32. Tersiksa

320 25 2
                                    

"Bulla!" Hiraya menunjuk dirinya sendiri, yang tengah terbaring lemah di atas brankar rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bulla!" Hiraya menunjuk dirinya sendiri, yang tengah terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca. Di sampingnya, Jarrel duduk dengan tenang, mengunyah makanan rumah sakit milik Hiraya. Fabulla tercengang, matanya membulat sempurna. Dia langsung mengubah posisi tidur menjadi duduk, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Saat ini mereka tengah melakukan panggilan video.

"Kamu masuk rumah sakit?! Terus Jarrel, kok bisa ada bareng kamu?" Fabulla terlihat panik. Hiraya waktu itu mengabari, jika hari rabu mereka akan berangkat ke Swiss bersama keluarganya untuk berlibur, dan hari rabu itu kemarin. Jarrel pun berencana mendaki gunung bersama teman satu ekskul renang-nya. Mengapa sekarang Jarrel ada bersama dengan Hiraya? Apakah Hiraya masih berada di kota Nevana, dan Jarrel membatalkan rencananya?

"Aku keracunan makanan, Bulla. Ga tau nih anak tiba-tiba nyamperin kesini," jawab Hiraya, menunjuk Jarrel yang terlihat rakus. "Ko bisa keracunan makanan sih? Kamu makan apa emang nya?" tanya Fabulla kebingungan, dia merasa kasihan pada Hiraya. Padahal gadis itu sudah bercerita dengan antusias, akan mengunjungi beberapa tempat disana bersama keluarganya. Tapi gadis itu malah terbaring lemah di rumah sakit.

"Aku makan seafood di bandara. Kayaknya ga higienis deh. Aku langsung dibawa ke rumah sakit pas udah mulai ngerasa ga enak badan. Dan untung nya ada rumah sakit di deket bandara, aku ga jadi berangkat ke swiss," jelas Hiraya, suaranya sedikit lemas.

"Yaampun, tapi sekarang kamu udah baikan-kan? Udah minum obat? Dokter nya bilang apa?" tanya Fabulla terlihat cemas, jika saja dia masih berada di kota nya, maka dia akan langsung menjenguk Hiraya.

"Udah, Bulla. Aku udah minum obat. Dokter bilang aku harus istirahat dulu." jawab Hiraya, sambil tersenyum lemah.

"Si Hira emang ceroboh banget, dikasih makanan sisa juga, pasti dia makan," celetuk Jarrel tiba-tiba, karena dia telah menghabiskan makanan rumah sakit yang tidak dimakan oleh Hiraya. Karena tenggorokan nya terasa sakit jika menelan makanan.

"Sembarangan kamu!" sentak Hiraya melotot tajam ke arah Jarrel. Fabulla terkekeh pelan melihat interaksi mereka. "Hira maaf ya, aku ga bisa jenguk kamu sekarang. Aku masih di kota Harvey," ucap Fabulla dengan raut menyesal, Hiraya dan Jarrel memang sudah tahu jika Fabulla akan berlibur bersama demgan keluarga Nero. Awal nya Hiraya melarang Fabulla untuk ikut, dan Fabulla pun setuju. Tapi sayang nya, Ayah Nero langsung turun tangan, dia menjemput nya dan meminta izin pada kedua orang tua Fabulla.

"Iya ngga apa-apa. Nikmatin aja liburan manis nya bareng si Nero itu, tapi inget ya pesan aku. Jangan dulu luluh sama tuh orang, pastiin dulu kalo tuh orang emang bener-bener mau sama kamu, baru kamu boleh ngambil keputusan."

"Kalo Nero jahatin lo, bilang ke gue. Biar gue buang ke ke laut tuh orang." Fabulla terkekeh, dia mengangguk mengiyakan. "Berarti kamu ga jadi mendaki, Rel?"

"Diundur, santai gue mah."

"Padahal gaperlu diundur, ngapain juga kamu disini. Cuman ngerusuh doang," ketus Hiraya. Fabulla pun memperhatikan perdebatan mereka, namun tak lama ia melihat Nero masuk ke dalam mobil. Ia memberikan satu kantung kresek pada Fabulla.

Terikat (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang