17. Pagi Indah Milik Kalila

5 2 0
                                    

Beberapa menit sebelum adzan berkumandang Zidan lebih dulu terbangun di banding Kalila. Istrinya itu masih setia dengan mimpi indahnya,melihat posisi tidurnya yang tak beraturan membuat Zidan menggelengkan kepala

Ia bangkit dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri

Beberapa menit kemudian Zidan telah siap dengan koko maroon dan sarung hitam. Ia kenakan peci hitam miliknya yang terdapat diatas nakas

Kalila belum juga bangun, Zidan berjalan mendekat ke arah ranjang untuk membangunkan istrinya dari  tidur nyenyak nya itu. “Kalila...”

Ditepuknya lengan istrinya pelan,ia juga harus berhati-hati karena sudah mempunyai wudhu. “Kalila,sudah subuh” Kalila malah mengubah posisi tidurnya sehingga membelakanginya.

Zidan masih berusaha membangunkan istri kecilnya itu,ia usap surai indah milik istrinya “Kalila,sudah subuh. Ayo sholat”

Nampaknya kali ini berhasil. Kalila mulai membuka matanya menyesuaikan cahaya. Ia kembali mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Ditatapnya figur rupawan yang berada di depan nya “Mau kemana pak?” tanya dengan suara khas bangun tidur.

“Saya mau ke masjid. Kamu cepat ambil wudhu” Kalila mengangguk dalam posisi yang masih terbaring. Setelah mendapat jawaban dari Kalila ia kemudian melangkah menuju pintu. Kalila melihat punggung Zidan yang menjauh dengan senyuman. Sepertinya pagi ini adalah pagi yang indah untuknya

“Pak kayanya kita nggak bisa berangkat barengan deh” Zidan yang tengah mengancingkan lengan kemejanya menoleh menghadap Kalila yang sedang merapikan jilbabnya

“Takut ada liat terus kita jadi bahan gosipan. Nanti pak Zidan dianter sama pak Jaya ya?” sambungnya. Zidan mengangguk mendengar alasan Kalila,sebenarnya pun tak masalah jika dirinya menjadi bahan gosipan,ia pasti akan menegur dan mengatakan yang sebenarnya. Mengingat usia Kalila yang masih cocok dibilang anak-anak mungkin juga mereka tidak akan percaya

“Saya saja yang naik motor,kamu diantar pak jaya. Biar aman,bagaimana?” Kalila mengangguk tangan nya membentuk huruf ‘o’

“Nanti dikelas kamu ada jam saya ndak?”

Kalila menggeleng “Harusnya rabu kemaren,pak Zidan malah nggak masuk”

“Oh iya,kemarin saya ada rapat komite”

“Bisa nggak ya pelajaran ski jam nya ditambah? masa cuma dua jam doang seminggu” keluhnya

“Bisa saja,tapi mungkin nanti jam pulangnya lebih lama. Kenapa? Suka banget sama mata pelajaran nya?”

“Bukan,suka sama gurunya” Zidan terkekeh. Padahal ini masih pagi,tetapi Kalila sudah menggombalinya

“Sudah siap?” tanya Zidan. Kalila menyengir membalikan dirinya menghadap Zidan. “Ayo pak!” Kalila berjalan mendekat lalu tangan nya melingkar di lengan kekar Zidan

Dihalaman rumah,sebelum berangkat ke sekolah Kalila menyempatkan diri untuk menyalami tangan suami nya.

“Ini” Zidan menyerahkan selembar uang lima puluh ribu,Kalila mengerutkan dahinya bingung “Apa?”

“Untuk jajan kamu”

“Nggak usah pak,saya udah punya kok”

“Ini sudah kewajiban saya Kalila,kamu istri saya sekarang” Kalila mengulum senyumnya lalu ia terima uang itu dan setelahnya memeluk Zidan

“Terimakasih pak!”

“Sana berangkat,jangan buat pak Jaya nunggu kamu” ucap Zidan. Kedua berangkat menuju tempat yang sama namun berbeda tumpangan. Kalila diantar pak Jaya dengan mobil,sedangkan Zidan mengendarai motor Kalila

Seperti hari-hari biasanya,Zidan akan mengajar di kelas. Saat ini ia berada di kelas XI Bahasa 2 yang letaknya persis di sebelah kelas Kalila

“Berhubung nilai kalian belum ada yang masuk semester ini. Sekarang kalian coba kerjakan uji kompetensi 1 bagian a dan b. Setelah itu kita cocokan bersama”

“Baikk pakk!” jawaban yang didapat setelah Zidan mengatakan demikian. Ia beralih duduk setelah memberikan tugas

“Usahakan jujur,di setiap soal yang ada disana selalu ada jawaban di materi.Jika kalian tidak malas membaca”

Zidan kini sibuk dengan beberapa kerjaan di laptopnya. Jarinya menggeser mouse yang berada dalam genggaman nya. Sebelum getar notifikasi mengalihkan perhatian nya

Ternyata,Kalila yang mengirimkan pesan. Deretan huruf yang membentuk kalimat dengan emoji di ujungnya membuat senyum tipis terbit dari bibir. Dilihatnya jam pada pojok kanan atas ponselnya yang menunjukan pukul 09.23 tentu,artinya sekarang masih jam pembelajaran

Diketiknya keyboard itu,mengirim balasan dari sana. Belum ada satu menit,Kalila sudah membalas. Dan kembali lagi,ia tersenyum tertahan membaca deretan, kalimat yang tertera disana.

Setelah pesan berakhir tadi,nyatanya Kalila saat ini masih online. Gadis itu ternyata tidak menuruti perintahnya. Zidan kembali disibukan oleh pekerjaan di laptop,ia juga menunggu anak muridnya itu menyelesaikan tugas yang ia berikan

Sedangkan didalam kelas sana Kalila mengulum bibirnya. Seperti biasa jika ia tengah salah tingkah,maka wajahnya akan semerah tomat. Ia genggam lengan Deva erat meremasnya dan menggigit lengan itu,sang empu tentu mengaduh sakit Kalila menyengir lebar sebagai balasan

“Kenapa kamu? Udah mirip orang gila aja”

Kalila menyebikan bibirnya,enak saja ia di samakan dengan orang gila oleh Deva. “Ish dep!” keduanya mengoceh hingga akhirnya bu Nurul yang terkenal galak itu menegur mereka

“Itu yang dibelakang jangan ngobrol sendiri! sini kalo mau gantikan ibu ngajar”

Kicep,Kalila dan Deva diam tak berani bersuara. Namun setelahnya terjadi acara tuduh-tuduhan

To be continue...

Aspect de L'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang