25. Kalila Agresif

4 2 0
                                    

Seminggu setelah perdebatan kemarin. Sekarang Kalila semakin lengket saja ke Zidan,pun Zidan yang sedikit banyak berubah menjadi lebih peka dan perhatian. Membuat keduanya semakin dekat

Kini,mereka berdua berada di rumah milik orang tua Kalila. Duduk di ruang keluarga sembari bercengkrama ria menonton televisi yang menampilkan pertandingan sepak bola. Kalila mendengus jengah,lengan nya melingkar apik di lengan kekar Zidan sedangkan kepalanya ia sandarkan ke bahu milik Zidan. Ketiga laki-laki itu sepertinya tak ingin mengganti chanel tv,tak tau kah mereka Kalila itu bosan

“Ngelendot mulu kaya monyet lo” Sean melempar kulit kuaci kearah Kalila

Kalila melotot tak terima,namun sedetik kemudian sifat tengilnya muncul “Iri aja jomblo,nggak papa kan mas?” beralih menatap Zidan yang fokus menonton tv

Zidan menoleh kemudian mengangguk satu tangan nya yang menganggur mengelus kepala Kalila yang terbalut hijab. Melihat itu Arsean mendengus,bisa-bisa nya pamer kemesraan di depan dirinya. Kalila menjulurkan lidahnya kearah Sean

Sedangkan Rendi,papa Kalila menggelengkan kepala melihat tingkah anak dan menantunya itu. “Makannya cari istri sana bang,masa kalah sama adeknya” tutur Rendi membuat perasaan Sean semakin dongkol saja lalu mengalihkan pandangan nya kearah tv. Sedangkan ketiga nya terkekeh terlebih Kalila yang paling kencang karena berhasil mengerjai abangnya

Yesi bergabung setelah melaksanakan sholat isya. Ia duduk di tengah-tengah antara Rendi dan Sean,melirik sekilas sepasang suami istri di samping sana.

“Besok nggak sekolah dek?” Tanya sang mama.

Kalila menggeleng ceria “Nggak dong! Libur yuhuu”

“Mau nginep sini? mumpung libur kan” ucap Yesi lagi. Kalila mengangguk antusias namun matanya menatap suaminya meminta izin. Zidan mengangguk,kedua mata legam itu menyala penuh binar membuatnya tak tega untuk menolak. Mungkin juga Kalila merindukan rumah ini

“Boleh”

Mendengar itu Kalila bersorak senang “Yeyy! Makasih mas” menghujani wajah Zidan dengan kecupan. Zidan terkesiap,Kalila begitu berani melakukan demikian di depan keluarganya. Kedua telinganya memerah karena malu. Mengapa istrinya ini selalu blak-blakan?

Zidan berdehem canggung

Arsean berdecih melihat pemandangan itu. Begitu juga dengan mama dan papa terlihat kaget dan setelahnya menggeleng. Namun meski begitu mereka mendoakan yang terbaik untuk bungsu kesayangan mereka.

“Jangan seperti tadi” Zidan melepaskan baju kokonya. Sekarang ini tengah berada di kamar milik Kalila. Sedangkan yang punya kamar masih mematut diri di depan cermin

Gadis berdaster bunga-bunga itu menghentikan putarannya. Menaikan satu alisnya bingung “Tadi apa?”

“Ya tadi,cium-cium saya” Kalila berbalik sepenuhnya. Menelisik wajah Zidan yang datar “Memang kenapa? Suami sendiri juga”

“Iya saya tau,tapi jangan di depan orang. Cukup kita berdua saja” Kalila berjalan mendekat setelah dihadapan Zidan,tangan nya ia kalungkan pada leher pria itu.

Cup!

“Jadi sekarang udah boleh?” mengulas senyum manis yang ia punya.

Zidan terkekeh bisa-bisanya ia mempunyai istri agresif seperti Kalila. Pria itu membalas kecupan itu di dahi Kalila “Nakal”

Kemudian setelahnya tawa mereka mengudara,Zidan meraih pinggang Kalila menuntun nya menuju ranjang. “Anak kita lagi apa ya mas? Kangen deh”

“Tidur mungkin”

Anak yang dimaksud adalah kucing abu-abu milik mereka yaitu Zila. Kalila menggeleng tak setuju “Ah nggak mungkin pasti lagi makan” mengingat kucingnya itu doyan sekali makan

Zidan mengendikan bahunya lalu memainkan ponselnya. “Aku kangen Zila deh mas”

“Lalu bagaimana,mau pulang? Masih belum larut” matanya menatap arah jam biru yang bertengger di dinding. Masih setengah sepuluh.

Kalila merapatkan dirinya keselimut menghirupnya dalam. Meski ditinggal beberapa minggu kamar ini begitu bersih karena art senantiasa membersihkan nya. “Tapi lebih kangen kamar ini”

“Ya sudah tidur,besok saya bangunkan untuk tahajud”

Kemarin-kemarin Kalila tak sengaja terbangun sekitar jam tiga pagi. Pemandangan yang Kalila lihat ketika membuka mata adalah Zidan yang tengah melaksanakan sholat malam didalam kamar mereka. Setelah itu Kalila ingin diajak sholat dan Zidan mengiyakannya. Namun saat Zidan membangunkan nya ia malah susah untuk bangkit dan akhirnya hanya malam kemarin saja. Dan karena malam itu Kalila bertekad untuk sholat tahajud seterusnya

°°°

“Zila... Mama pulang!” Kalila berteriak ketika memasuki rumah. Rumah yang mereka tinggalkan semalam beserta penghuninya.

“Zila mana ya?”

“Zila tadi ada di belakang mbak” jawab Bu Wati,perempuan paruh baya itu menjadi art Kalila sejak lima hari lalu.

Kalila mengangguk,sebelum langkahnya berlanjut ia lebih dulu berbicara “Bu tolong nanti bikinkan pisang goreng ya. Tadi pisangnya aku taruh meja,kalo sudah antar ke belakang. Makasih bu”  Bu Wati mengangguk setelahnya menuju dapur. Sepertinya menunggu maghrib dengan makan pisang goreng di gazebo mungkin ide yang bagus

Duduk di gazebo dengan kucing gempal dipangkuan nya. Jemarinya menyisir bulu berwarna abu-abu itu.“Lo kangen nggak sama gue cing,kok gue kangen lo ya huh” Diangkatnya kucing tersebut dan menatapnya tajam

Zidan menyusul Kalila. Langkahnya mendekat “Jangan di unyel-unyel terus. Nanti kurus”

Bukan Kalila jika menurut,tangannya mencubit pipi kucing bernama Zila itu. “Lagian gemesh sihh” Zidan ikut duduk di gazebo samping Kalila

“Kamu belum mandi?” Zidan meneliti penampilan Kalila dari ujung kepala sampai kaki. Yang ditanya malah mendelik “Enak aja udah ini”

“Masih baju yang tadi”

Kalila menyengir lebar “Iya hehe males ganti”

Sekarang zila sudah pindah dipangkuan Zidan,tangan besarnya memencet paw pink itu sehingga kuku panjang yang tersembunyi mencuat. “Sudah panjang ini”

Gadis yang memperhatikan itu menyengir ketika mendapat ide “Ngomong- ngomong soal kucing. Tebak deh kucing-kucing apa yang paling manis?”

“Sadiq”

“Salah,kucing-ta kamu selamanya hahaha” Kalila tertawa,begitu juga dengan Zidan.

Tak lama kemudian Bu Wati datang sembari membawa nampan berisi pisang goreng dan satu teko kecil beserta gelas. “Pisang gorengnya sudah jadi mbak”

Kalila menyambutnya antusias,namun Zidan lebih dulu mencegahnya. Dan mengambil nampan tersebut dari Bu Wati. “Kamu cuci tangan dulu sana”

Setelah mengucapkan terimakasih pada Bu wati. Ia berjalan ke arah sudut untuk mencuci tangan nya. Nampan tersebut Zidan angkat tinggi menghindari zila yang meraihnya. Karena tak bisa menggapainya kucing abu-abu itu pergi

Mereka berdua menikmati pisang goreng itu dengan canda tawa. Tak lepas dari tebak-tebakan receh yang dilontarkan Kalila untuk Zidan. Disana,sembari menanti malam. Sepasang kekasih itu pandangi proses matahari turun ke peraduan

To be continue...

Aspect de L'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang