part 11

122 21 2
                                    

Sesampainya di rumah, cyara mendengar keributan dari ayah dan ibunya. Ia menutup telinganya karena kejadian itu.

Plak

Suara tamparan pada ibunya membuat cyara kaget dan berhenti. Ini adalah pertama kalinya cyara melihat ibunya ditampar oleh ayahnya, biasanya hanya adu mulut saja tanpa pukulan apapun.

"Cya, kamu udah pulang sayang". Ucap ibunya melihat cyara yang mematung.

"Gini yang kalian lakuin gak ada cya, gini". Kesal cyara sembari pergi menuju ke kamarnya. Ia membanting pintu kamarnya dengan keras.

"Cya, mama bisa jelasin sayang". Ucap ibunya hendak mengetuk pintu kamar cyara.

"Papa jelasin dong sama cyara". Pinta ibunya pada ayah cyara. Emosinya naik karena seharian bekerja, namun harus berdebat ketika pulang kerja. Ayahnya tiba-tiba saja ditelpon oleh pihak sekolah karena cyara berkelahi lagi dan membuat kedua orangtuanya bertengkar.

"Kamu urus aja, aku capek". Ucap ayahnya kemudian menuju ke kamarnya.

"Cya, cya buka pintunya sayang". Pinta ibunya lagi namun cyara tidak ingin membukanya.

"KALIAN BERDUA JANGAN DEKETIN KAMAR GUE, GUE GAMAU DENGERIN KALIAN, GUE MUAK! GUE CAPEEKKK". Teriak cyara sembari membuat kamarnya berantakan. Ia menarik selimutnya dan membuangnya sembarangan. Ia sangat hancur saat itu.

"Kenapa gue harus hidup sama keluarga yang kayak gini". Kesal cyara kemudian duduk menenangkan dirinya karena emosinya sudah ia keluarkan semua. Ia mengambil napas agar bisa tenang sedikit.

***
Ruby yang baru saja sampai rumahnya melihat apakah ada ayahnya atau perempuan yang ia bawa. Namun sepertinya rumahnya tampak kosong tanpa ayahnya yang ia lihat atau memanggilnya. Ia menghela napas lega tak ada suara yang menganggunya lagi.

"Tapi awas aja pulang-pulang bikin rusuh". Batin ruby sembari minum di dapur rumahnya. Ia segera masuk kamarnya dan menguncinya. Ia ingin beristirahat sebentar dari suara menggema ayahnya itu.

***
"Makasih ya ro udah mau bawa gue kerumah lu, beneran rumah lu adem banget bikin gue betah". Ucap yeona hendak berpamitan karena supirnya sudah menunggunya di depan rumah rochelle.

"Adem sih, tapi sorry banget tadi siang bikin lu gak nyaman". Kata rochelle.

"Gapapa kok, gue ngerti. Yaudah gue pulang dulu ya". Pamit yeona. Ia pun segera menuju ke mobilnya.

Keesokan harinya cyara keluar dengan hati-hati. Perutnya sangat sakit karena semalam ia tidak makan apapun. Ia tidak ingin bertemu dengan kedua orangtuanya hari itu. Ia keluar pagi sekali tidak seperti biasanya. Ia akan menjemput ruby sesuai janjinya kemarin.

"Gue harus cepet sebelum mama ngeliat gue, gue juga mau jemput si cewek sialan itu". Batin cyara kemudian segera berlari keluar. Ia tak ingin bertemu dengan siapapun di rumah itu. Namun setelah cyara keluar rumah, ibunya baru melihatnya membuat ibunya berteriak namun cyara sudah tidak terlihat lagi.

"Cyara!?". Panggil ibunya. Ia pun mengambil ponsel hendak menelpon seseorang.

"Apa tante? Cyara ngamuk lagi? Kok bisa". Tanya pricia yang baru saja selesai mandi dan di telpon oleh ibu cyara.

"Ya biasalah ri, tadi malem tante sama om lagi berantem dan cya gak sengaja liat, ya begitulah kamu tau cya kan". Jawab ibu cyara menjelaskan pada pricia.

"Cya belum makan dari tadi malam ri, kamu nanti liatin dia ya, ajak ke kantin biar makan, tante khawatir dia sakit". Pinta ibu dari cyara.

"Iya tante, semoga aja cyara sampe sekolah sih tante, takutnya dia gak nyampe". Pikir pricia dibalas anggukan ibu cyara. Telpon pun terputus menandakan mereka sudah tak berkomunikasi lagi. Pricia segera bersiap-siap hendak ke sekolahnya.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang