06. Perkara Anak Anjing

6 2 0
                                    

Pagi hari setelah sarapan seperti biasanya Zidan akan pergi ke sekolah untuk mengajar. Diambilnya buku lks sebagai bahan materi nya dikelas nanti,lalu langkah panjang nya menuju kelas XI mipa 3

“Pahami materi sebaik mungkin,karena seperti biasa saya akan tanya di akhir penjelasan saya nanti”

“Siap pak!”

Usai mengucap salam Zidan meninggalkan kelas menuju kelas berikutnya

Tubuh yang tegap dan pandangan mata lurus sudah menjadi ciri khas Zidan saat berjalan

“Aaaakk...” Jerit seseorang entah dari mana

Zidan membalikan tubuhnya mencari. Namun lagi-lagi jeritan tersebut kembali terdengar,kali ini lebih keras

“Aaaakk...tolonginn!”

Zidan kembali mencari sumber suara itu. Dahinya mengerut melihat seorang gadis yang sedang berlarian panik sebelum akhirnya berlindung di belakangnya.

Gukk...gukk

Tak jauh dari gadis itu,ada seekor anak anjing yang mengejar. Zidan menyunggingkan senyum nya. 

“Tolongin sayaa pak!” ucapnya dengan meremas kemeja belakang Zidan. Kemudian menggeser tubuh Zidan ketika anjing tersebut mengikuti dirinya

Guk..gukk...gukk..

“Lepaskan saya dulu,bagaimana saya menolong kamu kalau baju saya kamu tarik?” Gadis itu hanya diam sembari berlindung dibalik tubuh tegap Zidan

“Saya takut pak! Nanti anjingnya malah ngejar saya lagi” 

Gukk

“Kalila...tenang saja” dengan ragu Kalila melepaskan tangannya yang berada pada kemeja Zidan yang telah kusut dibuatnya.

Setelah Kalila melepaskan tangannya. Zidan langsung menangkap anak anjing tersebut. Tidak mudah karena anak anjing tersebut sangat aktif.

Beberapa kali Kalila berteriak dan mengikuti langkah Zidan karena sejak tadi anak anjing tersebut mengincarnya,Tapi untungnya tak butuh waktu lama untuk menangkapnya.

Zidan melangkah menuju gerbang dan meninggalkan anak anjing tersebut disana. Sedangkan Kalila tetap setia mengikuti langkahnya sampai Zidan membilas tangan nya

“Kamu masih ngikutin saya?” Kedua alis Zidan bertaut ketika Kalila berdiri di sampingnya

Kalila yang ditanya pun menggaruk pipinya bingung menjawab.

“Kenapa tidak masuk kelas?”Tanya Zidan lagi setelah pertanyaan tadi hanya dibalas oleh keheningan.

“Laper mau ke kantin” balasnya

“Sekarang belum jam istirahat,sana kembali ke kelas”

“Tapi saya laper,belum sarapan”

Zidan mengeringkan tangannya dengan lap yang tersedia “Salah siapa belum sarapan? Sana kembali ke kelas” Mendengar tersebut Kalila mendengus sebal. Kemudian badannya berbalik hendak pergi

Namun seruan namanya mengudara “Kalila...”

Kalila yang merasa terpanggil akhirnya kembali membalikan badannya “Apa lagi pak?”

“Kamu belum mengucapkan terimakasih ke saya”

Gadis itu diam sejenak “Terimakasih” ucapnya sedikit enggan

“Yang ikhlas Kalila,saya bantu kamu saja ikhlas” protesnya

Kalila menaikan kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan indah “Terimakasih pak Zidan”

“Sudah?” Tanya kalila dengan wajah yang kembali datar. 

"Hm,silahkan kembali ke kelas"

~💗~

Di kantin sekolah yang ramai,Zidan duduk berhadapan dengan Pak Aldi yang sedang memakan soto.Sedangkan dirinya meminum kopi hangat

“Pak Zidan,sampeyan pernah ngobrol sama bu ruwa?” Zidan yang tengah menyesap kopinya hanya mengangguk.

“Bagaimana gelagatnya,maksud saya apa dia seperti tidak nyaman jika mengobrol dengan sampeyan?”

“Sepertinya begitu”

Pak Aldi mengangguk “Jadi bukan hanya ke saya saja”

“Tapi saya merasa aneh,bukan kah bu Ruwa terlihat berlebihan?” Ujarnya,Zidan menyatukan kedua alisnya atas pernyataan Pak Aldi

“Saya rasa tidak”

“Ya itu menurut sampeyan,saya pernah lihat bu ruwa diajak ngobrol sama pak Miko setelah itu lari seperti ketakutan”

Zidan menggeleng pelan “Sudah bahas topik lain saja pak,sampeyan malah ngajak saja gibah” Zidan terkekeh ringan lalu kembali menyesap kopinya

Pak Aldi ikut terkekeh mendengar penuturan Zidan lalu menyuap makanan nya. 

Namun dalam benak Zidan membenarkan perkataan pak Aldi,Kemarin dirinya juga melihat bagaimana respon ning Ruwa saat dirinya mengajak bicara sebentar. Dirinya enyahkan pikiran tersebut 

"Kenapa pak?” tanya Pak Aldi

“Tidak, pak Aldi bagaimana kondisi anak sampeyan? Saya dengar kemarin dibawa rumah sakit, benar?” 

Pak Aldi mengangguk membenarkan “Benar sekali,anak saya yang paling kecil si Fadli kemarin habis demam tinggi karena makan kacang,biasalah anak kecil apa saja dimakan. Alhamdulillah sekarang sudah mendingan”

Zidan mengangguk “Alhamdulillah”

“Bagaimana rasanya menjadi bapak?”Entah dorongan dari mana Zidan menanyakan demikian. Pak Aldi pun menatapnya dengan penuh tanya,namun sedetik kemudian dirinya tertawa

“Ya,begitu. Kadang repot,tapi banyak seneng nya karena setiap pulang ke rumah disambut sama ketawanya mereka,ya walaupun lebih sering nangisnya hahaha. Kenapa sampeyan tanya begitu? Jangan-jangan sampeyan juga mau nyusul. Menikah maksudnya hahaha”

“Doakan saja pak”

To be continue...

Aspect de L'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang