15. Sah!

6 2 0
                                    

Jabatan tangan kedua pria berbeda usia berada di atas meja putih dengan berbagai mas kawin yang mengelilinginya.

“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Zidan Basyirul Malik bin Hamdan Abdurrahman dengan puteri kandung saya Kalila Shanum Elfitra dengan mas kawin senilai 25 juta rupiah dibayar tunai”

“Saya terima nikah dan kawin nya Kalila Shanum Elfitra binti Rendi Haryadi dengan mas kawin tersebut tunai”

Suara lantang itu menggema di ruangan yang telah dihias begitu indah. Kalimat kabul telah Zidan kecapkan atas nama Kalila. Ada perasaan lega dalam hatinya setelah bagian menegangkan dalam hidup telah ia jalankan dengan sempurna

Pak penghulu melihat beberapa orang yang duduk sebagai saksi nikah “Sah?”

“Sah!” sahutan dari orang-orang disana menimpali. Begitu banyak senyuman yang terbit,apa lagi Farhan yang terdengar paling keras mengucapkan nya

Dua minggu setelah lamaran itu,mereka memutuskan hari Kamis ini menjadi hari bersejarah bagi kedua mempelai.

Disamping nya kosong,belum ada Kalila disana. Setelah rentetan doa terucap,Kalila datang dari arah tangga dengan Mama Yesi dan umma Fatma disampingnya

Gadis itu begitu ayu sekaligus anggun saat mengenakan dress putih.Lamat,Zidan pandangi figur indah itu dengan senyuman manis yang ia punya.  Dengan langkah pelan Kalila berjalan menuruni tangga,tak henti-hentinya senyuman indah itu ia pamerkan. Rasanya Zidan tak ingin berbagi keindahan itu ke orang lain,namun mengingat ini hari bahagia mereka berdua ia maklumi,biarlah istrinya itu menebar senyuman saat ini.

Jantung keduanya berpacu cepat,mungkin suara nya hampir mirip kendang yang ditabuh tak beraturan

Didepan Zidan,Kalila tersenyum malu-malu.Ia menundukan pandangan nya,tak berani menatap paras rupawan pria yang telah menjadi suaminya itu. “Cantik”

Apalagi saat Zidan mengatakan demikian,wajahnya memanas. Mungkin jika tidak di poles dengan makeup sekarang telah menjadi semerah tomat. Ia raih tangan kekar itu kedepan bibirnya untuk ia kecup

Setelahnya Zidan raih pucuk kepala Kalila dengan tangan kanan nya. Sedangkan tangan kirinya mengadah “Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih” ditiupnya ubun-ubun Kalila,lalu Zidan melabuhkan kecupan disana

Mereka mulai menandatangani buku nikah dan setelahnya bertukar memakai cincin di jari pasangan nya. Dilanjut dengan sesi foto bersama

“Papa...” ucapnya Kalila saat melihat figur ayah nya yang memandang dirinya lekat. Ia peluk tubuh yang telah renta itu, di dada yang sang ayah ia menangis sejadi-jadinya

“Putri papa” Rendi balas pelukan hangat putri bungsunya,ia elus punggung kecil itu. Rendi tentu belum rela melepas anak manja nya itu,ia belum puas menghabiskan waktu dengan putri cantiknya itu. Rasanya baru kemarin istrinya melahirkan putrinya. Rasanya baru kemarin ia adzani putrinya itu,rasanya baru kemarin Kalila menangis mengadu padanya karena terjatuh dari sepeda. Namun sekarang,putri cantiknya telah menjadi seorang istri

Ia seka air yang hampir jatuh dari netranya. Mencium dahi putrinya lama “Jadi istri yang baik dek” Kalila mengangguk lalu beralih pada Yesi yang melihatnya berkaca-kaca. Yesi dekap tubuh kecil putrinya menangis haru,sama halnya dengan Rendi. Yesi pun tak rela melepas putrinya kecilnya. Sembilan bulan ia kandung dan ia lahirkan,selama ini pula Kalila tumbuh dengan tangan nya. Sekarang,ia melepaskan putri cengengnya pada suaminya

Tangan nya yang mulai keriput itu menangkup wajah sendu putrinya “Kamu sekarang udah jadi istri mas Zidan. Mulai sekarang jangan jadi cengeng,jangan apa-apa ngambek,kurangi sikap kekanak-kanakan mu itu. Yang paling penting taat sama suami mu”

“Iya ma,Kalila inget baik-baik pesan mama” di tengah suasana yang sedih itu Kalila terkekeh. Lalu kakinya melangkah menuju orang tua Zidan,yang sekarang menjadi mertuanya

Setelah beberapa wejangan yang diberikan para sesepuh tadi. Kini Kalila berada di dalam kamar karena acaranya sudah selesai,sedangkan Zidan masih berada diluar

Akad sederhana yang hanya dihadiri oleh kerabat dekat,tentu tak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan semua rangkaian acaranya. Saat ini Kalila tengah mengoleskan pelembab pada wajahnya

Ceklek...

Pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok Zidan yang masih rapi dengan jas hitam tadi. Kalila pandangi figur itu lewat cermin “Sudah selesai pak?” ucapnya dengan wajah berseri

Zidan mengangguk mendudukan dirinya diatas ranjang. Memperhatikan kegiatan gadis yang beberapa saat lalu menjadi istrinya

“Mau mandi?” kini,Kalila telah berdiri di depan nya. Gadis itu memang sudah mandi lebih dulu. Kaos rumahan dan celana pendek itu melekat di tubuhhnya.

Dari duduknya Zidan pandangi setiap lekuk indah milik Kalila. Surai hitam sepanjang bahu dengan potongan model wolfcut kini terpampang indah dihadapanya. Matanya menelusuri setiap inci wajah istrinya itu. Kalila malah menangkupkan wajahnya di depan merasa diperhatikan oleh nya “Kenapa? Cantik ya?”

Zidan mengangguk, hal itu malah membuat rona di wajah nya. “Terimakasih kamu menjaganya untuk saya” ia usap surai indah itu. Melihat wajah Kalila yang sudah memerah membuatnya terkekeh. “Ya sudah saya mau mandi dulu,gerah”

“Bapak bawa baju?” tanya nya. Zidan menggeleng,ia memang tak membawa baju ganti karena niatnya memang mereka tak menginap disana

“Saya pinjemin baju bang Sean mau?”

“Boleh,kalau tidak merepotkan”  Kalila mengangguk kemudian berlalu dari sama

To be continue...

Aspect de L'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang