Nero memakan roti tawar yang di olesi dengan selai coklat, sembari memperhatikan Ayah nya yang tengah memasukan baju-baju kotor milik nya ke dalam tas. hari ini Nero diperbolehkan pulang karena lelaki itu sudah pulih total. Ada rasa senang di dalam diri Nero, apalagi ketika mengingat Fabulla. Dia juga sudah bertukar pesan dengan gadis itu, kini mereka terlihat dekat. Bahkan Fabulla juga seringkali mengunjunginya, sehabis pulang sekolah.
"Ikut Ayah aja, disini gaada siapa-siapa," ucap Ayah nya memecah keheningan, Nero langsung melebarkan mata dia sudah betah disini. "Ngga Yah, kalo harus ikut Ayah pasti pindah sekolah lagi. Ini udah kelas 12 Yah, nanggung."
Ayah menghela napas, sekarang dia hanya memiliki Nero sebagai penguat nya. Dan dia tidak ingin putranya kenapa-kenapa, dia sangat takut ketika melihat tubuh Nero waktu itu menggigil hebat sampai kesulitan untuk bicara. Ia jadi teringat dengan mendiang istrinya, jangan sampai Nero meninggalkan nya seperti istrin nya. "Okee, tapi inget gabolah ikutan ekskul renang dulu, jaga-jaga," putus Ayah, Nero mengangguk semangat.
"Ayah bakal kesini tiap minggu pas libur kerja, inget jaga kesehatan. Kamu sendirian disini gaada saudara. Dan nanti pas liburan akhir tahun, kamu pulang ke rumah. Kita bisa liburan bersama," lanjut Ayah nya.
"Iya, Yah siap. Masih lama juga," balas Nero, membuat Ayah melotot. Nero pun terkekeh pelan. "Engga akan kerasa, nanti juga tiba-tiba udah bulan desember," sambung Ayah dan Nero hanya mengangguk. Setelah semuanya beres, Ayah dan anak itu pergi meninggalkan rumah sakit Elarin, karena urusan pembayaran sudah dilakukan sejak hari pertama Nero di rawat.
Mereka sudah sampai di depan rumah, keduanya segera keluar dari mobil. Nero mengerutkan kening saat melihat di depan rumah nya terdapat beberapa orang. Ada keluarga Fabulla termasuk Fabiolla, Hiraya, Jarrel dan juga Momy Jarrel. Di tangan mereka terdapat buah tangan, seperti beberapa jenis buah, bolu coklat, dan susu kotak. "Akhirnya keluar juga lo dari rumah sakit," kata Jarrel sambil merangkul bahu Nero. Nero mengangguk sembari tersenyum tipis.
Ayah nya sudah mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah, kini mereka duduk di sofa ruang tamu. Nero mengerutkan kening saat melihat Fabiolla juga ada di sana, menatapnya dengan ekspresi cemas. Nero tidak mempermasalahkan kedatangan yang lain. Hanya Fabiolla yang membuatnya muak, dengan ekspresi pura-pura cemas dan terlihat sangat menyedihkan.
"Makasih loh sudah jenguk putra saya, saya kira Nero sendirian disini. Ternyata masih ada orang-orang yang baik dan peduli, terima kasih sudah memperhatikan putra saya selama di sini," ucap Ayah yang duduk di sebelah Nero.
"Nggak masalah atuh, kita mah di sini udah menganggap tetangga tuh kaya saudara sendiri, iyakan Gania?" Momy Jarrel melirik Ibu Fabulla sambil tersenyum ramah. Ibu mengangguk.
"Mohon maaf, di rumah belum ada apa-apa, jadi nggak bisa ngasih suguhan."
"Ngga apa-apa kok, Pa. Niat kita ke sini untuk melihat keadaan Nero," jawab Ayah Fabulla. "Lagian, anak-anak kita kan sudah saling kenal dan dekat. Mereka pasti senang bisa bertemu lagi," tambah Ibu Fabulla, menatap Nero dengan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat (End)
Historia CortaSejak pertemuannya dengan Nero Mavendra di danau itu, hidup Fabulla bisa dikatakan tidak tenang lagi. Lelaki itu seringkali menampakan diri di hadapannya, bersikap seakan-akan Fabulla adalah miliknya. Bukan dalam artian kekasih, melainkan Nero menja...