part 17

153 21 0
                                    

"Cyaaaa!?... ". Teriakan itu ternyata berasal dari luar. Pricia dengan paniknya berlari masuk dan naik ke sebuah ring tinju untuk melihat cyara yang pingsan disana. Ia sampai menyenggol ruby yang sedang berusaha menyadarkan cyara hingga ia terjatuh. Ruby kesal, namun tak bisa marah karena ia tau jika pricia sedang panik.

"Cya bangun dek, kamu kenapa begini sih? Kamu kenapa ngelukain diri kamu". Cemas pricia kemudian menatap ruby dengan tatapan tajam.

"Kamu pasti yang udah bawa cya kesini kan? Kenapa cya bisa kayak gini?". Emosi pricia membuat ruby memicingkan matanya karena tidak tau apa-apa.

"Udah ri, kita gak boleh nyalahin siapa dulu, kita bawa cya ke rumah sakit cepet sebelum dia kehabisan oksigen". Pinta azellia kemudian segera membawa cyara. Namun, fero juga sudah datang sehingga fero yang mengangkat tubuh cyara ke mobil.

***
Pricia keluar dari ruang rawat cyara dengan wajah datar melihat ruby. Ia mendekati ruby dengan perlahan.

"Kamu yang udah bawa cyara kesana kan? Kenapa bisa cyara begitu?". Tanya pricia dengan tajam membuat ruby ikutan menatapnya.

"Kamu akhir-akhir ini deket sama cyara, apa kamu yang udah ajarin kabur?". Lanjut pricia membuat ruby menatapnya tajam.

"Asal lu tau ya, gue gak pernah nyuruh dia kabur, itu yang perlu lu garis bawahi". Balas ruby tidak terima.

"Trus kenapa cyara bisa sama kamu? Kamu pasti ngasih tau tempat itu kan?". Tanya pricia lagi.

"Kamu jawab sekarang! Karena kalo abangnya yang nanya ke kamu itu bahaya. Sebelum semuanya jadi kacau". Lanjut pricia.

"Mau abangnya, mau itu orangtuanya yang nanya gue gak takut, karena gue gak salah, gue gak tau apa-apa". Ucap ruby melawan.

"Gue jemput dia, karena dia minta gue buat jemput dia, gue gatau kalo dia mau kabur dan ada masalah di rumahnya. Dia cuma bilang, lagi gabut pengen ditemenin, dia nanya tempat tinju yang bagus yaudah gue bawa kesana. Gue cuma duduk liatin dia ninju gue gatau dia lagi emosi atau apalah. Katanya dia pengen nyoba ninju beribu kali karena dia pengen latihan kekuatan". Jelas ruby membuat pricia menggeleng kepala.

"Dan lu sekarang masih mau nyalahin gue? Gue gak seburuk yang lu pikir, gue gatakut apapun selagi gue gak salah". Lanjut ruby tanpa balasan dari pricia. Pricia berusaha mengontrol emosinya.. Sementara azellia keluar dari ruang rawat cyara dan melihat mereka..

"Ada apa ini ri?". Tanya azellia bingung karena mereka berdua seperti saling diam dan seperti ada sesuatu.

"Dahlah ya, gue mau pulang. Gue juga punya rumah, gue bukan gembel yang tinggal dijalanan kayak yang kalian pikir. Tugas gue nemenin dia aja udah cukup di sini". Pamit ruby kemudian pergi dari sana meninggalkan mereka berdua. Pricia memegang kepalanya karena baru kali ini ia seemosi itu sampai tidak bisa berpikir.

"Emangnya kamu ngomong apa sama dia ri?". Tanya azellia penasaran mengapa ruby mengatakan itu sebelum pergi.

"Aku tadi panik zel, dan aku nyalahin dia, tapi ternyata dia gatau apa-apa, dia cuma nemenin cyara". Ucap pricia.

"Makanya ri, kalo bertindak itu harus dipikir dulu, kita jadi salah paham sama dia". Kata azel sembari melihat ke belakang meski ruby sudah tak terlihat lagi.

"Dia itu orang baik ri". Ucapan azellia membuat pricia melihatnya.

"Dia pernah nolongin aku dari erick". Lanjut azellia. Ia mengingat kejadian ketika erick hampir saja menyentuhnya dan ruby menolongnya.

"Sebenarnya awalnya dia gak ada niat nolongin aku, tapi karena aku minta tolong sama dia, makanya dia nolongin aku, dia nganter aku sampe kerumah, cuma aku belum bilang makasih sama dia". Lanjut azellia membuat pricia kaget namun tak bersuara, ia masih panik dan merasa bersalah.

"Kamu tau kan, mantan erick pernah bilang sebelumnya kalo aku dituduh nyuruh orang buat nyerang erick, teman yang mereka maksud itu dia ri, mereka pikir aku yang nyuruh dia datang". Lanjut azellia lagi.

"Beneran zel?". Tanya pricia kaget merasa bersalah.

"Aku harus minta maaf sama dia nanti". Batin pricia.

***
Sampai rumahnya ruby masuk ke rumahnya dengan kelelahan. Namun sebuah bantal dari kursi melayang ke kepala ruby membuat ruby berhenti. Ternyata ayahnya sedang bertengkar dengan seorang wanita yang diketahui pacarnya. Ruby memegangi kepalanya dan menoleh melihat keduanya.

"Kalo lu berdua mau berantem jangan disini anjing, diluar sono depan kantor polisi. Jangan ngotorin rumah bunda gue". Kesal ruby. Mereka berdua berhenti dan menatap ruby dengan tajam.

"Kenapa? Gak suka gue usir? Masalah nya lu berdua yang berantem gue yang kena. Gimana tadi kalo beneran benda tajam? Bisa mati gue". Lanjut ruby.

"Ruby diamm!! Ini bukan urusan kamu". Pinta ayahnya.

"Eh bangsat, lu bilang bukan urusan gue? Ini rumah bunda gue, lu juga bawa anak orang kesini mau lu siksa juga? Mikir lu, udah tua juga. Suka macarin orang tapi mau disiksa? Mau lu kayak bunda gue?". Balas ruby.

"Saya ini ayah kamu ruby!! Apa kamu tidak berpikir bilang begitu?". Kesal ayahnya karena ruby sudah lancang.

"Ayah? Emang pernah lu mikir gue anak lu? Gue gak kayak anak, gak pernah tuh lu perlakuin gue kayak anak, gue juga kayak gini karena lu sendiri. Lu yang udah bunuh bunda gue". Balas ruby membuat ayahnya murka sampai mengambil sebuah vas bunga plastik namun masih bisa merasakan sakit jika terkena seseorang karena isinya berat. Vas itu mengenai sebagian kepala ruby karena ruby menghindar. Ia merasakan sakit di kepalanya. Ia segera berlari ke dalam kamarnya dan menguncinya.

"Anjir kepala gue sakit". Ucapnya sembari memeriksa apakah ada darah atau tidak. Sepertinya tidak ada namun ruby merasakan sakit di kepalanya. Ia mencoba memperbaiki dirinya.

"Gue nyesel bilang kalo gue punya rumah". Ucapnya memikirkan yang ia katakan pada pricia sebelum pergi.

"Ini rumah bunda gue, tapi bukan rumah gue, gue gak punya rumah buat bener-bener pulang". Lanjutnya sembari masih memegangi kepalanya.

"Kalo bukan bunda, gue gak akan tinggal dirumah ini. Bunda berhak bahagia disana melihat rumahnya utuh". Ucapnya lagi sembari berdiri mencari sebuah obat. Obat tidur agar ia bisa tenang tidur dan tidak memikirkan masalahnya hari itu. Ia pun segera bersiap-siap untuk tidur.

***
Setelah selesai belajar, rochelle melepas kacamatanya kemudian hendak istirahat. Namun, ia mendapat pesan dari seseorang.

Roro, ini ayah. Ayah chat kamu di sini karena kamu blokir wa ayah. Ayah pengen minta tolong pinjemin uang 2 juta aja buat kebutuhan ibu kamu. Dia minta uang ke ayah tapi ayah belum gajian. Nanti setelah gajian ayah ganti uang kamu.

Pesan itu membuat rochelle merasa jijik. Dulu saat orangtua rochelle masih bersama, mereka hidup berkecukupan, punya rumah yang lumayan luas dan sederhana. Namun, setelah ayahnya berselingkuh membuat semuanya lenyap. Mereka harus memulai dari nol kembali.

"Ihh ngapain lu minjem ke gue? Emang lu siapa mau gue pinjemin. Dia bukan ibu gue dan anak di perutnya bukan adek gue. Dia anak lu berdua. Ya usahain lah, kok gue yang mau direpotin. Bodo amat". Kesal rochelle sembari hendak istirahat. Ia tak ada waktu untk meladenin orang yang menurutnya tidak penting. Namun ayahnya menelpon berkali kali membuatnya kesal. Rochelle pun mematikan ponselnya dan segera tidur..

"Gausah ganggu gue lagi". Ucapnya kemudian menutup dirinya dengan selimut

***
Hai aku balik😁

Part kali ini sedikit menguras emosi😅

Happy reading and jangan lupa vote yang banyak biar aku lebih semangat lagi dan bisa dapat ide yang banyak lagi🤗💕

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang