Sebuah Roll-Royce hitam berhenti di parking area sekolah tempat Claire bekerja memancing rasa penasaran beberapa orang yang sedang menjemput anak mereka. Pintu penumpangnya terbuka perlahan. Memvisualkan pria paruh baya yang masih tampan dengan stelan polo shirt dan celana pendek khaki. Mengeluarkan ponselnya, lelaki tersebut menghubungi seseorang.
"Kau istirahat makan siang kan sayang? Papa ada didepan sekolah. Bisa keluar?" Ucapnya sebelum akhirnya mematikan sambungan telepon.
Tak berapa lama dari arah foyer sekolah, Claire berlari ringan menghampiri papanya yang cukup menarik perhatian banyak orang. Gadis itu memeluk singkat lalu menatap ayahnya selidik. "Kenapa kemari?"
Tertawa ringan, papa Claire dan Thom itu mengusap kepala Claire lembut. "Thom sudah berangkat ke bandara pagi tadi. Dia akan lama di Indonesia. Lalu papa melihat wanita itu, mengantarnya ke Bandara. Kau dan Nathan pasti mengenalnya kan?"
Berdecak ringan Claire membuka pintu mobil papa-nya dengan kesal. "Kita bisa bicarakan ini di rumah, papa. Bukannya menjemputku untuk makan siang dan membicarakan hal ini." Keluh Claire yang ditanggapi oleh tawa papa-nya.
"Dan lagi, papa membuntuti Thom hingga ke Bandara ya?" Tembak Claire kesal.
Papa Claire dan Thom yang terlihat masih bugar itu kembali tertawa. "Dimana Thom mengenalnya?" Tanya ayah Thom ketika mobil melaju menuju salah satu restauran terdekat.
"Di sekolahku. Wanita itu wali murid di kelasku." Singkat Claire yang membuat ayahnya semakin penasaran.
--
Sejak Thom menyatakan perasaan padanya malam itu, hari-hari Bibe berubah. Ya wanita itu menyadari bahwa harinya semakin ringan meskipun gugatan hak asuh masih terus berjalan. Kevin masih terus menghubungi untuk mendepat perihal kondisi Phill pasca kecelakaan. Anak-anak masih harus terus ditemani karena jadwal mereka yang padat. Tapi itu semua tidak ada artinya bagi Bibe, wanita itu bahagia dan berbunga atas pernyataan Thom malam itu.
Bibe memang belum memberikan kejelasan apapun, bahkan kalung berliontin lebah yang Thom berikan masih tersimpan rapi di laci meja kerjanya, tapi wanita itu sudah mulai menerima perasaannya yang mulai tumbuh untuk Thom dan tidak menyangkal apapun lagi.
Thom memang tulus dan jujur, baik kepadanya maupun anak-anaknya.
Pintu ruang kerja di galeri tempat Bibe bekerja diketuk, menampilkan sosok Maria, gadis muda yang bekerja bersamanya di galeri seni ini. Gadis itu tersenyum ketika memasuki ruangan Bibe.
"Mrs, seseorang ingin bertemu dengan anda." Ucapnya.
Menelengkan kepalanya Bibe coba mengingat lagi bahwa hari ini wanita itu tidak memiliki janji temu dengan siapapun. "Siapa?"
"Mr. Haye, dia bilang ingin melihat beberapa koleksi galeri."
Haye? Maria tidak salah bicara kan? Hanya ada satu pria bernama Haye yang dia kenal yang baru dia antar ke bandara beberapa hari yang lalu. Apakah Haye kembali lagi ke Amsterdam?
Melepas kacamatanya, Bibe merapikan blouse yang dia kenakan lalu berjalan keluar menuju ruang utama galeri seni tempatnya bekerja. Wanita itu mendapati pria paruh baya dengan rambut yang diwarnai putih. Lalu bersiap menyapanya. "Selamat siang Mr. Haye? Selamat datang di galeri seni kami." Sapa Bibe.
Pria tersebut berbalik menatap Bibe, lalu tersenyum. "Selamat Siang Mrs. Vedder. Saya Charles Haye, orang tua Claire dan Thom." Ucapnya sambil tersenyum. "Bisa kita bicara dan makan siang bersama?"
--
Jakarta, Indonesia
Sudah hampir dua minggu Thom dan Nathan berada di Jakarta. Keduanya tengah mengikuti training camp dan akan mulai melakukan pertandingan bersama tim nasional beberapa hari kedepan. Lelaki itu fokus berlatih, sesekali bermain golf dan tennis disela training camp, sesekali pula dia menghabiskan waktu ke Mall bersama dengan punggawa timnas lainnya.
Meskipun dia berada di Jakarta, Thom tidak pernah lupa untuk menghubungi Bibe dan Kedua putranya, sesekali mereka melakukan panggilan video. Thom juga terus memantau kabar dari James mengenai gugatan hak asuh antara Bibe dan Kevin yang masih terus berjalan dan memasuki sidang ketiga.
"Hai melamun aja. Jalan-jalan sana, aku kenalin ke cewek. Beautifull girl." Goda Marselino diiringi tawa Shayne dan yang lain.
"Memang kau free and single?" Sahut Ahayne menimpali.
Nathan muncul dari belakang, membawa sepiring salad dan jus buah. Meletakan di meja dan duduk disamping Dimas. "Jangan salah. Meskipun dia single dan free tapi dia sedang gencar mendekati wanita."
"Benarkah?" Sahut Dimas.
Thom hanya tersenyum, mengingat bagaimana ekspresi merona Bibe saat wanita itu mengecup bibirnya sekilas di kantor polisi dan bagaimana ekspresi wanita itu saat Thom menyatakan cinta.
"Benar, Thom sangat tergila-gila, tapi wanita itu sepertinya masih ragu." Jawab Nathan membuat Thom meliriknya kesal.
"Kenapa dia meragukan profesor kita yang tampan, matang, kaya dan bijaksana ini?" Tanya Marselino penasaran.
Nathan menelan buah yang baru saja dia kunyah, lalu mengubah posisi duduknya, "Karena wanita itu lebih matang dan bijaksana." Jawabnya penuh drama membuat mereka semakin penasaran sosok wanita idaman Thom.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thom Haye - Lovely Mommy
FanfictionApa yang lebih menyenangkan menjadi sahabat dari dua orang anak kecil? Jatuh cinta pada Mommy-nya tentu saja! Itu yang Thom Haye rasakan. Berawal dari menjadi bestie untuk dua anak kecil Freddy dan Phillip, lelaki dua puluh sembilan tahun itu justru...