Sementara itu Arin, yang niatnya mau makan di balkon malah terdiam menatap wajah tampan dari Sang Pahlawan. Mereka saling menatap dalam keheningan.
"Tu-tuan Zeon, maaf aku tidak tau kalau Tuan ada d-di sini" tak mendapat respon dari Zeon membuat Arin salah tingkah. Lalu memutuskan berbalik untuk kembali ke dalam lagi.
"Apa kau juga takut padaku Nona?"
Langkahnya terhenti lalu berbalik kemudian Arin menggeleng, dia tidak takut dia hanya tidak nyaman.
"Di dalam berisik sekali" Ucapnya lagi sambil menatap rembulan.
Arin berfikir apa mungkin karena orang ini tidak suka berisik makanya dia tidak sibuk dengan makanannya di dalam. Arin melangkah maju mendekatkan diri pada sang pahlawan.
"Tuan, kalau Tuan tidak keberatan. Tuan bisa mengambil makanan ini" Ucapnya dengan tersenyum, perlakuan Karin diterima baik oleh sang pahlawan.
Lalu Karin meninggalkan Zeon. Zeon menatap makanan yang di berikan oleh Karin. "Tidak suka manis" gumamnya.
*
"Karin" Sapa Annabelle.
"Ah Nona.." jawabnya,
kemudian Arin di sambut dengan tangan yang menjulur ke arahnya. "Ayo kemarilah, kita akan berdansa". Karin yang mendengar itu langsung tersenyum lebar.
Mereka berduapun berdansa dengan ekspresi yang bahagia. Banyak yang terkagum melihat kedua bidadari sedang berdansa, ada juga yang menatap aneh, bahkan ada yang menatap sinis, tak suka.
Lebih nyaman memang bersama Nona nya, selesai berdansa dia masih menggandeng manja lengan Nona nya. Annabelle hanya tersenyum, dia menikmatinya.
Sedangkan Brian sudah menatap tajam melihat tingkah Arin. Arin sadar hal itu, kemudian tersenyum melihat Brian dan menghampirinya.
"Tuan Brian, ada yang ingin aku sampaikan" Arin mendekat dan memberikan kode agar Brian menunduk sedikit sehingga Arin bisa berbisik dekat ke telinganya.
"Tadi Tuan Leon berpesan, dia menunggu Tuan Brian tengah malam datang ke kamarnya" lalu tersenyum dan mengedipkan matanya.
Blushhh
Pipinya merona. "Be-benarkah??
Arin mengangguk.
"Ya ba-baiklah" katanya lagi. Arin lalu pergi kembali ke Nonanya, meninggalkan Brian yang masih tersipu malu.
"Hihi..si bencong,maunya di tipu. sayang sekali ketampanannya itu harus tertutupi dengan kebodohannya" ucap Arin dalam hati. Emang agak jail ini anak.
***
"SEMUANYA HARAP TENANG" semua tamu terdiam mendengar Ajudan Raja bersuara, sepertinya bakal ada pengumuman.
"SEBELUM MENGAKHIRI ACARA INI DENGARLAH TITAH DARI RAJA KERAJAAN KINGDOM" kata ajudan raja lalu mempersilahkan sang Raja untuk menyampaikan perintanya.
"Untuk semua keluarga terhormat Kerajaan Kingdom, bulan depan aku akan mengadakan seleksi pemilihan Raja dan Ratu ke 116, siapapun anak keluarga terhormat yang berusia 17 sampai 25 tahun akan di terima dengan senang hati"
WOAHHH!!! WOOHHHOO!!
semua tamu serentak bersorak heboh, ini perintah yang luar biasa, dan akan menjadi berita terkenal di seluruh Kerajaan di dunia ini.
"Nona...Nona...Kau harus ikut Nona" ucap Arin semangat sambil menggoyangkan lengan Annabelle.
"A-aku tidak yakin Karin" jawab Annabelle.
*
Brian mendengus "menyebalkan" katanya menanggapi titah dari sang raja.
Bagi Brian itu terdengar seperti acara perjodohan dan itu sangat tidak cocok dengannya.
*
"Aku pasti akan menjadi Raja Kerajaan ini" ini kata si Leon, dia sangat peduli dengan kekuasaan soalnya.
"Tuan tidak boleh ikut"
"Iya kami tidak rela, kalau Tuan ikut nanti Tuan hanya memiliki satu ratu"
"Iya, padahal kami kan banyak, Tuan tidak boleh mengabaikan kami"
Leon terdiam dan menatap nyalang kaum hawa yang menempel terus padanya. Ih, Apa apaan para penggemar ini. Bukannya mendukung malah melarang.
Sial!
*
Reyn juga menyambut dengan sangat antusias
"Aku juga akan ik--"
"KAU TIDAK BOLEH IKUT" tegas Duchess Enneth, Ibu Reyn.
"Tapi kenapa Ibu?" Wajah cerianya mulai datar.
"Dengar saja ucapan Ibumu, jangan membantah" sambung Duke Thomas, ayahnya.
"Akh Sial" Reyn mengumpat lalu pergi. Dia kesal tapi tak lama senyum aneh mucul di wajahnya. "Nanti kan tinggal kabur saja,hihi" lanjutnya.
Entah apa yang dia pikirkan. Padahal orang tuanya melarang karena takut dia kena kutukan itu, Reyn kan anak tunggal.
*
"Anak anak kalian semua harus ikut, termasuk kau juga Loren" kali ini dari Duchess Rosena, Ibu tiri Loren.
Loren hanya menghelah nafas saja, mau menolak juga percuma.
"Ibu kenapa dia ikut, dia tidak boleh jadi ratu, dia jelek" Selly, saudara tiri Loren.
"Iya Bu, aku setuju" sambung Sella, Adik tiri Loren.
"Diamlah..ini sudah menjadi keputusan ayahmu dan ibu. Kalian bertiga yang akan pergi" tegasnya lagi dengan nada yang di naikkan, membuat kedua anak kandungnya terdiam.
Rosena paham betul, kalau hanya mengandalkan kedua anak kandungnya itu percuma saja, pasti gagal, karena anak kandungnya itu bodoh. Berbeda dengan anak tirinya Loren, selain pintar Loren terlihat sangat anggun juga.
Dia akan memanfaatkan hal itu dari Loren, kalau Loren jadi Ratu kan dia juga yang enak. Dia yang akan kendalikan Loren nantinya, Karena dia tau Loren tidak akan melawan padanya.
*
Bagaimana dengan Zeon? dia juga tidak peduli karena sebagai Sang Pahlawan dia tidak punya hak untuk menolak Titah Raja kan.
Dan, acarapun berakhir di jam 10 malam.
***
Malam semakin larut,,sepasang kaki sedang berjalan pelan menuju sebuah kamar.
Tok tok tok,
suara ketukan pintu kamar itu, menyadarkan Leon yang hampir tertidur itu. "Akhirnya datang juga,Ck" gumamnya sedikit emosi.
Ceklek
"Kau terlam---KAU?? MAU APA KAU??" Leon terkejut melihat Brian yang datang, sedangkan Brian juga terkejut melihat Leon terheran begitu.
"Bukannya kau ingin bertemu denganku?"
"a-apa? Kau gila yah"
"Si pelayan itu mau bermain main denganku yah" Tak bisa berkata kata lagi, Leon yang sudah emosi, melihat Brian membuatnya tambah emosi. Akhirnya dia mengepal kuat tangannya, dan-
Bugh
Tinjunya tepat mengenai wajah Brian, "PERGI KAU PENYIMPANG SIALAN, DAN JANGAN PERNAH KAU MUNCUL DI HADAPANKU ATAU KU BUNUH KAU" teriaknya emosi, lalu membanting kuat pintunya.
Baamm
Brian sontak terkejut, dia terdiam seperti orang bodoh malam itu..
Kasihan sih.
>>> next <<<
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRAORDINARY MAID
RandomCerita Transmigrasi !! Semoga kalian suka dengan karangan bebas pertamaku ♡ _______________________________________ Merasa kehidupannya yang bernasib sial, Arin Glamaura memutuskan akan mengakhiri hidupnya (bundir) dengan melompat ke dasar lautan da...