-15-

805 64 2
                                    

Arin terlihat bingung, kenapa Zeon membawanya untuk berbincang di kamar pribadinya, apa tidak ada tempat lain selain disini. Apalagi sudah lima menit mereka dikamar dan Zeon tidak mengatakan apa apa, sebaliknya dia menatap Arin terus menerus dengan wajah dinginnya. Arin gugup. apakah ini perasaan kalau sedang di dekat orang yang sudah membunuh banyak jiwa dalam perangnya? Sungguh membuat jantung bedebar tak karuan.

"Aku menolak" kata Zeon, tiba tiba.

Arin terheran. "Eh! Apa?" Arin memasang wajah tak mengerti, pasalnya dia belum bilang apa apa tapi kenapa sudah di tolak.

"Aku menolak kalau kau ingin menyatakan perasaanmu" katanya lagi.

Dan Arin paham kalau ini pasti soal yang tadi itu.

"Iya baiklah Tuan, maaf tadi aku begitu lancang..aku kesini tujuannya hanya ingin tahu hal apa yang tuan ingin sampaikan"

"Hm" Zeon mengangkat satu alisnya.
Lalu tersenyum sdikit. "Apakah keingin-tahuanmu lebih penting daripada menyatakan perasaanmu padaku?"

"Benar Tuan" jawab Arin dengan serius, membuat Zeon menjadi dingin lagi, sedikit kecewa.

Zeon beranjak untuk mengambil sesuatu yang ada di lemari dekat tempat tidurnya, Arin yang tak paham itu hanya melihat gerak gerik Zeon saja, sampai pada Zeon yang duduk kembali dan memberikan sebuah benda yang dia ambil tadi.

"Ini ambillah" katanya sambil menyerahkan sebuah buku diatas meja diantara mereka.

"Buku?" katanya yang diangguki Zeon.

Dengan penasaran Arin mengambil dan membacanya. Lalu terkejut mendapati isi buku yang di berikan padanya.

"Ini buku sejarah itu kan, bagaimana tuan bisa memilikinya"

"Aku mecurinya dari Istana" jawaban Zeon langsung mendapat tatapan aneh dari Arin. Eww pahlawan kok mencuri sih.

Tak menghiraukannya Arin lalu menatap kembali bukunya dan membacanya. Dia beberapa kali mengangguk mendapati beberapa bagian dalam buku yang dia sudah tau sebelumnya, seperti kutukan itu.

"Ini dia ramalannya" gumamnya pelan. Dia pun membacanya dengan suara yang pelan.

"Yang telah hilang akan kembali bersama gadis merah nya. Sebuah Ikatan suci dapat mematahkan kutukan para leluhur"

Arin tersenyum sedikit "ya ampun semudah ini, ini sudah pasti menunjuk pada Zeon dan Annabelle kan. Aha"

Arin pikir ramalannya akan sulit di tebak, ternyata mudah saja dan dia langsung paham kenapa Raja dan Ratu melakukan seleksi ini. Tujuannya pasti untuk mendekatkan kedua orang yang tertulis di ramalan itu agar bisa saling mencintai.

Arin terlalu sibuk dengan buku itu sampai sampai melupakan sosok di depannya itu yang sedari tadi menatap kesal karena di abaikan.

"Baiklah Nona, aku hanya ingin memberikan itu. Sekarang pulanglah" katanya.

Arin menatap Zeon kemudian tersenyum sedikit "Baiklah tuan"

Mereka berdua sama sama berdiri. Namun Arin penasaran dengan alasan dia memberikan Arin buku itu. Dia bergegas akan menahan Zeon, tanpa memperhatikan langkahnya sehingga membuatnya tersandung oleh meja dan terjatuh ke aran Zeon dengan tiba tiba.

Oh shit!

"Aaakhh"

Bruuugghhh

Suara teriakan Arin cukup keras sehingga membuat Leon yang sedang menguping itupun terkejut.

Braaakkk

"Hey pelayan, apa yang terja-

Cup

Leon terkejut luar biasa melihat pelayan itu berciuman dengan kakaknya, apalagi dengan posisi tangannya yang sudah melepaskan beberapa kancing kameja milik kakaknya.

EXTRAORDINARY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang