18: Memulai Babak Baru

71 10 0
                                    

Pagi berikutnya tiba dengan cahaya matahari yang menyusup melalui -jendela tua rumah itu. Udara terasa segar, membawa semangat baru bagi Chandra dan saudara-saudaranya. Hari ini, mereka memutuskan untuk memulai penelusuran terhadap benda kuno yang telah ditemukan Chandra, berharap itu akan menjadi kunci dari banyak pertanyaan yang tersisa.

Mereka berkumpul di ruang tengah, tempat benda kuno itu tersimpan. Benda itu berbentuk seperti silinder dengan ukiran-ukiran yang rumit di sekelilingnya, terbuat dari logam hitam yang memancarkan kilauan aneh. Saat Chandra memegangnya, ia bisa merasakan energi yang keluar dari dalamnya—sesuatu yang lebih dari sekadar benda mati.

“Sudah siap?” tanya Chandra, memecah keheningan.

Semua saudaranya mengangguk. Mereka sudah bersepakat bahwa ritual penyucian adalah langkah pertama yang harus mereka lakukan. Menurut legenda keluarga, benda-benda yang berasal dari masa lalu harus melalui proses penyucian sebelum bisa digunakan atau diaktifkan. Ritual ini telah diwariskan dari generasi ke generasi, meskipun jarang dilakukan karena kompleksitasnya.

Sean, yang paling banyak meneliti sejarah keluarga, berbicara sambil membuka sebuah buku tua yang sudah kusam. "Ritual ini membutuhkan beberapa elemen: air suci, tanah dari pekarangan rumah leluhur kita, dan api. Semuanya harus disatukan dalam sebuah wadah, lalu benda itu direndam dan dimurnikan melalui doa-doa kuno."

Jojo dan Edwin pergi untuk mengambil air suci yang disimpan di sebuah guci kuno, sementara yang lain membantu menyiapkan tanah dan api. Mereka berkumpul di halaman belakang rumah, tempat yang tenang dan penuh kenangan. Di sana, terdapat sebuah altar kecil yang digunakan oleh leluhur mereka untuk berbagai ritual.

“Semua sudah siap,” ucap Jojo setelah menyiapkan elemen-elemen yang diperlukan.

Chandra memegang benda kuno itu erat di tangannya sebelum menyerahkannya pada Sean, yang akan memimpin ritual penyucian. Semua orang berdiri melingkar di sekitar altar, menciptakan suasana yang khusyuk dan penuh harapan. Doa-doa kuno mulai diucapkan, kata-kata dalam bahasa yang sudah lama tak terdengar, namun tetap hidup di dalam darah keluarga mereka.

Sean dengan hati-hati merendam benda itu ke dalam wadah berisi air suci dan tanah. Sesaat setelah benda itu bersentuhan dengan elemen-elemen tersebut, udara di sekitar mereka terasa berubah—lebih berat, lebih dalam, seolah-olah sesuatu dari dimensi lain mulai hadir di sekitar mereka.

Chandra bisa merasakan detak jantungnya yang meningkat. Tidak hanya karena tegang, tetapi karena ia tahu bahwa momen ini adalah kunci dari segalanya. Saat api dinyalakan di bawah wadah, uap tipis mulai naik ke udara, menciptakan aroma khas yang memenuhi halaman belakang rumah itu. Cahaya api memantulkan bayangan di wajah mereka, mempertegas betapa seriusnya ritual ini.

"Doa terakhir," bisik Sean, suaranya hampir tak terdengar di antara bisikan angin yang tiba-tiba bertiup kencang. Ia mengangkat tangannya, menandakan bahwa momen klimaks dari ritual itu telah tiba.

Tiba-tiba, benda yang direndam itu bergetar. Cahaya samar mulai terpancar dari dalamnya, seakan-akan energi yang selama ini terperangkap di dalamnya mulai terbebas. Semua orang menahan napas, takjub melihat perubahan yang terjadi. Cahaya itu semakin terang, melingkupi mereka dengan kehangatan yang aneh, dan benda kuno itu, yang tadinya terasa berat dan misterius, kini tampak seperti alat yang dipenuhi kekuatan.

Chandra merasa sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Seolah-olah ikatan tak terlihat terbentuk antara dirinya dan benda itu. Cahaya yang memancar dari benda kuno itu menyelimuti dirinya, memberikan perasaan damai sekaligus kekuatan. Dia tahu, pada saat itu, bahwa benda ini bukan sekadar artefak keluarga. Ini adalah kunci menuju sesuatu yang jauh lebih besar—kemungkinan besar terkait dengan asal usul kekuatan yang selama ini tersembunyi di dalam dirinya.

Darah yang Sama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang