Empat jam kemudian.
Arin baru tersadar dari pingsannya. Dia bangun dan terduduk diatas tempat tidur. Dia melihat sekelilingnya ternyata dia masih berada di tempat yang sama, di kamar Leon.
Arin menatap jam yang ada dikamar itu dan waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam.
"Sebaiknya aku pulang sekarang, Nona akan khawatir kalau aku terlalu lama di luar" katanya lalu beranjak dari tempat tidur itu.
Dia sedikit tersenyum, baru kali ini dia merasa senang kalau harus kembali ke 'rumah'. Baginya rumah yang sekarang sangat nyaman berbeda dengan dulu.
Ada sukacita yang dia rasakan kalau memikirkan keluarga Eastaria, namun senyumnya luntur ketika teringat kejadian tadi. Dia beranjak dari kasur milik Leon dan mendekati cermin yang ada disitu.
"Si mesum itu, apa yang dia lakukan pada bibir seksiku ini. Sssshh sial sakit" katanya sambil merasakan perih dibibirnya ketika dia tekan.
Arin bergegas keluar dari kamarnya, niatnya akan langsung pulang saja tanpa berpamitan, tapi ketika sedang menuruni tangga dia harus bertemu kembali dengan kedua lelaki yang hari ini sudah menciumnya. Leon dan Zeon.
Keduanya menatap Arin yang berjalan menuruni tangga, dari jauh Leon bisa melihat bibir Arin yang sedikit bengkak itu. Leon tersenyum dengan begitu sombongnya akan karya brutalnya itu kemudian dia menyapa Arin yang berjalan mendekati mereka.
"Apa tidurmu nyenyak pelayan? Haha. tak kusangka kau akan pingsan hanya karena sebuah ciu-- Uuughh"
Leon meringis saat karin menendang tepat di benda pusakanya. Dia tertunduk menahan kesakitan yang dia rasakan, namun tak lama satu pukulan lagi Arin layangkan pada wajah tampannya.
Buuuaaagghhh
"Aaaahhkkk, ssshhhh" Leon meringis sakit, tak menyangka bahwa Arin akan melakukan hal itu, dia pikir Arin mungkin akan senang dan meminta untuk dicium lagi seperti para penggemarnya. dia menatap Arin yang menatapnya begitu emosi.
"Awas kalau kau melakukan hal itu lagi, bajingan sialan.." bentaknya.
Sedangkan Zeon mencoba menahan tawanya agar tidak meledak. "Ppfftttt khik...ppffftt"
Lalu Arin bergegas pergi meninggalkan kedua kakak beradik itu, meninggalkan Kediaman Westhon, meninggalkan wilayah barat, dan meninggalkan kenangan ciuman buruk itu. Niatnya begitu, tapi sayang ternyata kereta kudanya sudah meninggalkannya atas perintah Leon saat dirinya pingsan tadi.
"Gawat, kalau begini bagaimana caranya aku pulang"
dia histeris sendiri, bakal gawat kalau dia sampai tidak pulang, Annabelle pasti akan sangat sangat khawatir dan tidak akan pernah ijinkan dia pergi lagi. Arin kesana kemari sembari mencari ide namun karena dia panik otak cerdasnya tak bisa berfikir jernih, sampai akhirnya dia mendengar suara kaki kuda.
Tuktiktaktiktuktiktak
Kuda putih itu berhenti tepat di depan Arin. Dia menatap Zeon yang sedang duduk diatas kuda sambil mengulurkan tangannya pada Arin.
"Naiklah, aku akan mengantarmu"
"Hah? Apa? Eh..benarkah"
"Dan akan lebih cepat sampai dengan menunggangi kuda Nona"
Arin mengangguk, meskipun sedikit gugup karena ini pengalaman pertamanya menaiki kuda. Dia menerima uluran tangan Zeon, dan dengan mudahnya pria itu mengangkat tubuh Arin, padahal itu bukan hal mudah tapi itu wajar saja untuk seorang Zeon yang sudah pasti memiliki stamina luar biasa kuat.
Arin terduduk di depan Zeon, setelah di rasa sudah siap, Zeon menghentakan tali pengontrol kudanya sebagai tanda untuk berjalan. Arin tersentak kaget, dan refleks memeluk Zeon.
![](https://img.wattpad.com/cover/377333611-288-k596335.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRAORDINARY MAID
RandomCerita Transmigrasi !! Semoga kalian suka dengan karangan bebas pertamaku ♡ _______________________________________ Merasa kehidupannya yang bernasib sial, Arin Glamaura memutuskan akan mengakhiri hidupnya (bundir) dengan melompat ke dasar lautan da...