[end]
Mahendra Natadirga dan Serena Wijaya.
Pasangan yang sudah menikah selama hampir 3 tahun namun pernikahannya gitu-gitu aja. Enggak maju enggak mundur, jalan ditempat. Tiada hari tanpa ribut, tiada hari tanpa drama.
"Sayang mau aku cium?"- Sere...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Bossy Wife Beg For Love
○○○○○
Pagi hari yang cerah secerah masa depan Mahendra yang uangnya ada dimana-mana. Mahen sama Nana masih sibuk kelonan didalam selimut sambil raba-raba, Mahen doang sih yang raba-raba, Serena merem melek doang bisanya.
"Goyang bentar lagi boleh gak, Na. Pemanasan mesin pagi-pagi, biar semangat ke kantor nanti." pinta Mahen sambil nyengir kuda, bujuk Serena buat minta servis sekali lagi. "Enggak usah aneh-aneh deh, tuh liat Pak Mamat, manasin mesin pagi-pagi makan sirih, bukan malah goyang mulu tiap pagi." protes Serena sambil lepasin tangan nakal Mahen dalam bajunya.
"Kalo Pak Mamat mah mesinnya udah mau mati, Na. Goyang beringas dikit aja bisa retak sebadan-badan dia. Lagian Buk Mamat mana mau sama aki-aki." Mahen ada aja jawabnya bikin Serena yang lagi sisiran langsung balik badan. "Kamu doain Pak Mamat mati gitu? Lagian kamu pikir Buk Mamat masih ting-ting sampai enggak mau sama aki-aki?" omel Serena, pagi-pagi udah dibikin naik darah sama Mahendra.
"Ya enggak juga sih, Na. Buk Mamat juga bukan ting-ting, siapa yang bilang udah berojolin anak sembilan masih ting-ting." kilah Mahen sambil rebahan topang kepala, natap Serena yang lagi sisiran dengan aduhainya. "Kalo Pak Mamat disebut aki-aki, kalo Buk Mamat disebutnya ani-ani dong, Na?" pertanyaan Mahendra emang enggak pernah ada mutunya.
Denger racauan Mahen yang udah kemana-mana, Serena cuma bisa mutar mata lalu berdiri "Atur dah atur apa mau kamunya, kamu emang panitianya." timpal Serena cuek, abis itu turun ke bawah siap buat bangunin anak ganteng dan anak gadisnya. Ninggalin Mahendra yang misuh-misuh gagal dapat servis pagi yang bisa membangkitkan semangat hari ini.
○○○○○
"Rey, bareng Papi berangkatnya?" Mahen baru turun tangga, udah ganteng mempesona dan selalu ganteng paripurna. Audrey yang lagi jalan menuju meja makan langsung ngegeleng "Enggak deh, aku mau bareng Mami aja." jawabnya cuek lalu minum susu yang ada diatas meja makan.
"Kok gitu? Mas Yo mau Papi anter gak, apa kita sewa odong-odong Pak Asep lagi aja, biar enak sekalian bisa jumping di jalan raya." tanya Mahendra sambil begurau dikitlah, niatnya mau cairin suasana tapi ternyata enggak cair juga, yang ada uang belanja Serena yang minta dicairin sekarang juga.
"Aku belum mau mati muda deh Papi, ajak Mami aja kalo jumping di jalan raya." jawab Mario cuek sambil ngunyah rotinya. "Waduh kalo Papi sama Mami mah jumpingnya bukan dijalan....."
"Mahendra! Masih pagi loh ya, enggak usah aneh-aneh mikirnya, makin tua makin karatan aja otaknya." tegur Serena yang udah tau jalan otak Mahendra mau kemana, meleng dikit langsung salah arah. Mario sama Audrey cuma bisa ketawa ngakak liat bapaknya menciut abis pas dibentak emaknya.
