20. Belanja Bulanan

2 2 0
                                    

Pagi-pagi sekali setelah sholat subuh,Kalila berniat untuk memasak pagi ini. Sedangkan Zidan belum juga kembali dari masjid. Tangan nya membuka pintu lemari es,tidak ada apa-apa disana. Kalila lupa,mereka belum belanja bahan-bahan makanan. Hanya ada lauk pauk pemberian umma yang telah mengeras

Kalila mendesah kecewa,niat nya gagal kali ini. Menghidangkan makanan dari hasil eksekusinya untuk Zidan hanya menjadi keinginan semata. Akhirnya,ia kembali ke kamar dengan perasaan dongkol

Derap langkah kaki terdengar,Zidan telah kembali dari masjid. Pria dengan baju koko navy itu melihat istrinya dengan kening mengerut “Kenapa?”

Mendengar suara bas dari arah samping,Kalila menoleh“Nggak papa,pak kayanya nanti kita harus belanja deh. Nggak ada apa-apa di kulkas”

“Hm,nanti pulang sekolah”

Senyum Kalila mengembang sempurna,lalu berlari menerjang Zidan yang tengah membuka sebagian kancing kokonya “Sayang pak Zidan banyak-banyak!”

“Sudah mandi?” tanya nya. Melihat jam biru yang bergantung di dinding kamar mereka

“Belum”

“Mandi sana”

“Nanti aja habis pak Zidan” Kalila menggeleng,sembari tangan nya memainkan ponsel

“Jarak rumah dengan sekolah jauh Kalila,nanti terlambat. Saya sudah mandi sebelum ke masjid. Cepat sana” mendengar perintah dari Zidan,ia mencebikan bibir sepanjang 5cm. Lalu langkahnya berlari menuju kamar mandi

Kelihatan nya,mentari masih malu-malu untuk menampakan sinarnya. Semilir angin pagi yang masih murni belum terkontaminasi polusi itu Kalila hirup dari balik jendela mobil “Ternyata,enak ya berangkat berdua?” kekehnya

Pria yang berada disampingnya tak menanggapi. Netranya menatap lurus jalanan yang lenggang. Mereka memutuskan berangkat bersama pada pagi sekali,bahkan jam belum menunjukan pukul enam.

Mengenai mobil yang mereka tumpangi saat ini adalah mobil pribadi Zidan yang jarang ia pakai.

“Pak kayanya nanti saya turun di perempatan aja deh,nggak enak kalo diliat orang”

“Bareng saja,toh masih sangat pagi. Ndak ada orang berangkat sepagi ini”

Kalila menggeleng kekeuh,ia tak mau turun di halaman sekolah. Hasil dari perdebatan nya dengan Zidan pagi ini ia yang menang. Memilih diantara turun di perempatan atau turun di depan pondok al falah. Dan sekarang di depan pondok alfalah kurang dari 200 meter dari sekolah mobil putih itu berhenti disana

“Sampai ketemu nanti pak Zidan hehe!”

“Belajar yang serius”

Setelah Kalila memberikan tanda jempol berlari kecil menuju pekarangan sekolah. Sedangkan dirinya masih menunggu didalam mobil melihat punggung Kalila yang menjauh,khawatir jika istrinya itu di culik atau apa. Mengingat Kalila yang kecil seperti anak tk

~💗~

Siang ini seperti yang dijanjikan oleh Zidan pada Kalila. Sepulang sekolah,mereka langsung berangkat ke salah satu pusat perbelanjaan kota Solo. Tentu mereka sudah mengganti pakaian masing-masing. Kini Zidan tampil dengan pakaian casual,kaos putih polos berpadu dengan celana hitam sepanjang mata kaki. Zidan yang memang dasarnya tampan,kini terlihat semakin tampan,seperti mahasiswa baru dengan setelan casual

Sedangkan Kalila,ia mengenakan blouse hitam dengan rok span denim dan pashmina senada dengan bajunya. “Kok nggak couple sih?!”

“Memang nya harus?”

“Ya nggak sih,tapi kan biar keliatan cocok aja gitu”

Zidan berjalan dengan merangkul bahu Kalila “Sudah,ayo jalan”

Ditengah jejeran rak yang terisi aneka bahan makanan itu mereka berjalan. Sesekali terhenti saat Kalila memilih diantaranya “Ini beli nggak pak?” menunjukan satu bungkus kopi cream

“Beli saja yang hitam” Kalila mengangguk,menaruh kopi hitam ke troli yang di dorong Zidan berlanjut ke rak-rak berikutnya

“Pak Zida suka sayur apa?kacang,kangkung,terong,sawi,buncis,kol atau apa?” Kini mereka berada di bagian sayur dan buah-buahan meneliti satu persatu

“Saya suka semua sayuran,kecuali gambas” jawabnya. Setelah itu Kalila memasukan sayuran yang disebut kan nya tadi. Beralih pada buah-buahan disampingnya,tangan nya lihai memilih beberapa buah dan meletakan nya di troli

Sampai pada akhirnya troli itu penuh dengan belanjaan mereka,tidak sepenuhnya mungkin setengahnya adalah jajanan yang di beli Kalila. Setelah itu,mereka berdiri mengantre menunggu giliran membayar di kasir

Kurang lebih setengah jam mereka mengantre,akhirnya sampai juga di bagian mereka. “Adek nya ya mas?” perempuan dengan seragam karyawan itu berbasa-basi. Senyumnya dilayangkan kepada Zidan malu-malu

Mendengar itu Kalila berdecak sebal,ia terang-terangan menatap perempuan itu tak suka. Sedangkan karyawati tadi masih memamerkan seutas senyum manisnya

Kalila merapatkan tubuhnya lebih dekat,tangan nya bergelayut manja pada lengan kekar Zidan. Ia hanya diam tapi ekspresinya menjelaskan bahwa ia sedang kesal

“Dia istri saya”

Kalimat itu mampu membuat karyawati tersebut melunturkan senyumya,melihat mereka kikuk sembari membereskan belanjaan mereka. “Ouh,maaf mas”

Usai dengan urusan belanjaan tadi,mereka singgah di restaurant jepang untuk melepas penat sejenak. Hitung-hitung sebagai date pertama mereka

Kalila membuka buku menu diatas meja. Jarinya meneliti setiap tawaran yang disana “Pak Zidan mau makan apa?”

“Terserah,yang penting tidak ada dagingnya dan tidak mengandung babi”

Dahi Kalila mengerut,ia menatap Zidan yang tengah memperhatikan sekeliling “Pak Zidan nggak suka daging?”

Zidan menggeleng “Bukan tidak suka,saya hanya hati-hati” kembali,Kalila mengeryit lebih dalam “Kenapa?”

“Resto seperti ini kan menyajikan makanan orang non islam,saya berjaga agar tidak memakan daging yang saya tidak tahu bagaimana menyembelihnya. Apalagi disini tidak ada tulisan halal”

Kalila mengangguk paham,mengapa suaminya itu menghindari makanan dengan campuran daging. Selalu saja,pria itu membuatnya kagum

“Pak Zidaan,saya jadi makin cinta!”

Ditempat itu,mereka menikmati makanan mereka. Makanan jepang seperti dengan request Zidan,tanpa daging dan unsur babi. Shabu-shabu dengan daging gurita,gyoza,okonomiyaki dan makanan penutupnya kakigori.

Mereka menikmati hidangan dengan berbincang-bincang,lebih tepatnya Kalila yang sedari tadi menyerocos tanpa henti sedangkan Zidan mendengarkan sesekali menanggapi

“Sumpah saya malu banget pak! Waktu pas itu saya lagi baca buku di perpus malah kena tegur guru. Habis itu sa–”

“Pak Zidan,Kalila?”

To be continue...

Aspect de L'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang