Pencet ⭐sama komen bisa 'kan? Heran banget tiap bikin cerita kebanyakan yang baca pada silent semua😭 wajarkan kalo kesel, pasti author lain pun pada gitu. Ngerasa ga dihargai banget😭
"Sayang!" Hamlet yang tengah bersembunyi di bawah pohon belakang sekolah sambil merokok, langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia mendelik tajam saat melihat siapa yang datang menghampirinya. Masrisa Gioni, gadis yang dikenal dengan keangkuhannya dan julukan "perempuan gila" karena tak henti mengejar Hamlet, meskipun lelaki itu tak pernah memberikan kejelasan tentang hubungan mereka. Hamlet hanya menjadikan Marisa sebagai mainan, untuk menghibur hidupnya yang terasa abu-abu. Marisa sudah duduk di sebelahnya, mengecup pipi Hamlet singkat.
Hamlet menjadikan Marisa sebagai mainan bukan dalam arti yang kotor. Terkadang, saat merasa jenuh, ia meminta Marisa untuk menemaninya, seperti saat bermain futsal, berkuda, dan sebagainya. Pemikiran Hamlet ini membuat semua orang bingung, terutama Marisa. Namun, dia tetap senang saat diajak, meskipun nantinya dia akan disuruh-suruh seperti pembantu. ltulah hiburan bagi Hamlet, dan terkadang Marisa bisa melihat tawa Hamlet hanya karena dirinya membawa setumpuk belanjaan yang begitu banyak hingga kesusahan. Sangat aneh memang.
"Gue lagi ga butuh lo," ucap Hamlet, mengalihkan pandangannya. Marisa mengabaikannya, tetap duduk di sana. Tangannya mengusap rambut Hamlet dengan lembut, dia sudah terbiasa dengan sikap brengsek Hamlet. Namun bagi Marisa, Hamlet adalah laki-laki yang membutuhkan seseorang yang mengerti dirinya.
Tanpa disadari, mata Hamlet terpejam. Ia membuang puntung rokoknya ke arah kolam ikan yang tak jauh darinya. "Sayang, apa kamu bakalan tetap ngejar Fabulla?" tanya Marisa, menatap Hamlet penuh kekaguman. Marisa, dengan kepalanya yang selalu tegak dan tatapan mata yang tajam, seolah-olah sedang menilai sebuah lukisan, menatap Hamlet dengan penuh kekaguman. Hamlet, dengan rambutnya yang sedikit berantakan dan mata yang tajam, memiliki aura misterius yang membuat Marisa terpesona. Dia selalu terpesona oleh wajah Hamlet yang tampan, dengan hidung mancung dan rahang tegas, meskipun Hamlet sendiri tidak pernah peduli dengan penampilannya.
Marisa, dengan tubuhnya yang indah dan lekuk tubuh yang memikat, selalu menjadi pusat perhatian di sekolah. Meskipun banyak yang tidak menyukai sikapnya yang angkuh dan sombong, beberapa siswa laki-laki justru tertarik padanya dan mengincarnya karena kecantikannya. Marisa terkadang selalu dipandang buruk oleh sebqgian siswa dan siswi di sini, dia masih mempunyai sisi lembut untuk orang tersayang nya. "Ga perlu tau," ketus Hamlet, membuka matanya dan menatap ke depan. Belakang sekolah ini seperti taman yang terawat dengan indah. Terkadang banyak sekali siswa maupun siswi yang datang ke sini saat tidak ada jam pelajaran.
Suasana yang terlihat asri begitu menyegarkan, hingga bisa menenangkan pikiran mereka dari segala tugas yang membuat kepala sakit, dan masalah lain yang mungkin mereka punya. Marisa mengerucutkan bibirnya sebal, menangkup wajah Hamlet, dan mencium bibir lelaki itu dengan gesit.
"Kamu selalu ngeselin tau, tapi kamu lucu banget kalo ketawa, wajah garang nya jadi ilang diganti sama wajah gemesin kamu," bisik Marisa, sembari memainkan pipi Hamlet. Hanya Marisa yang berani memperlakukan Hamlet seperti ini. "Lepasin tangan lo, bau bawang." Dengan bodohnya, Marisa mencium tangannya. Hamlet berbohong, tanganya sangatlah wangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat (End)
Historia CortaSejak pertemuannya dengan Nero Mavendra di danau itu, hidup Fabulla bisa dikatakan tidak tenang lagi. Lelaki itu seringkali menampakan diri di hadapannya, bersikap seakan-akan Fabulla adalah miliknya. Bukan dalam artian kekasih, melainkan Nero menja...