Perubahan

107 2 0
                                    

Happy Reading..

***

"Hueekkk... Huekkkk... Huek... "

Xabiru segera menyusul cahaya yang sedang memuntahkan isi perutnya didalam toilet, dengan telaten xabiru mengurut belakang leher cahaya.

Beberapa kali, cahaya memuntahkan isi perutnya, tapi tidak ada yang keluar kecuali cairan bening yang mampu membuat tubuh cahaya lemah.

Beruntung ada xabiru yang menopang tubuh lemah cahaya, sehingga tidak jatuh. Pemuda yang barusan mencicipi tubuh molek cahaya, langsung membopong cahaya ketempat istirahat yang tersedia sofa empuk.

"Masih lemes.. " Tanya xabiru sembari memberikan minyak angin untuk dihirup oleh cahaya, agar segera pulih.

Cahaya mengangguk lemah, sebagai jawabannya. "Lo makan apa, sampe mual mual kayak gini? " Tanya xabiru menyelimuti tubuh polos cahaya yang terbalut bikini seksi.

"Engga ada, kayak biasanya. " Jawab cahaya seadanya, yang tidak memusingkan kejadian barusan.

Menurutnya, ini hanya masuk angin saja. Karena pagi-pagi sudah terkena angin pantai yang dingin, tanpa pakaian tertutup. "Lo masih kuat buat lanjutin photoshoot nya?, kalau gak di tunda besok aja. " Usul xabiru yang nampak peduli pada cahaya.

"Gua masih kuat, kok. " Balas cahaya lemah.

Jika cahaya dan xabiru, selesai melakukan hubungan seksual. Sedangkan dua sepasang kekasih yang sudah membina rumah tangga selama 19 tahun itu beridiam diri, dengan catatan mereka satu ruangan, loh.

Yang satu sibuk dengan ponselnya,, dan senyuman yang selalu terukir di setiap pria itu mengetik sesuatu di benda genggam itu. Sedangkan, wanita cantik yang terbaring lemah hanya bisa memperhatikan dari jauh. Ingin sekali, kakinya melangkah untuk melihat apa yang sedang di lakukan suaminya.

Karena larangan dokter, dan dia sendiri masih belum pulih. Akhirnya, dia hanya memendam rasa penasaran.

"Mas.... "

Laki-laki dengan rambut hitam klimis itu menoleh kearah sumber suara dengan tatapan malas, "ada apa? " Jawabnya ketus.

"Aku mau buah, tolong ambilin. " Titahnya yang berhasil membuat suaminya itu melangkah dengan raut kesal, yang di tujukan padanya.

"Tolong kupasin, sama dipotong ya, Mas. " Ucap april, setelah suaminya mengambilkan salah satu buah apel yang sudah disiapkan oleh cahaya sebelum putrinya ke Bandung.

Areksa menatap kesal kearah april, yang kembali beranjak pergi. Namun, segera di tanah oleh istrinya.

"Mau kemana, mas? "

Areksa menghentikan langkahnya, "panggil suster, untuk nuruti keinginan kamu. " Balasnya cuek.

"Mas, aku maunya kamu. " Ujar April tidak ingin suster yang melayaninya.

April ingin suaminya yang memperhatikannya, layaknya suami istri yang saling mencintai. Ia sangat mendambakan perhatian, kasih sayang dari pria yang sudah ia nikahi 19 tahun lalu.

Suaminya selalu bersikap dingin, ketus, dan cuek padanya. Padahal, dirinya sudah semaksimal mungkin menarik perhatian suaminya, menggoda, berpura-pura butuh pertolongan, dan masih banyak lagi.

Apakah dirinya tidak pantas mendapatkan itu semua?.

"Jangan manja. " Ketus areksa yang berhasil membuat april berkaca-kaca, mendengar ucapan ketus dari suaminya sungguh menyiksa batinnya.

"Mas, kita berdua diruangan ini seperti orang asing, padahal kita suami istri. Kamu kenapa sih, seakan menjauh dari aku?, kamu tidak peduli sama aku, apa ada perempuan lain didalam rumah tangga kita? "

April sudah tidak bisa menahan sesak di hatinya sendirian, ia butuh ruang, dan butuh melampiaskan semua yang ia pendam sendiri selama ini. April mengira setelah menikah dengan areksa, dia akan bahagia sesuai perkataan mendiang ayahnya.

Tapi, apa hasilnya?.
Tidak ada satupun kebahagiaan yang diberikan areksa padanya, sedangkan dirinya selalu memprioritaskan suaminya, selalu mengerti keadaan areksa.

Selama menikah, tangis tawa, duka, sakit, april pendam, ia rasakan sendiri bak menelan pil pahit. Mendiang ayahnya, mengira dirinya sudah bahagia dengan pernikahan yang di tentukan ayahnya.

"Kita memang asing, april. Aku tidak mengenal tentang kamu, begitupun kamu ke aku. " Balas areksa yang membuat april menangis, merasakan sakit di ulu hati.

Siapa yang tidak sakit, mendengar suaminya mengatakan mereka asing padahal satu atap. Aku tidak mengenal dia, dan dia tidak mengenal aku.

Itu semua kesalahannya, yang tidak ingin terbuka padanya. Sedangkan dirinya berusaha selalu menceritakan semua tentang kehidupannya, tapi tidak pernah di gubris suaminya.

"Kamu bilang aku menjauh, tidak peduli sama kamu. Apa kamu tidak merasakan, sejak awal pernikahan sikap aku selalu seperti ini sampai hari ini. " Lanjut areksa yang mengingatkan pada istrinya, tentang sikap dan perlakuannya selama ini, yang tidak pernah berubah.

"Aku sarankan. Stop, berharap lebih padaku. " Tekan areksa sebelum mengambil tas kerjanya yang tergeletak di meja tunggu ruangan istrinya.

"Suster yang akan menggantikan aku, mengurus kamu. " Tutur areksa sebelum benar-benar meninggalkan april sendirian dengan keadaan yang menangis tersedu-sedu, berusaha memanggil suaminya agar tidak meninggalkannya.

April berharap suaminya mendengarkan teriakannya, dan kembali menemuinya. Akan tetapi, areksa tidak kunjung datang yang membuat april berteriak kencang melampiaskan amarahnya.

"Ayah, april gak bahagia. April gagal, yah.. " Lirih april yang kembali menangis dengan tatapan kosong.

Selalu seperti ini, jika ia menanyakan perhatian, kasih sayang, kepedulian, dan orang ketiga. Suaminya tidak marah, tapi punya cara jitu untuk menyakitinya. Dengan perkataan ketus, mengingatkan kembali dirinya tentang peristiwa sebelum menikah, dan pernyataan yang berhasil menusuk relung hatinya.

Dan tidak ada tanggapan untuk perihal orang ketiga. Areksa akan pergi, dan tidak menjawab pertanyaannya. Sepertinya, april sudah tidak sanggup lagi hidup bersama pria seperti areksa.

***

Hayoooo...
Ada apa dengan cahaya?
Atau cahaya hamil?

RedflegTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang