16. Sean

3 2 0
                                    

Kalila berjalan menuju kamar yang tak jauh dari kamarnya,kamar milik abangnya,Sean. Tanpa mengetuk pintu bercat putih didepan nya,Kalila langsung menekan knop pintu dan membukanya. Ia kira abang nya itu masih berada di luar bergabung dengan sepupunya yang lain,namun figurnya sekarang tengah duduk di ranjang membelakangi pintu

Kalila berjalan mendekat,saat ingin membuka suaranya ia melihat abangnya itu tengah mengelus foto dalam figura. Foto yang di dapat saat mereka berdua masih kecil. Disana,Sean terlihat merangkul Kalila dengan senyum lebarnya.Tanpa disadari air mata di pelupuknya sudah menggenang

“Bang Sean...” panggilnya. Sean menoleh kaget saat mendapati Kalila disana. Segera ia letakan figura itu diatas nakas dan berdiri.

Kalila menubrukan dirinya memeluk Sean. Meskipun abangnya itu super duper menyebalkan dimatanya,namun ia juga memiliki kasih sayang yang besar untuknya.

Sean pun sama tak rela nya dengan kedua orang tuanya. Saat Kalila meminta restu untuk menikah,ia adalah orang yang paling menentang. Bagaimana mungkin gadis kecil yang belum genap 18 tahun itu menjalani kehidupan rumah tangga? Saat akad tadi pun dirinya hanya diam dan setelahnya kembali ke kamar

Sean memundurkan langkahnya mendorong Kalila dengan jarinya “Gue nggak sedih nantinya lo pergi dari sini. Gue bisa jadi anak tunggal kesayangan mama sama papa”

Disaat seperti ini pun Sean sama menyebalkan nya. “Bohong,gue tau lo sedih bang” Kalila kembali memeluk abang nya. Sekarang Sean mengangguk samar,walau tak dilihat Kalila. Ia usap surai legam adiknya penuh sayang. Adik kecilnya yang cengeng itu sekarang menjadi milik orang lain

“Minjem baju buat pak Zidan” ucapnya usai acara peluk-pelukan tadi. Sean berdecak kesal “Kesini cuma butuh doang lo” tapi langkahnya tetap berjalan menuju lemari pakaian

Sean menyerahkan baju yang diminta Kalila. Gadis itu menyengir lebar menatapnya “Terimakasih abangku sayang~” dan berlalu begitu saja. Ia hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya itu

“Loh belum mandi pak” tanya Kalila saat melihat Zidan yang masih duduk diatas ranjang nya.

“Saya nunggu kamu”

“Ngapain nunggu saya,saya kan udah mandi”

“Saya nunggu baju yang kamu bawa Kalila,bagaimana saya keluar kamar mandi kalo belum pakai baju?” mendengar penjelasan Zidan,Kalila tersenyum kikuk. Ia serahkan baju Sean yang berada di tangan nya

°°°

Kedua pasutri baru turun dari kamar bersamaan,mereka melangkahkan kaki menuju tempat yang sama. Ruang makan

Disana hanya ada Sean dan Gavin,yang tengah sibuk memainkan ponsel masing-masing. Mereka berdua menoleh kearah tangga saat suara derap kaki terdengar

“Pasutri baru emang beda auranya” celetuk Gavin

Kalila lebih dulu duduk disana,sedangkan Zidan duduk di kursi sampingnya “Auranya apa emang?”

“Ya cerah,beda sama jones auranya aur-auran” Gavin menyenggol lengan Sean membuatnya berdecak. Sedangkan kedua pasutri baru itu terkekeh

Tak lama kemudian Yesi datang dengan Rendi. Makanan pun telah berjejer rapi diatas meja

Kalila mengambil piring dan menyendokan beberapa lauk. Saat ingin memakan nya suara mama nya lebih dahulu menghentikan kegiatan nya “Kalila,ambilkan dulu suami mu”

Ia mengangguk,dirinya lupa jika saat ini telah bersuami. Kalila mengambil piring dan menyendokan nasi dan lauk diatasnya lalu meletakan nya di depan Zidan

“Lain kali di tanya dulu dek,siapa tau suamimu nggak suka sama lauk yang kamu ambil,atau mau lauk yang lain” tutur Yesi membuat Kalila menoleh pada Zidan

“Bapak mau lauk yang lain? tempe kering mau?”

Zidan menggeleng “Tidak usah,ini saja”

Mereka semua makan malam dengan khidmat. Mulai saat ini Kalila akan belajar menjadi istri yang baik untuk Zidan. Pasti akan terasa menyenangkan kedepan nya. Senyum tipis terbit dari bibir nya membayangkan hari-hari yang akan Kalila lalu kedepan bersama Zidan. Semoga pernikahan ini menjadi pernikahan bahagia,pernikahan yang mampu membuat orang lain juga ikut merasakan kebahagiaan didalamnya.

To be continue...

Aspect de L'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang