Waka OSIS

332 5 0
                                    

Happy Reading...

***

Pergelangan tangannya dihiasi waktu yang harus membuat dirinya kembali pulang sebelum malam. Setelah berbelanja banyak, menghabiskan uang kekasihnya, cahaya memutuskan untuk pulang sendiri.

Sebab, kekasihnya memiliki kendala untuk mengantarnya. Ia bersyukur, kekasih tuanya tidak mengantarkan pulang. Sebenarnya, ia tidak pernah menginginkan kehadiran kekasih seperti Arga. Cahaya hanya memanfaatkan kesempatan ini, demi kehidupan selanjutnya.

Cahaya tersenyum melihat pedagang yang ada dipinggir jalan, ia sudah berjanji pada seseorang untuk membawakan makanan kesukaannya setelah selesai bekerja.

"Mang, kebab telurnya dua bungkus ya. " Pesannya, setelah pembeli terakhir pergi.

Sudah menjadi kebiasaannya untuk memperhatikan langkah-langkah pedagang membuat kebab pesanannya. Cahaya memiliki keinginan untuk membangun bisnis Kebab telur, maka dari itu ia harus bisa dan paham membuat kebab.

"Terimakasih ya, mang. " Ucap cahaya sembari memberikan dua lembar uang yang bernilai sepuluh ribu rupiah.

Setelah mendapatkan pesanan, cahaya langsung menjauh dari gedung bar yang besar seantero jakarta. Ia mendekati mobilnya, untuk segera pulang.

Belum masuk kedalam mobil, bibirnya sudah di serbu benda kenyal yang rakus mencumbu dirinya. Cahaya terkejut bukan main, di cumbu di tepi jalan dengan orang yang tidak dikenalnya.

Cahaya berusaha memberontak, memukul dada bidang pria yang menciumnya dengan kuat. Namun, bukan sakit yang dirasakan pria asing itu, akan tetapi gairah nya semakin memuncak.

Matanya membola sempurna, kala mengetahui pelaku pelecehan dirinya. Cahaya sibuk menghirup nafasnya yang habis tertelan cumbuan wakil ketua OSIS, setelah xabiru melepaskan ciumannya.

Ia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan xabiru, setelah pria itu memergokinya bertemu dengan Arga. "Lo... " Belum sempat cahaya melanjutkan ucapannya, xabiru lebih dulu mendorongnya masuk kedalam mobil.

"Diam, atau mati. " Ancam xabiru mengeluarkan pisau catter, dengan nafas yang memburu, menatapnya bak mangsa.

Cahaya hanya bisa menuruti, ia belum berani untuk mati secepat ini. Masih banyak keinginannya yang belum tercapai, hidupnya saat ini belum bahagia. Ia harus mengikuti ucapan xabiru dan dirinya selamat.

Xabiru menutup pintu mobil cahaya dengan kuat, setelahnya ia berlari ke arah kemudi dan mengemudi kendaraannya dengan kecepatan diatas rata-rata. Cahaya menutup matanya untuk mengurangi rasa takut yang menyerang.

"Gila, lo. " Umpat cahaya yang berusaha membujuk temannya.

"Biru, kita bisa mati.. " Seru cahaya yang membuat xabiru menyeringai sinis.

Mendengar suara cahaya yang bernafas ketakutan mampu membangkitkan nafsunya, Hawa panas yang disebabkan minuman yang ia tenggak tadi kembali menyerangnya.

"Anjing... " Umpatnya yang sudah tidak bisa menahan rasa inginnya, yang membuat bendanya sakit, mengeras.

"Lo gak mau mati, bukan? " Pertanyaan bodoh biru, membuat cahaya mengerutkan keningnya bingung. Tapi, setelahnya ia mengiyakan pertanyaan wakil ketua OSIS colombe.

Yang dibutuhkan cahaya saat ini adalah keselamatan, bukan pertanyaan bodoh xabiru yang seolah-olah tidak sayang dengan nyawanya.

"Gua butuh bantuan tangan lo, buat gua puas. " Pinta xabiru yang membuat cahaya mendelik marah.

Apa-apaan ini.
Diambang kematian, pria itu masih memikirkan kenikmatan yang menjijikkan itu.

"Ogah... " Tolak cahaya yang membuat darah xabiru mendidih.

Ia tidak suka di bantah, apapun yang diinginkannya harus tercapai. Pemilik bola mata biru itu menambah kecepatannya yang membuat cahaya berteriak, untuk menurunkan kecepatan yang pegang xabiru.

"Biru,,  pelan" Seru cahaya yang tidak dihiraukan olehnya.

Cahaya kebingungan harus bagaimana menyelamatkan dirinya, kesialan yang nyata bertemu dengan wakil ketua OSIS colombe. Ia tidak bisa tenang, jika kecepatannya terus bertambah, sedangkan diluar banyak kendaraan yang melintas kesana kemari.

Mengikuti permintaan xabiru, itu juga tidak mungkin. Ia bukan teman yang suka makan teman. Walaupun pekerjaan yang diminta xabiru adalah hal mudah baginya, Arga kekasihnya saja sampai kelimpungan menahan kenikmatan dari tangannya.

"Didepannya ada tikungan tajam, gua jamin kita bakal mati di tikungan itu. Kalau lo, gak menuruti perintah gua. " Xabiru kembali mengancam.

Sial.
Cahaya juga mengetahui, ditikungan depan sering terjadi kecelakaan akibat kecepatan tinggi. Dia tidak mau menjadi korban dari tikungan tajam itu.

Apa yang harus ia lakukan?.
Cahaya yang sibuk dengan keputusan yang akan diambil, xabiru tersenyum miring melihat raut bingung targetnya. Ia punya banyak cara untuk menggaet perempuan.

Xabiru menyeringai remeh saat cahaya memberanikan diri untuk menggapai gundukan di dalam celananya. Dengan kasar xabiru menarik tangan cahaya untuk menggenggam bendanya.

"Ahhhh..... " Lirih xabiru saat tangan cahaya mengenai gundukan celananya.

Sedangkan, cahaya sedikit takut untuk kembali memperkerjakan tangan lihainya. Melihat xabiru yang terus mendesis keenakan, dan perlahan kecepatan mobil kembali santai cahaya kembali memainkan gundukan xabiru yang terhalang celana.

"Argghhh,,, aaahhh,, " Desah xabiru yang masih fokus mengendarai kendaraannya.

Mendengar desahan xabiru, bulu kuduk cahaya meremang seketika, tubuhnya dialiri Hawa panas, yang kemungkinan besar nafsunya Naik. Keringat dingin membanjiri pelipisnya, bukan hanya pelipisnya saja. Tapi, xabiru juga sudah berkeringat.

"Arrghh... " Seru cahaya, kala merasakan tubuhnya diangkat didudukkan ke pangkuan wakil ketua OSIS.

"Birr... Turunin gua. " Protes cahaya yang terus memberontak, ingin melepaskan diri.

"Aya, lo cukup maju mundur di pangkuan gua. " Titah xabiru yang masih fokus menyetir mobil.

Aya.
Cahaya tertegun mendengar panggilan xabiru untuknya. Selama ini, tidak ada yang memanggilnya dengan nama itu. Ia lebih sering dikenal dengan nama caca.

"Ya... " Bisik xabiru sensual di telinganya.

Cahaya melotot sempurna, kala gundukan besar itu menyentuh miliknya yang sama-sama masih dilapisi kain mampu membuatnya menggelinjang.

Ia yakin, gundukan dibalik celana xabiru semakin membesar dibandingkan dengan sebelum ia mainkan.

"Ahh... " Lirih cahaya merasakan hembusan nafas xabiru yang menggebu-gebu di area leher jenjangnya.

Perlahan tapi pasti, cahaya menggerakkan bokongnya sesuai perintah wakil ketua OSIS. Akan tetapi, batinnya sekuat tenaga menolak. Tapi, bokongnya semakin cepat dan desahan demi desahan lolos sempurna dari bibir keduanya.

***

Gila..

Waka OSIS macem apa kyk gini....

RedflegTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang