Nero terlihat kebingungan. Dia ingin menolak ajakan Fabiolla, tapi dia teringat apa yang dilakukan Fabiolla untuk melindunginya. Akhirnya, dia pun menyetujui ajakan Fabiolla. Nevana Fun Park adalah tujuan mereka sekarang. Fabiolla terlihat bahagia memutar lagu kesukaan mereka di masa lalu. Matanya berbinar-binar mengikuti setiap lirik, menandakan kebahagiaan yang dia rasakan.
Dada Nero terasa sesak melihatnya. Andai di masa lalu tidak terjadi hal menyakitkan itu, mungkin sekarang Fabiolla tidak akan terlihat sedih seperti ini. Nero menghembuskan napas kasar. Dia memarkirkan mobilnya di parkiran khusus mobil, kemudian keduanya keluar dari dalam mobil. Fabiolla menggenggam tangannya erat. Dia memandangi wajah Nero yang terlihat datar dengan tatapan terkagum-kagum.
Nero mengajak Fabiolla untuk membeli beberapa street food. Hal ini semakin membuat Fabiolla teringat dengan masa lalu, dimana mereka seringkali datang ke wahana permainan seperti ini di kota Harvey. Mereka membeli jajanan random lalu saling berbagi dan mencicipi bersama. Fabiolla benar-benar merindukan masa-masa itu, dan sekarang rindu nya sedikit terobati karena Nero seakan peka dengan apa yang sekarang tengah Fabiolla pikirkan.
Mereka duduk di bangku taman yang lumayan sepi, karena agak jauh dari wahana permainan itu. "Jajanan kita banyak banget, gimana kalo kita cicip semua kaya dulu?" usul Fabiolla. Namun Nero tak kunjung menjawab, lelaki itu terlihat melamun membuat Fabiolla kebingungan dan merasa tak dihargai keberadaan nya.
"Ko kamu gitu sih, ga dengerin aku, Maven!" Nero tersentak, dia menoleh ke arah Fabiolla yang terlihat kesal namun berusaha untuk menutupi nya. "Sorry, gue ga fokus tadi," kata Nero, lalu memakan jajanan nya.
"Gue?"
"Iya, ada masalah sama penyebutan nya?" tanya Nero menaikan satu alis nya sembari mengunyah, Fabiolla pun semakin terlihat kesal. "Aku ga mau kamu bilang 'gue' ke aku! Pokonya harus kaya dulu, aku-kamu." Saat Nero ingin menjawab, dia terkejut karena melihat Jarrel yang tengah menatap ke arah nya dengan pandangan yang tidak bersahabat, entah sejak kapan lelaki itu berada disini. Dia pun segera berdiri dan berjalan menghampiri Jarrel.
"Lo kok ada di sini? Lagi ngedate?" tanya Nero santai. "Ga usah so akrab lo, anjing! Kecewa gue sama lo, gue kira lo baik buat sahabat gue. Bener kata Hira, lo cuman mau nyakitin Bulla doang!" Jarrel segera pergi dari sana meninggalkan Nero yang mematung. Nero mulai bertanya-tanya, apakah disini juga ada Fabulla? Apakah kedatangan Jarrel kesini bersama dengan Fabulla?
Ingin sekali dia mengejar mereka, namun suara Fabiolla menghentikan nya. Dia menggerang frustasi, mengapa semuanya menjadi rumit? Nero pun duduk kembali di samping Fabiolla, ia merasa tak tenang.
"Dia sahabat nya, Bulla 'kan? Ko bisa disini? Apa jangan-jangan dia juga kesini bareng Bulla?" tanya Fabiolla dengan wajah pura-pura terkejut, padahal dia juga melihat Fabulla yang tadinya berjalan bersebelahan dengan Jarrel dan juga Hiraya, namun Hiraya segera membawa Fabulla. Boleh 'kan dia bersikap egois sekali lagi? Fabiolla akan memperbaiki semuanya, memberikan apapun yang pernah ia ambil dari Fabulla, namun jika menyangkut Nero dia tidak bisa. Dia sudah berkorban demi Nero, maka Nero harus menjadi milik nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat (End)
Short StorySejak pertemuannya dengan Nero Mavendra di danau itu, hidup Fabulla bisa dikatakan tidak tenang lagi. Lelaki itu seringkali menampakan diri di hadapannya, bersikap seakan-akan Fabulla adalah miliknya. Bukan dalam artian kekasih, melainkan Nero menja...