04. Sekilas Bayangan

9 2 0
                                    

Adzan dzuhur berkumandang,Zidan yang sedang mengajar di kelas menghentikan kegiatannya. “Sudah adzan,Kalian bisa bersiap untuk sholat. Semoga ilmu yang saya sampaikan bermanfaat,sekian saya akhiri pembelajaran kita hari ini.Wasalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh”

“Waalaikumussalam warohmatullohi wabarokatuhh!”Jawab seluruh murid kelas 11 Mipa 2. 

Dengan langkah panjangnya Zidan meninggalkan area kelas. Tujuannya saat ini adalah masjid. 

Belum sampai di pelantaran masjid,Zidan melihat kerumunan siswa di depan sana. Dirinya berjalan mendekat membuat bisik-bisik para siswa tertangkap oleh rungunya 

“Jangan kasih kendor!”

“Kurang tuh nggak setimpal!”

“Ih ngeri ya, nggak ada yang mau misahin apa?”

“Nggak usah dipisah deh,seru tau”

“Ayo bales!”

“Eh eh,ada pak Zidan!” Seru seorang siswi yang menyadari kehadiran-nya. Bisik-bisik yang tadinya terdengar mulai meredam.Para siswa yang melihat itu memberikan jalan untuknya. 

Yang dilihatnya sekarang adalah dua orang siswa yang saling beradu.

“Hentikan!” Tegasnya,namun ucapan-nya hanya dianggap angin lalu oleh dua orang yang sedang diselimuti amarah itu.

Zidan mulai terbawa emosi karena kedua nya semakin menjadi.Ditariknya lengan salah satu dari kedua orang itu dengan kencang. “Kenapa bapak malah tarik saya! Dia yang salah!”Bentaknya pada Zidan

“Saya tidak butuh penjelasan. Kalian berdua ikut saya ke ruang BK”

Masih dengan amarah yang menggebu dua siswa itu hanya diam memandang satu sama lain dengan tajam.

“Cepat jalan! Yang lain pergi ke masjid!”Perintahnya,semua siswa yang berada disana pergi berhamburan

Kedua siswa itu berjalan dengan jarak yang berjauhan. Dari belakang Zidan mengawasi,khawatir jika kejadian tadi terulang lagi. Ketika sudah berada di ruang BK Zidan memperhatikan keduanya.

“Cepat masuk kalian bisa jelaskan di dalam”

Memastikan keduanya telah masuk ke ruang BK.Zidan kembali melangkahkan kakinya menuju masjid untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah 

Selepas sholat dzuhur hendak menuju kantor,Zidan berpapasan dengan Ruwa. Ia pikir sebaiknya yang ia lakukan sekarang adalah berkomunikasi dengan Ruwa terkait perjodohan mereka.

“Ning Ruwa,boleh kita bicara? Ada yang mau saya sampaikan”

Perempuan yang bernama Ruwa itu menundukan pandangan-nya dan menghindar. Kedua tanganya bertautan,khas seperti orang yang gelisah. “Ada apa gus?” Sahutnya yang semakin menundukkan pandangannya.

“Soal perjodohan itu, apa ning sudah tau kalo Kiyai Ahmad dan Abi menjodohkan ning dengan saya?”

"Sudah gus” jawabnya. 

“Lalu,apakah ning nantinya mau menjalin hubungan pernikahan dengan saya?”

Ruwa semakin bergerak gelisah,sedari tadi tangan-nya yang bertautan tidak bisa diam. “Saya tidak tau gus,semuanya tergantung njenengan. Saya hanya bisa menerima keputusan njenengan”

Zidan mengangguk,sadar jika sedari tadi yang diajak bicara tidak nyaman dengan nya ia pun mengakhiri pembicaraan tersebut.

Baru satu langkah dirinya berjalan,ia melihat sosok yang sangat ia kenali berdiri tak jauh darinya. Saat tatapan mereka bertemu sosok tersebut tersenyum kepadanya dan lari begitu saja

“Kalila...”

~💗~

Zidan terbangun dari tidur malam nya,mimpi itu lagi. Setelah semalam dirinya sholat istikharah. Beberapa kali dirinya memimpikan hal yang sama. Tiga hari berturut-turut mimpi tersebut seakan berulang. Perasaan-nya sekarang juga semakin tenang. Zidan yakin itu lah jawaban yang tepat

Zidan turun dari ranjang menuju ke dapur untuk mengambil minum. 

“Belum tidur han?”Ucapnya saat melihat Farhan yang masih terjaga di ruang keluarga sedang menonton televisi.

Farhan menoleh kearah belakang “Ndak bisa. Kesini mas kancani Farhan nonton,sambil ngopi”

Zidan mengangguk,kakinya melangkah mendekat. Melihat sekitar yang sepi sebelum duduk “Abi sudah tidur ya han?”

“Iya kali,kalo nggak begadang buat adeknya Syila”ucapnya asal

“Mulutmu han” Tegurnya. Setelah nya ikut menikmati acara nonton bola.

Beberapa saat kemudian pertandingan bola tersebut terjeda karena iklan

“Han,menurutmu kalo mimpi berulang-ulang itu bagaimana?” Tanya Zidan,tetapi matanya tetap melihat kearah televisi

Farhan menoleh sebentar lalu kembali fokus mengganti channel televisi “Bisa jadi pertanda atau jawaban sih. Tapi tergantung juga”

Alis Zidan bertaut tanda bingung “Tergantung bagaimana?”

“Ya tergantung,kalo mas Zidan mimpi baik bisa jadi ke depan nya hidup mas Zidan lebih baik. Kalo mimpi buruk mungkin hidup mas Zidan ke depan nya juga buruk. Nah kalo mas Zidan mimpi jorok kedep-”

“Saya ndak mimpi jorok!”

Farhan terkekeh melihat wajah marah kakaknya itu. “Lah,itukan cuma perumpamaan”

“Memang mas Zidan mimpi apa sih? Tumben tanya beginian”tanya Farhan penasaran

Zidan menggeleng “Tidak ada”

“Lah gimana sih tadi katanya mimpi sekarang nggak ada. Jangan-jangan sampeyan mimpi jorok ya!”Tuding Farhan dengan jari telunjuknya menunjuk Zidan

“Saya tidak mimpi jorok farhan” elaknya. Karena ya memang benar kenyataan bahwa dirinya tidak mimpi yang aneh-aneh

“Udah sih mas cerita aja. Mungkin Farhan bisa ngartiin mimpi sampeyan itu”

“Sudahlah lupakan saja. Memang kamu nabi yusuf yang bisa menafsirkan mimpi”

Farhan menganggukkan kepalanya “Iya juga sih,tapikan. Ah sudahlah”

Keduanya lebih memilih memutuskan percakapan tersebut dan fokus menonton pertandingan bola

To be continue...

Aspect de L'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang