08. Museum Nevana

451 41 4
                                    

Jangan lupa vote+komen nya ya🙏

Gelak tawa mereka bergema di sore hari yang hangat, bergema di samping rumah Jarrel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelak tawa mereka bergema di sore hari yang hangat, bergema di samping rumah Jarrel. Mereka menikmati suasana sore yang cerah sembari menyeruput minuman jeruk peras buatan Momy Jarrel. Bukan hanya mereka bertiga, Jia dan Jio, adik kembar Jarrel, juga ikut berlarian riang di halaman rumah yang luas. Duduk di kursi taman bawah pohon, mereka menikmati semilir angin yang menyegarkan, dan suasana sore yang menenangkan membuat mereka betah berlama-lama.

"Aku kira presentasi tentang Danau Stillwater bakal bikin heboh warga kelas, eh ternyata mereka malah ngetawain kita," kata Hiraya sambil tertawa pelan.

"Bener sih, tapi bagus juga kalau mereka nggak percaya dan nggak mau cari tahu," balas Fabulla. Jarrel, yang tengah memetik buah apel di pohon yang menjadi pelindung mereka dari sinar sore, ikut nimbrung. "Meskipun mereka penasaran dan mau cari tahu sendiri, kayaknya nggak akan mungkin deh."

"Mungkin kok, Nero aja bisa tahu, hayoo ...," timpal Hiraya.

"Bener juga, gue selalu lupa pas ngobrol sama Nero, buat nanyain kenapa dia bisa tahu lokasi danau ini. Padahal 'kan akses jalannya dari belakang rumah lo, Bulla," ucap Nero. Ia meletakkan beberapa buah apel hasil petikannya di keranjang buah, lalu duduk di sebelah Hiraya.

"Kamu udah deket ya sama dia?" tanya Fabulla, tak kuasa menahan rasa penasarannya.

"Kita 'kan ikut ekskul yang sama, jadi kita sering ngobrol. Kemarin malem gue juga diajak makan malam di rumah dia bareng Ayah nya."

"Nero, itu baik nggak sih?" Kini Hiraya yang bertanya.

"Gue liatin sih, dia baik banget. Disayang pisan sama Ayah nya, kaya anak Ayah gitu, dan dia nggak gengsi nunjukinnya di depan gue." Fabulla terdiam. Yang dibilang Ibu nya pun sama. Bahwa Nero adalah anak yang baik, bahkan sangat penurut. Apa mungkin sikap Nero yang ditunjukkan padanya itu terbentuk karena sebuah rasa sakit dan kecewa akibat Fabiolla?

"Hah-serius? Padahal kalo di sekolah aurnya nyeremin banget, kaya ada aura-aura gelapnya gitu," celetuk Hiraya membuat Fabulla tak kuasa menahan tawa.

"Makanya gue juga heran, mungkin gitu karena dia ada di lingkungan baru kali," balas Jarrel. "Lo gimana, Bulla? Masih ngerasa Nero lagi ngincer lo?" tanya Jarrel kini menatap Fabulla dengan dalam, begitupun dengan Hiraya.

Fabulla pun bingung harus menjawab apa. Sekarang Nero memang tengah mengincarnya. Beberapa kali lelaki itu berucap jika ia ingin dirinya, hingga membuat Fabulla takut sekaligus kesal dan marah. Apakah teman-temannya akan percaya jika ia sudah dicium oleh Nero sebanyak dua kali? Pasti tidak, mereka akan berpikir jika Fabulla tengah berhalusinasi. Semua ini berawal dari Fabiolla. Andai kembarannya itu tidak bertingkah gila, maka Nero tidak akan pernah mengganggunya.

Terikat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang