Fakta

68 4 0
                                    

Happy Reading...

***

"Kamu jahat, mei. Mas areksa itu suami mbak mei.. " Seru april yang sudah kacau.

Mendengar perkataan april, Mei tertawa terbahak-bahak, tak percaya dengan ucapan kakaknya, yang membuat areksa tersenyum miring menatap kearah istrinya. Sedangkan, cahaya mengerutkan keningnya bingung melihat reaksi tantenya, yang seharusnya marah atau memaki-maki mamanya.

"Apa Mbak?, aku jahat?. Engga salah. " Ujar mei seakan bertanya pada April akan kebenaran perkataan kakaknya.

"Kamu jahat, mei.. "Teriak april didepan muka adiknya yang langsung mencengkram dagu april.

Melihat tindakan tantenya, cahaya segera melepaskan cengkraman mei pada mamanya. Akan tetapi, gagal. Areksa lebih dulu mencekal kuat kedua tangannya, sehingga ia tidak bisa menghampiri april dan mei yang sedang berperang emosi.

" Pa, lepasin caca. Caca mau bantu mama.. "Seru cahaya berusaha memberontak yang akhirnya sia-sia, karena kekuatan areksa lebih besar.

" Diam, kamu... "

"Papa jahat. Pa, tolong bantu mama. "

Seperti permintaan cahaya pada areksa hanya menjadi angin lalu bagi papanya. Bukannya membantu, areksa malah menonton tanpa mencegah akan terjadinya sesuatu yang buruk pada akhirnya.

Cahaya sangat mencemaskan keadaan april yang baru saja keluar dari rumah sakit, ia tidak ingin mamanya kembali terbaring di ruang kesehatan lagi.

"Caca gak nyangka papa bisa sejahat ini sama mama, papa udah khianati kepercayaan Caca, mama. "

"Diam kamu. Dengarkan, kamu akan mengetahui fakta sesungguhnha. " Bisik areksa pada cahaya yang menggeram marah.

Cahaya sungguh tak menyangka dengan apa yang ketahui hari ini. Tantenya yang memiliki citra baik dimatanya, tidak lebih seperti ular berbisa. Kebaikan, ketulusannya, dan lemah lembutnya selama mereka bertemu di setiap mei pulang dari Australia setahun sekali itu hanya bualan semata.

"Mbak yang jahat. Mbak, ingat siapa areksa sebelum menjadi suami Mbak?" Teriak mei tepat di wajah kakaknya yang sudah basah dengan air mata.

Mei tertawa meremehkan april yang sudah menangis, bak orang yang tersakiti. Ia muak melihat april yang lemah, yang mengharuskan dirinya mengalah selama ini.

Dengan santai, mei melepaskan cengkramannya pada dagu april, membuat wajah ayu april terlempar kekanan. Perlakuan meu barusan berhasil membuat cahaya berteriak meminta mei untuk tidak kurang ajar pada mamanya.

"Diam kamu. Kamu belum tau kan, siapa perempuan yang sudah mendidik kamu ini?. " Ujar mei pada cahaya yang terus memberontak di sudut ruangan bersama dengan kekasihnya yang membiarkan dirinya bermain kasar pada kakaknya.

"Mau aku ingatkan, Mbak. Mas areksa itu pacar aku, Mbak udah ngerebut mas areksa dari aku. "

Cahaya tentu terkejut dengan penuturan mei, yang membuat mamanya semakin menjadi tangisnya. Tetapi, tidak dengan mei yang tertawa lucu mengingat apa yang sudah terjadi pada dirinya selama ini.

"Bukan hanya mas areksa. Tapi, semuanya. Mama, papa, harta, kekuasaan, Mbak rebut semua itu dari aku. Karena penyakit Mbak yang didiagnosis tidak bisa hidup lebih lama, tapi apa Mbak bisa hidup sampai sekarang. "

"Mbak hidup bahagia, sedangkan aku tersiksa. Kehilangan Mas areksa yang terpaksa harus menikahi Mbak, karena ancaman papa. "

Mei menatap mbaknya muak, ia menepis kasar tangan april yang berusaha meminta maaf padanya. Tidak ada maaf untuk april yang sudah membuatnya sengsara, kehilangan semua hal yang menjadi miliknya.

Masih, ia ingat. Bagaimana sesak, dan sakitnya dirinya melihat kekasih yang dicintai menikahi saudara kandungnya. Jika, bukan ancaman Januari yang akan menghancurkan keluarga areksa, tidak akan mei biarkan pernikahan itu terjadi.

Saat itu tidak ada lagi, solusi yang bisa mencegah ancaman Januari. Pasalnya, keluarga areksa adalah keluarga miskin yang tidak punya apa-apa. Mereka hidup hanya mengandalkan gaji areksa yang bekerja di perkebunan Januari. Bahkan, dirinya tidak bisa menolong areksa.

"Mbak minta maaf, mei. Mbak salah. " Mohon april yang tidak di hiraukan oleh mei.

"Apa Mbak tau?. Aku sakit Mbak, aku kehilangan mas areksa yang harusnya berada di samping aku untuk ngurus kehamilan buah hati kami. Tapi papa ngirim aku ke Australia, dan hidup sendirian dengan kondisi hamil. "

Mata hitam april menatap Mei terkejut dengan pengakuan adiknya tentang kehamilannya bersama suaminya sebelum mereka menikah. Jika mei hamil dengan suaminya, dimana anaknya?.

Embun.

Apakah embun anaknya Mei dan areksa. Tidak, itu tidak mungkin. Mei sendiri yang mengatakan padanya, embun adalah putrinya bersama kekasihnya yang ada di Australia.

Tidak berbeda dengan cahaya yang terkejut mengetahui fakta tantenya. Ia juga penasaran dengan keberadaan anak papanya dengan tantenya itu.

"Embun. Dia anakku dengan mas areksa.. "

Bagai petir di siang bolong, perkataan Mei menampar april yang menyesal sudah mengurus embun dengan kasih sayang, yang ternyata anak suaminya dengan wanita lain. Walaupun itu, adiknya sendiri. Selama ini sikap areksa lebih peduli pada embun dari pada cahaya. Harusnya ia bisa menebak dari perlakuan suaminya.

Cahaya juga terkejut, bukan main dengan fakta ini. Gadis yang ia sayangi selama ini adalah putri papanya. Dulu, cahaya selalu merasa bahwa anak papanya itu embun bukan dirinya, tapi itu semua benar setelah mendengar ucapan mei.

Umur mereka memang tidak jauh beda, dan jika di hitung kembali. Usia embun memang sama dengan usia pernikahan mama dan papanya.

"Itu semua benar, pa? "

Areksa mengiyakan perkataan cahaya yang minta kejujuran darinya.

Bruhhh....

"Mama... "

Cahaya melepaskan diri dari cekalan areksa, langsung mendekati april yang sudah tergeletak memegang dadanya yang terasa sesak, dan sakit.

Ia tatap Mei dengan tatapan kebencian, melihat betapa bahagianya tantenya yang melihat april tergeletak tak berdaya akibat penyakitnya yang kembali kambuh.

"Tante jahat, Caca akan buat tante menyesal karena udah bikin Mama sakit. "

Bukannya takut, mei seakan menantang perkataan cahaya. Dengan santai berjalan mendekati areksa dan berciuman di depan cahaya yang diliputi amarah, dan april yang kesadarannya semakin menipis.

"Terserah kamu, bocah ingusan. Tapi, tante akan mengambil semua apa yang udah dimiliki mama kamu selama ini. Mas areksa udah di tanganku, harta Papa sebentar lagi juga akan jadi milikku, dan mbak april akan membusuk di bawah tanah bersama cacing. Hahaha.. "

Cahaya menggelengkan kepalanya tak percaya dengan tantenya yang berubah drastis, tertawa di atas penderitaan mamanya. Bahkan, areksa tidak sedikitpun menoleh padanya. Laki-laki itu sibuk dengan tubuh molek mei, yang sudah di grayai seperti sebelumnya.

Ia harus segera membawa mamanya ke rumah sakit, sebelum terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Masa bodoh dengan areksa dan mei yang dimabuk nafsu.

***

RedflegTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang