Panti asuhannya berada tak jauh dari perustakaan Solar.
Itu artinya, aku, si guru musik yang menenteng tas biola, dan si pawang ayam perlu berjalan ke alun-alun, berbelok ke bagian punggung bangunan sejarahnya, menemukan perpustakaan Solar masih penuh akan daun meranggas dan semak beri, dan melintasi stepa rumput hingga sampai ke panti asuhannya.
Panti asuhan itu di bangun di antara bundaran lahan rumput, dan dikelilingi oleh pohon cemara di garis luar savana rumputnya. Bangunannya dibangun dari bata, tanpa disemen, jadi temboknya tidak rata. Sebuah roda dari delman bersandar di sebelah pintu masuknya.
Panti asuhan itu terlihat manis, sebab pagarnya sependek pagar di perkebunan Vargoba, rumahnya bersih, ada pohon apel hijau yang dipenuhi buah masak di tangkai-tangkai rampingnya—pun, dahan kokohnya digelantungi oleh ayunan dari jalinan papan-papan merbau.
Byur!
Pria berambut putih dengan topi berhiaskan bulu angsa menumpahkan gayung bergagang panjang berisi air bersih ke kepala seorang anak yang tengah berendam di ember kayu raksasa, bermaksud meluruhkan busa dari shampo di kepala si anak. Lalu, si pria meraih sikat punggung, dan membersihkan bagian ketiak dan tulang belakang anak di ember itu.
Pemandangan itu terjadi di pelupuk mataku.
"Maripos!" Blaze mengangkat tangan, dan melambaikannya ke kanan dan ke kiri, berusaha menarik perhatian pria berenergi negatif bernama Maripos.
Maripos menotis keberadaan Blaze, dan dia termangu, loading sebentar.
"Rupanya sudah datang." Maripos melanjutkan aktivitasnya; menggosok-gosok anak mungil itu, bahkan dia sampai perlu menyodok-nyodokkan sikat punggung ke rambutnya si anak, ke lehernya, dan ke kedua pipi gemuknya. Si anak berpasrah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, tak berkutik sedikit pun, meski tubuhnya disikat-sikat oleh sabun berbusa banyak.
Ketika rombonganku sampai di pagar depan panti asuhannya, si Maripos mengguyur si anak dengan gayung panjang lagi, dan meminta agar si anak cepat berdiri. Setelah itu, Maripos mengeringkan rambutnya mempergunakan handuk bersih, dan melilitkan handuk itu di sekeliling tubuh kecilnya.
Anak bernetra biru keemasan itu menggigil kedinginan, dan tangannya mendekap erat handuknya, saat Maripos telah secara ritualistis berhasil memandikannya.
"Sudah. Sana masuk," Maripos memerintahkan. "Pakai syal. Hari ini dingin, Glacier."
Glacier mengangguk ragu. Dengan bertelanjang kaki, dan dalam posisi tangan memeluk diri sendiri—supaya dia dapat mencegah handuknya jatuh, Glacier berlarian tak tentu-tentu ke arah pintu masuk panti asuhan, karena dia agak malu akan kedatangan kami. Larinya lucu. Di setiap langkahnya, Glacier berbuat kesalahan. Dia hampir terjengkang ke belakang saat dia hendak melompat keluar dari embernya, tapi kakinya malah menabrak dinding embernya. Dia juga nyaris terjerumus ke genangan air di sekitar bocornya selang PVC yang menghubungkan keran ke ember mandinya.
Aku jadi ingin menangkap anak itu. Jalannya lucu. Dia bocah penuh kesalahan dan kecerobohan.
Maripos beranjak berdiri sambil meraih handuk lainnya. Dia mengelap kedua tangannya sampai ke batas siku. Kemudian, Maripos merapikan lipatan bajunya, dan menyambut kami, "Kamu datang lebih awal, dan membawa tamu."
"Halo," Aku menunduk sebentar sebelum menyalaminya.
"Retak'ka sudah cerita soal latar belakangmu." Ujar Maripos. "Aku harap kamu betah."
Aku mengangguk. Aku berupaya keras menyamankan diriku, agar aku bisa mencintai setiap hal kecil yang ketemukan di desa ini; anak lucu berhanduk tebal tadi, guru musik ganteng di mansion seorang pensiunan panglima tinggi angkatan darat, cowok manis di bakery di pinggir dermaga, dan betapa menyejukkannya oksigen di Pulau Rintis. Semua itu pengalaman luar biasa. Tapi aku masih belajar menyukainya, supaya setidaknya, aku bisa sejenak beristirahat dari karirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blaze x Reader | Harvest Moon
Fanfiction|Blaze x Reader| Tadinya aku berpikir, aku hanya akan berkutat di dunia e-sport seumur hidup. Mengurus tim, live streaming setiap hari, sampai dimana aku pensiun karena sudah tua. Tapi nyatanya, kekalahan itu menjadikan aku diistirahatkan, dan untuk...