11. Kalimat Yang Tersirat

5 2 0
                                    

Zidan mengawali harinya dengan menjadi imam di masjid. Abi Hamdan menyuruh menggantikan nya kali ini. Ayat-ayat dari kalam indah itu terucap dengan merdunya. Syahdu dalam ruangan besar nan megah itu tampak jelas terasa

Bukan sekali dua kali dirinya menjadi imam disini. Beberapa kali ia diminta untuk menggantikan sang Abi menjadi imam jika Abi sedang berpergian ataupun ketika sakit

“Aamiin” sahutan yang tak kalah merdunya ketika Zidan selesai melafazkan surah pembuka itu

Usai mengimami sholat. Zidan keluar dari masjid menuju ndalem. Jumat ini adalah tanggal merah,jadi hari ini dirinya tidak berangkat mengajar. Pun pesantren yang menerapkan libur di hari jumat

Dirinya melangkah menuju kamar,membuka laptop dan memeriksa beberapa pekerjaan yang belum dirinya kerjakan. Alisnya menukik tajam saat beberapa laporan terlihat janggal

Tiga puluh menit berlalu namun Zidan masih setia dengan laptop di depannya. Matanya beralih menatap pojok kanan melihat jam,setelahnya memutuskan untuk membersihkan diri

Derap langkah kaki terdengar saat Zidan menuruni tangga,di ujung sana Ia melihat anggota keluarganya sedang bersantai. Farhan yang tengah duduk dengan memainkan ponselnya,Arsyila yang menonton kartun dan Abi yang membaca koran.

Di sofa cream Zidan mendudukan dirinya. “Mas,nanti mas Zidan ya yang anter aku. Mas Farhan ada kelas pagi, hari ini” Zidan menoleh saat Arsyila berbicara.

Dahinya otomatis berkerut menatap Farhan yang setia dengan ponsel miliknya “Loh bukannya libur?”

“Tadi nya sih gitu,tapi dosen killer nya yang minta buat masuk. Tau tuh ngapain”

“Jam berapa kesana?” kini matanya beralih menatap layar sebesar 42 inch yang tengah menampilkan kartun

Arsyila menatap jam dinding yang bergantung pada tembok “ Jam sembilan aja” Zidan mengangguk tanpa menimpal, ikut larut menikmati tayangan kartun didepan sana.

Merasa jengah karena kartun itu terjeda,Tangannya bergerak menyentuh ponsel di sampingnya. Benda persegi itu ia buka layarnya entah memainkan apa,dirinya hanya menunggu kartun itu kembali tayang. Entah mengapa Zidan tidak menyukai hari libur,baginya hari libur adalah hari yang membosankan. Berbeda dengan hari biasa,dirinya memiliki kegiatan mengajar

Seutas senyum terbit dari bibirnya,notifikasi yang membuat degup jantungnya bertalu cepat. Ia baca satu persatu kata yang tertulis disana,memastikan matanya saat ini tidak bermasalah

Deret kalimat yang di kirim oleh Kalila mampu membuat senyum nya mengembang

“Waalaikumussalam warohmatulloh” lirihnya,dalam hati dia mengucap rasa syukur. Pagi hari nya di sambut kabar indah yang ditunggunya beberapa hari ini tangan nya mengetikan balasan lalu mengirimnya

Sungguh saat ini Zidan merasa dirinya seperti remaja yang tengah dimabuk asmara.

Umma Fatma datang dari arah dapur menyuruh mereka semua untuk sarapan. Kedua abdi ndalem membantu umma menyiapkan sarapan

“Kalian berdua sarapan sini saja ya?” ucap Umma fatma kepada dua santriwati ndalem

Kedua nya menunduk “Mboten usah nyai,kami berdua makan di kantin saja” ucap Farah

“Ndak usah sungkan gitu,kita kan hari ini masak banyak. Kalian juga harus kebagian. Ndak papa duduk saja”

“Jangan malu gitu mba,sini duduk samping syila” ucap Arsyila menepuk kursi di sampingnya.

“Duduk nduk,kita sarapan sama-sama” Kini Abi hamdan yang berbicara. Kedua santriwati yang tadi bimbang itu kini mendekat kearah dua kursi kosong samping Arsyila.

Hanya ada detingan sendok yang meramaikan sarapan kali ini,tidak ada percakapan karena sedari tadi Farhan hanya diam saja biasanya Farhan akan membahas apapun itu

“Kamu kenapa Han?” tanya Abi yang merasa aneh karena sikap farhan yang hanya diam saja

“Ndak papa bi,lagi ndak mood aja buat ngomong” Abi Hamdan menggeleng mendengar alasan Farhan

Tanpa ada yang tahu,debar jantung seseorang berpacu begitu cepat. Wajahnya kini merona,namun tak nampak karena kepalanya yang tertunduk. Senyuman indahnya pun tercipta namun sekali lagi,tak ada yang menyadarinya

~💗~

Didalam mobil,suara cempreng Arsyila yang menyanyikan lagu milik Taylor swift menggelegar diruang tertutup itu. Kepalanya bergerak kesana kemari riang

“And ah, take me out, and take me home You're my, my, my, my
Lover~”

“Nginep berapa hari disana dek?”

“Rencana sih tiga harian,tapi nggak tau nanti”

“Kalo besok ada acara keluarga mendadak kamu ndak mau ikut?” ucap Zidan penuh arti

Arsyila menggeleng “Ndak mau” ucapnya sambil melihat pepohonan dari kaca jendela

Sampailah mereka di pelataran luas pesantren Riyadul Huda. Arsyila berlari dengan tas di punggungnya mendekati gadis yang tengah menunggu di teras

“Nuraa!” mereka berpelukan layaknya dua orang sahabat yang lama tak berjumpa

“Ish makin cantik aja sih kamu!” Nura hanya tertawa

“Assalamualaikum” salam Zidan saat menapaki teras

“Waalaikumussalam warohmatulloh”

“Pak de ada di dalam?” Ning Nura mengangguk sopan lalu memimpin keduanya memasuki rumah besar bergaya kuno itu

To be continue...

Aspect de L'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang