"Bukan cuma Fisik dia yang terluka
Mental nya juga di rusak sama
Banjingan itu"-Arlen Nugraha🕊🕊🕊🕊🕊
Askara dan Luna sudah sampai di rumah Askara keduanya langsung di sambut hangat oleh bi Santi, jangan khawatirkan Antariksa dia aman bersama dengan Si kembar dan juga Sagar, bahkan ada berberapa anggota yang ikut menemani mereka di markas
"aduh bujang sama gadis ku, sudah pulang rupanya" ucap bi Sinta dengan ramah
Gibran yang kebetulan turun dari tangga melihat keduanya yang sedang berdiri dia ambang pintu langsung menegur mereka
"Aska Luna kenapa diam si sana masuk ini sudah malam" ucap Gibran di angguki oleh mereka, tampa berlama-lama Luna langsung memeluk om-nya itu
"Kenapa hmm" ucap Gibran pada putri adiknya itu
"Papa Luan gak mau tinggal sama ayah dan bunda di rumah" jangan salah Luna memang selalu memanggil gibran dengan panggil "Papa' itu sudah biasa begitu pun sebaliknya Askara juga sudah terbiasa memanggil ayah dan ibu Luna dengan panggil ' ayah dan bunda'
"Luna bisa tinggal di sini sekalian temenin Abang Aska kalo Papa lagi kerja" ucap Gibran
Luna dan Askara jika sedang bedua atau ada di dalam acara keluarga besar mereka akan memanggil satu sama lain dengan panggilan 'Abang dan adek' itu sudah wajib di Keluarga Dirgantara
"Emang papa mau kemana lagi?" ucap Luna hidung nya sudah mulai memerah akibat menangis
"Papa bakal kerja di luar kota lagi, satu bulan lagi papa pulang ko janji" ucap Gibran
"Papa janji?" ucap Luna hilang lah jiwa tomboy nya jika sudah berhadapan dengan Papa nya
"Papa janji" ucap Gibran "papa berangkat sekarang yah cantik, kamu baik-baik sama Abang" ucap Gibran Luna langsung menganggukan kepalanya
Gibran berjalan kearah pintu keluar namun saat di depan Askara dia melukiskan senyuman hangat untuk putra nya
"Jagain Luna bang" ucap nya seblum pergi Askara menatap tajam pada ayahnya
Setelah Gibran pergi Luna langsung menepuk pundak kaka laki-laki nya itu
"Napa?" tanya Luna "ada maslah sama papa?" sambung nya lagi
"Mau belakang kita buat kemping kecil-kecilan kaya dulu" ajak Askara tentu saja Luan langsung mau
"Mau banget adek mau!" ucap Luna dengan semangat, Hanya askara dan Sagar yang mengetahui Sifat asli Luna, karan mereka sudah berteman sejak kelas 4 sekolah Dasar
Askara dan Luna sudah mendirikan sebuah tanda dengan api unggun di dapan nya kedua nya duduk dan menatap langit malam yang terlihat banyak bintang
"Kangen mama" ucap Luna ya dia dan ibu nya Askara sangat dekat bahkan Luna rasa dia dan ibunya Asaka lebih dekat dari pada dia dan ibu kandung nya
Askara menyandarkan kepalanya pada punggung kursi lipat yang dia bawa tadi
"Sama gua kangen di peluk sama mama, kalo bisa gua mau sama mama aja Lun" ucap Askara terdengar sendu
"Abang.... Gak boleh ngomong gituh nanti kalo abang gak ada Luna sama siapa, abang mau ninggalin Luna sendiri" ucap Luna hampir menangis
"Abang gak akan ninggalin kamu, satu-satunya alasan abang tetep hidup itu kamu na, Abang harus jaga kamu" ucap Askara sangat lembut Luna langsung memeluk kaka sepupunya itu
"Jangan tinggalin Luna" ucap Luna
Askara mengelus rambut panjang milik adik sepupu nya itu "gak akan Abang gak akan ninggalin adek" ucap Askara membuat Luna tenang sekarang
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Askara (end)
Teen Fiction(Sebelum baca mohon untuk follow dulu) Askara anak laki-laki yang di tinggal kan ibunya untuk selamanya karan ulah seseorang yang belum iya ketahuan sampai saat ini,dia bersekolah di SMA Kencana 2 di kota Jakarta, dia menjadi salah satu murid pinta...