Usai melaksanakan kewajiban sebagai seorang pria muslim,atau sholat jumat. Zidan mengemudikan mobil hitam itu menuju toko elektronik miliknya
Toko yang dirintis dengan sahabatnya,Rahman.Sekedar mengecek keperluan apa saja yang nanti dibutuhkan oleh toko atau sekedar memeriksa berkas laporan
“Selamat siang pak” sapa beberapa karyawan kepada dirinya,seutas senyum tipis ia perlihatkan kepada mereka sebagai balasan
“Rahman di dalam?” tanya Zidan pada salah satu pegawainya
“Iya pak,pak Rahman baru saja masuk”
Kaki jenjangnya mendekat kearah pintu bercat coklat yang tergantung tulisan ‘Office Manager’. Tangan nya mengetuk sebanyak dua kali lalu membuka pintu coklat itu
Tampaklah sebuah ruangan yang tak begitu luas dengan nuansa putih itu, terdapat sosok jangkung yang duduk di kursi membelakangi jendela
“Sudah sampai toh?” ucapan Rahman hanya dibalasi deheman olehnya. Dirinya duduk di sofa abu-abu yang tak jauh dari sana. Zidan hanya kesini tiap akhir pekan atau hari libur seperti ini,namun berbeda dengan Rahman,sahabatnya itu memang setiap saat datang kesini bahkan menghabiskan waktunya disini. Karena memang semua pekerjaan disini pria itu yang menghandle,sedangkan Zidan bekerja lewat layar laptop saja. Pun karena dirinya yang sibuk mengajar
Rahman berjalan menuju Zidan,menyerahkan beberapa berkas kepadanya. Lalu duduk di samping sahabatnya itu
Mata tajam Zidan terlihat fokus membaca laporan yang tertera pada kertas putih digenggaman nya. “Ada dua perusahaan yang menawarkan kerjasama ke toko kita ini. Dua-duanya menawarkan barang yang sama,sepeda listrik. Gimana menurutmu?”
“Kapan? Ndak ada kiriman email dari perusahaan beberapa hari ini”
“Rabu kemarin,mereka memang ndak kirim lewat email,dateng langsung ke toko ini. Saya lupa karena dari kemarin banyak barang yang masuk. Jadi gimana menurutmu?”
“Ya menurut saya,ambil saja. Tapi kita juga harus pertimbangkan kualitas yang mereka tawarkan. Dari yang saya lihat perusahaan Giashi ini lebih menjamin garansi sepeda listrik nya”
Rahman mengangguk “Yasudah sampeyan tanda tangani saja kontraknya,besok kita atur rencana pertemuan nya” Zidan mengangguk lalu tangan nya mengambil bolpoint di atas meja dan menandatangani nya
“Gimana perjodohan nya sama ning Ruwa,tetep jalan?” Ucap Rahman membuka topik pembicaraan yang menyimpang dari pekerjaan
Selain menjadi rekan kerja Zidan,Rahman juga menjadi tempat Zidan bercerita,bisa dibilang keduanya sangat dekat karena Zidan dan Rahman teman satu pondok dari SD dan di jenjang sekolah berikutnya. Zidan hanya menggeleng sebagai jawaban
“Rencana nya,saya mau lamar Kalila secepatnya” Rahman menaikan satu alisnya menatap Zidan
“Kiyai Hamdan tau?” tanya nya.
Zidan mengangguk “Bahkan abi yang menyuruh saya cepat-cepat melamar Kalila,walaupun setengah hati abi mengatakan nya” ia menghembuskan napas panjang diakhir kalimatnya.
“Kenapa?”
“Apa lagi? Dari dulu abi berharap kalau ning Ruwa menjadi mantunya”
Kekehan dari Rahman terdengar “Ya mau gimana lagi kan? Urusan hati ndak bisa dipaksa” ujarnya lalu tertawa lagi,Zidan hanya tersenyum tipis.
Jam hampir menunjukan pukul 5 sore,langit biru kini berubah warna menjadi jingga. Dari kaca jendela,lalu lalang kendaraan hilir mudik,tak heran karena sekarang waktunya balik dari pekerjaan yang melelahkan
Memasuki halaman asri pesantren milik abinya,Zidan memakirkan mobil hitam itu di garasi.
“Loh baru pulang mas?” Umma fatma menyambut Zidan di depan pintu masuk. Zidan raih tangan yang telah keriput itu untuk ia kecup
“Iya,tadi sekalian ngecek toko” langkah kaki Zidan berjalan semakin kedalam.
“Terus gimana?lancar kan?”
“Alhamdulillah lancar umma,malah ada perusahaan besar yang ngajak kerja sama” senyum Umma Fatma merekah “Alhamdulillah ya mas”
“Abi dimana umma?”
“Kayaknya masih di ruang asatidz,tadi bilangnya begitu. Ouh ya mas gimana kabarnya keluarga pak de?”
“Alhamdulillah sehat umma,hanya Zulfi yang lagi demam. Tadi pak de Rizal sama bu de titip salam ke umma sama Abi” ucapnya. Pak de Rizal adalah kakak dari umma Fatma juga pimpinan pondok Riyadul Huda. Sedangkan Zulfi adalah cucu laki-lakinya. Umma fatma mengangguk “Waalaikumussalam warohmatulloh”
Salam dari luar terdengar,Abi Hamdan melangkah masuk dan duduk disamping putra sulungnya. Melihat situasi dan kondisi saat ini Zidan memberanikan diri berbicara. Dengan degup jantung yang iramanya tak teratur itu “Zidan ingin bicara tentang lamaran itu abi”
Abi Hamdan menoleh pun sama halnya dengan umma Fatma disamping nya. “Ya,sampaikan saja”
“Orang tuanya sudah setuju abi,sekarang saya yang minta restu abi untuk melamar pilihan saya”
Abi hamdan menghembuskan napas panjang,dia tepuk bahu kokoh putranya “Kamu yakin memilih dia untuk menjalani ibadah terpanjang dalam hidup?” Zidan mengangguk penuh keyakinan,tak ada sorot ragu dari netranya
Abi mengangguk “Abi restui” kini tangan Abi hamdan melingkar di pinggang milik istrinya “Minta restu sama umma”
“Umma selalu merestui pilihan kamu le”
Tanpa bisa ditahan senyum Zidan mengembang,sudah ia dapatkan kedua restu itu. Kini tinggal selangkah lagi dirinya membangun bahtera rumah tangga
“Besok abi temani kamu kesana,jangan lupa kabari keluarganya”
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aspect de L'amour
Teen Fiction"Walau kita nggak seumuran pak,tapi saya mau kok seumur hidup sama bapak" "Rumah-rumah apa yang paling indah?" Zidan memperhatikan gerak gerik siswi didepan nya,tanpa mau menjawab. Namun satu alisnya terangkat tanda bertanya Siswi dengan seragam osi...