Sore hari di pelataran rumah,ditemani sapuan angin dan secangkir kopi hangat. Zidan duduk di kursi dengan netra yang menatap serius layar laptop.
“Pacaran sama laptop mulu mas,bawa cewek nya kapan?” Arsyila duduk di kursi sebelah yang terhalang meja bundar
“Kapan-kapan”
Arsyila berdecak mendengar jawaban singkat kakaknya itu. Tangan nya menyuap ciki yang berada dalam pelukannya.“Ngapain disini?” ucap Zidan entah pada siapa. Namun Arsyila yakini pertanyaan itu tertuju padanya,kedua matanya melotot garang pada sang kakak
“Memang kenapa?! Ini kan rumah Abi sama umma,aku kan anaknya” sewotnya, Zidan terkekeh ringan.
Arsyila menyilangkan kaki sambil memakan cikinya menatap halaman luas pesantren,banyak sekali santriwati yang sedang murojaah hafalannya. Ada juga yang sekedar berbincang ria
“Mas tau nggak mbak Farah? Santriwati aliyah kelas akhir itu” Zidan menaikan satu alisnya berpikir,Arsyila berdecak tak sabar “Itu loh,abdi ndalem juga. Deket kok sama umma,sama syila juga”
“Umma dekat sama semua santriwatinya dek”
“Itu loh,yang paling tinggi. Eh itu dia!” Arsyila menatap dua orang santriwati yang berjalan kearah ndalem.
“Assalamualaikum ning,gus” ucap dua orang santriwati
Zidan menoleh sebentar,setelahnya kembali fokus pada laptop “Waalaikumussalam warohmatulloh”
“Punten ning kita berdua mau piket ndalem” Ucap salah satunya.
“Oiya, mbak. Masuk saja,sudah di tunggu sama umma di dalam”
“Nggih ning,punten” Kemudian mereka berdua menunduk sopan lalu memasuki ndalem
“Gimana cantik kan mas? Mbak farah masih 20 tahun loh” Pertanyaan Arsyila tidak di gubris oleh Zidan
“Kalo nggak suka, sama ustadzah Jihan deh,kayaknya ustadzah jihan juga belum punya calon. Kalo nggak sama ning ru–” celotehnya mengenalkan perempuan-perempuan yang dikenalinya pada Zidan
“Kamu kalo mau jadi biro jodoh jangan disini dek,di keraton saja. Disana banyak pengunjung”
“Ihh punya mas kok nyebelin banget” gerutunya sambil mengunyah ciki kasar.
Deru suara mobil terdengar memasuki pekarangan pesantren,Farhan keluar dari mobil hitam setelah menghentikannya tepat di depan ndalem. Pria yang mengenakan jaket kulit itu berjalan kearah ndalem “Assalamualaikum” salamnya memasuki teras
“Waalaikumussalam warohmatulloh” jawab Zidan dan arsyila bersamaan
“Nih” Farhan meletakan kantong berisi minuman diatas meja. Sontak saja Arsyila memekik senang
“Yey makasih mas!” ucapnya membuka kantong kresek tersebut dan meminumnya. Farhan mengusap jilbab adiknya sayang lalu berjalan masuk.
“Sudah hampir maghrib,masuk” perintah nya pada syila yang asik menyeruput boba miliknya itu. Sedangkan dirinya melipat laptop dan menenteng cangkir yang dibawanya tadi.
Kemudian kakak beradik itu memasuki ndalem karena memang hari semakin petang.
Zidan meletakan barang yang dirinya bawa di meja televisi. “Mas,nanti malem gantiin umma simak hafalan di kelas aliyah ya.Malam nanti umma mau kondangan di desa sebelah” ucap umma Fatma yang berjalan menata piring ke meja makan,dibantu abdi ndalem
“Zidan umma?”
Umma menoleh pada Zidan dengan tatapan bingung “Iya lah, kan cuma kamu yang ada disitu. Kecuali kalo kamu sama farhan disitu baru kamu bingung” Fatma menggelengkan kepalanya,sedangkan dua santriwati di belakangnya menahan tawanya. Namun salah satu diantaranya sudah mengeluarkan suara tawanya.
Dengan cepat Farah menutup mulutnya yang terkesan tidak sopan itu “Eh,ngapunten bu nyai”
“Tidak apa-apa nduk,oh iya nanti sama Farhan juga ya mas,biar bisa nemenin kamu”
“Nggih umma”
Ba'da isya sesuai perintah ummanya,Zidan dan Farhan berada di aula pesantren,menyimak hafalan santri putri. Disana ada sedikit banyak 23 orang,termasuk Zidan dan Farhan
“Silahkan dimulai” ucapnya mengawali,kemudian seluruh santri putri yang disana merapalkan doa sebelum belajar
Semua yang disana menunduk kaku karena kecanggungan yang menyelimuti aula,karena memang sebelumnya mereka tidak pernah menyetorkan hafalan mereka pada anak pemilik pesantren itu.
Hingga suara Farhan memecah keheningan “Ekhm! Santai saja adik-adik jangan grogi ,agar setoran kalian juga lancar. Anggap saja saya dinding,dan gus Zidan batu ” ucap Farhan tertawa di akhir beberapa santriwati juga tertawa karena ucapan Farhan
Namun berbeda dengan Zidan yang hanya diam melirik adiknya tajam.
Setelah Farhan mengatakan demikian satu persatu santriwati maju menyetorkan hafalan,sebagian ke Zidan dan sebagian lagi ke Farhan
~💗~
Sedangkan di tempat lain,di ruang makan Kalila sedang berusaha membujuk kedua orang tuanya.
“Papa please! Orang sejenis pak Zidan itu langka,mungkin di dunia ini cuma ada sepuluh persen” Namun,Rendi ayah Kalila tetap diam tak bergeming
“Dih,di bumi ini ada tujuh koma delapan miliar jiwa. Jadi sepuluh persen yang lo maksud itu ada tujuh ratus delapan puluh juta jiwa yang termasuk laki-laki langka kriteria lo itu” Sahut suara bariton milik Sean,kakak laki-laki Kalila
Kalila mendengus sebal saat abang nya itu ikut menimpal “Tujuh ratus delapan puluh juta jiwa itu,belum tentu laki-laki semua kan? Sepuluh persen yang gue maksud itu populasi makhluk jantan di dunia ini yang sesuai sama kriteria gue. Dan Pak Zidan ikut dalam sepuluh persen tersebut”
“Kamu loh apa sih kebelet nikah begitu,sekolah aja yang bener kenapa sih! Pake ijin nikah segala” Suara cetar membahana ikut menyahuti ucapan Kalila,Yesi mamanya yang berbicara
“Maah! Masalahnya aku belum nemu orang se perfect pak Zidan di mataku”tukasnya cepat
“Terus apa hubungannya?”
“Ya sayang dong kalo di lepas gitu aja. Lagian kita kan udah kenal lama,masa cowo se perfect itu di tolak sih. Rugi dong!” ucapnya bernada di akhir
Sean,laki-laki itu menatap Kalila dengan pandangan tak terbaca “Dek... Lo,nggak hamidun kan?!”
“Sean!” bentak Rendi dan Yesi menatap putra sulungnya tajam.
Sontak Kalila mendelik mendengar kalimat laknat abangnya itu “Ihh jaga ya congor lo! Gue gibeng juga lo bang!”
“Pa ayolaah...aku yakin kok kalo nikah nanti hidup aku bakalan bahagia. Ya iyalah bahagia orang nikah sama orang yang aku suka. Papa please” Kalila mengedipkan matanya bak kucing
“Pa izinin ya?please,ini cita-citaku pa”
Rendi menghela napasnya panjang jengah mendengar permohonan putri bungsunya “Memang kamu tau apa soal menikah?”
“Tentang dua orang yang jatuh cinta yang menyatu dalam ikatan suci” jawab Kalila cepat
“Hanya itu?”
Kalila menggelengkan kepala “Tentang kebersamaan,kasih sayang dan ibadah yang paling lama”
“Kamu cuma tau seneng nya doang dek,padahal menjalani pernikahan nggak semudah yang ada dipikiran kamu”
“Bukannya semua akan mudah kalo bersama orang yang tepat?”
“Se tepat apa pun orang nya,nggak mungkin selamanya juga berjalan mulus,pasti ada saja ujiannya dek”
Mendengar tuturan Rendi tadi,Kalila menunduk ragu“Adek siap kok sama semua ujiannya Pa! Makanya Kalila minta restu papa sama mama sekarang”
“Memang lo nggak mau nikmati masa muda lo dek?”
Pertanyaan Sean Kalila angguki dengan semangat “Gue nikmati kok,tapi berdua sama pak Zidan”
Sekali lagi,Rendi menghela napas panjang “Kalo begitu suruh dia kemari jika memang pak gurumu itu serius”
“PAPA!”
...
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aspect de L'amour
Ficção Adolescente"Walau kita nggak seumuran pak,tapi saya mau kok seumur hidup sama bapak" "Rumah-rumah apa yang paling indah?" Zidan memperhatikan gerak gerik siswi didepan nya,tanpa mau menjawab. Namun satu alisnya terangkat tanda bertanya Siswi dengan seragam osi...