu cepet banget sih, padahal baru kemarin kita keliling kota pake mobil RV," tutur Nero, suaranya sedikit bergetar.

Fabulla membenarkan, dia melepas pelukan Nero secara paksa, kemudian dia menangkup wajah Nero. "Kita bisa kaya gini lagi, Nero. Sebagai teman traveling, kita juga bisa ketemu di sekolah nanti." Fabulla menyunggingkan senyuman nya dan dibalas oleh Nero, meskipun hati mereka berdua tengah merasakan sesak.

Pintu kamar terbuka, menampilkan Nenek dan satu pelayan yang membawa tas besar. "Bulla sayang, ini semua adalah baju yang kamu pilih kemarin. Dan ada baju-baju baru yang belum di pakai juga, semuanya Nenek sudah simpan di tas ini.

"Terima kasih ya sudah membuat Nenek senang selama satu minggu ini, pasti Nenek akan sangat merindukanmu, Nak." Fabulla menatap Nenek dengan mata berkaca-kaca, dia segera menghampiri Nenek lalu memeluk nya dengan erat.

"Aku juga mau ngucapin terima kasih banyak buat Nenek karena menerima kedatangan aku dengan baik, aku pun bakalan kangen sama Nenek. Jangan pernah lupain aku ya, Nek."

"Nenek tidak akan pernah melupakanmu, Nak. Kamu adalah perempuan terbaik yang pernah Maven bawa ke rumah," ujar Nenek lalu mengecup kening Fabulla. Nenek melirik Nero yang tengah mengusap air matanya, dia pun mentap sendu cucu nya itu.

"Kita akan ketemu lagi, kan Nek?" tanya Fabulla suaranya sedikit bergetar. "Tentu Nak, doakan perjalanan Nenek lancar dan bisa kembali lagi kesini."

***

Terikat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang