Langkah kakinya membawa Kalila ke setiap sudut rumah. Pernak-pernik lucu sekaligus membawa kesan aesthetic itu ia pandangi dengan senyuman yang tak henti-hentinya merekah
Matanya terpaku pada sebuah benda disana “Loh ini kapan jadinya pak?” tanya nya saat melihat figura besar yang terpasang di dinding. Itu foto pengantin mereka dengan keluarga di sisi masing-masing
“Tadi pagi,saya minta Farhan yang pasangkan. Ternyata disini” Zidan ikut memandangi figura itu,dirinya juga baru tahu jika Farhan memasang nya disini. Di ruang keluarga,letaknya tepat diatas sofa. Benda persegi panjang itu terpajang indah disana
“Mau liat halaman belakang?” tawarnya. Kalila mengangguk antusias
Selepas pulang sekolah,Zidan memboyong Kalila ke rumah yang dibelinya dua minggu lalu. Satu hari setelah ia melamar Kalila siang itu
Rumah model tropis modern warna putih itu ia beli untuk tempat tinggal mereka. Pernak-pernik lucu yang terpasang merupakan ide dari dekorator yang ia minta untuk mendekor rumah ini
Zidan membawa Kalila ke arah belakang rumah ini. Hamparan rumput jenis st augustine terbentang luas disana. Diatasnya berdiri gazebo kayu yang terletak di pojok samping pagar
“Luas banget pak!”
“Suka?” Kalila mengangguk tanpa ragu. Rumah ini,persis seperti rumah impian nya.
“Sukaa bangett,segini” ia merentangkan kedua tangan nya mengukur panjang rasa suka nya terhadap rumah ini. Zidan meraih lengan Kalila agar mendekat
Kruyukk..kryukkk...
Suara memalukan itu berasal dari perut Kalila,merusak suasana indah yang mereka ciptakan. Kalila mendongak menatap wajah Zidan dengan ringisan malu “Laper...”
Zidan terkekeh geli,lalu membawa Kalila memasuki rumah beriringan.
“Pesan makan saja,saya belum sempat isi kulkas” Zidan memberikan ponselnya pada Kalila untuk memesan makanan
Kalila menerimanya dengan senang hati,jemarinya membuka ponsel milik Zidan yang ternyata dikunci oleh pemiliknya. “Ini sandinya apa?”
“Tanggal pernikahan kita”
Blush,wajah nya seketika memerah. Rangkaian huruf membentuk kata ‘Kita’ yang terucap dari pria itu selalu saja membuatnya salah tingkah. Tanpa disangka pak gurunya itu begitu manis. Dirinya saja tidak mengubah kata sandi ponselnya dengan tanggal pernikahan mereka. Tetapi Zidan malah sebaliknya
Ponsel itu terbuka,segera ia cari aplikasi pemesanan itu. Ia ketikan sesuatu yang diinginkan nya saat ini. Makanan berkuah pedas yang menggugah selera nya, Bakso. Lalu ia menoleh ke Zidan yang tengah menyetel televisi
“Pak Zidan mau apa?”
“Samakan saja” Kalila mengangguk lalu memesan makanan itu beserta minuman nya.
Lalu ia letakan ponsel di sisinya. Ia sandarkan kepalanya pada bahu kokoh milik suaminya. Matanya meneliti setiap sudut disana
“Pak Zidan tau? rumah ini persis seperti rumah yang aku impikan sejak dulu,rumah yang ingin aku tinggali ketika menikah nanti. Dan sekarang bener-bener nyata”
“Oh ya?” Kalila mengangguk
“Pak Zidan juga suka rumah model ini? jadi selera kita sama dong”
Zidan menggeleng “Saya tidak tahu menahu soal model rumah. Yang saya tahu rumah adalah bangunan yang bisa untuk ditinggali. Tapi,Sean mengatakan kalau kamu sangat menyukai model rumah seperti rumah ini”
“Bang Sean ngomong kapan?”
“Kemarin,saat saya datang kerumah kamu pertama kali”
Flashback
Setelah menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh Sean. Zidan duduk di bangku sana sembari melihat hasil kerjanya. Kolam ikan Kalila telah bersih,airnya pun sudah jernih,tidak ada lumut lagi disana.
Sean datang dengan dua cangkir kopi di tangan nya,lalu duduk di sebelah Zidan. Menawarkan kopi itu padanya dan menyeruput kopi miliknya.
“Gue kira waktu itu Kalila bercanda soal dia pengin nikah. Ternyata kedatangan lo kemari jadi urusan yang serius” ucapnya setelah meneguk kopi hitam itu.
Zidan hanya menatap lurus kedepan sana. Namun Sean kembali berucap “Aneh rasanya anak sekecil Kalila nantinya nikah sama om-om kaya lo”
Zidan tetap diam,ia tidak menyangkal. Nyatanya usianya terpaut jauh dengan Kalila
“Kalo lo jadi nikah sama adek gue nanti. Gue cuma mau minta tolong,jaga adek gue bang” sejenak,Sean menghentikan ucapan nya
Sedangkan Zidan diam tak bergeming,ia masih mendengarkan perkataan pria yang sebentar lagi menjadi adik ipar nya itu.
“Kalila punya cita-cita,kalo dia menikah nanti dia pengin bangun rumah model tropis sederhana,yang warna nya putih. Tapi dalamnya warna cream,sama beberapa lukisan lucu”
Zidan ikut menyesap kopinya. “Gue harap lo bisa kabulin keinginan dia bang” ujar Sean mengakhiri pembicaraan siang itu
Flashback off
“Bang Sean bilang gitu?”
Zidan mengangguk matanya melihat jemari mereka yang terpaut,setelahnya mengedar menatap sekitar “Iya,lalu saya coba cari model rumah yang dikatakan Sean waktu itu. Dan saya menemukan nya disini. Ndak papa kan nanti sedikit jauh dari sekolah?”
“Nggak papa banget,enak malah bisa sambil keliling hehe”
Pesanan yang tunggu telah sampai. Diruang keluarga itu,mereka menikmati bakso dengan menonton acara televisi pilihan Kalila
“Abi mengadakan acara syukuran kita nanti malam. Habis ini kita siap-siap kesana”
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aspect de L'amour
Teen Fiction"Walau kita nggak seumuran pak,tapi saya mau kok seumur hidup sama bapak" "Rumah-rumah apa yang paling indah?" Zidan memperhatikan gerak gerik siswi didepan nya,tanpa mau menjawab. Namun satu alisnya terangkat tanda bertanya Siswi dengan seragam osi...