part 6

415 38 4
                                    

"Ruby". Suara yang setiap hari di dengarnya, itu pun membuat ruby berhenti.

"Apa sih? Gue capek ya habis dari luar jangan bikin gue naik darah". Tanya ruby pada ayahnya.

"Gak sopan ya kamu ada tamu malah begitu". Ucap ayahnya membuat ruby menatap sinis ke arah wanita yang sedang bersama ayahnya itu.

"Wanita keberapa lagi ini yang lu bawa ke rumah gue? Lu udah ngotorin rumah gue dengan wanita-wanita ini". Marah ruby karena ayahnya sering membawa wanita yang berbeda ke rumahnya.

"Rumah kamu? Maksud kamu apa?" Tanya ayahnya tak mengerti.

"Ini tuh rumah bunda gue, otomatis rumah gue". Jawab ruby dengan angkuh membuat ayahnya mengepalkan kedua tangannya.

"Udah, lonte lu tuh dah gak sabar tuh, mending lu ladenin deh lagi birahi soalnya. Ngeladenin gue bikin kehambat nantinya". Ucap ruby sebelum pergi dari sana. Ayahnya menahan emosinya. Ruby masuk kedalam kamarnya dengan mematung di balik pintu.

"Gue gak akan ngebiarin orang itu ngotorin rumah bunda". Ucap ruby kemudian menuju ke tempat tidurnya

***
Tok tok tok..

"Riri sayang come here, open the door". Ucap ibunya yang mengetuk pintu pricia. Pricia pun berdiri dari tempat tidurnya.

"Mami punya sesuatu buat kamu". Kata ibunya kemudian masuk ke dalam kamar milik pricia. Pricia hanya bingung dengan apa yang ibunya berikan.

"Ini dress yang akan riri pake nanti". Ucapnya sembari memberikan sebuah bingkisan berisi dress.

"Ini terlalu sexy mi, mami gak salah kan pilihin riri dress". Tanya pricia tidak percaya.

"Nggak lah, ini mami udah pilihin yang paling tertutup, mami gak mungkin lah ngasih anak mami pakaian terbuka". Jawab ibunya.

"Jujur ya mi, riri tuh belum siap jadi model, nanti aja setelah riri lulus. Ini kan udah mau ujian akhir sekolah banyak kesibukan nantinya". Kesal pricia.

"Dan kamu mau nolak ini? Dimana ditaro muka mami riri, kan kamu bisa luangin waktu belajar setelah selesai acara ini, gampang kok".

"Gampang mami bilang karena bukan mami yang jalanin, bahkan riri selalu nolak ajakan temen riri buat hangout bareng demi mami". Ucap pricia yang sudah muak dengan semuanya.

"Hangout itu gak ada gunanya riri dan ada waktunya, kalo kamu ngembangin prestasi dan bakat kamu itu lebih penting". Kata ibunya tak mau kalah.

"Tapi kapan ada waktunya mi? Kapan riri bisa? Setiap harinya ada aja kerjaan yang mami kasih ke riri". Kesal pricia.

"Udahlah riri, kamu itu anak mami satu-satunya sekarang, mami ingin kamu itu bisa berguna buat semua orang, mami mau kamu dikenal bukan karena cantik tapi bakat dan prestasi". Balas ibunya membuat pricia menggeleng kepala. Ibunya pun memegang dadanya yang terasa sesak.

"Mami ini sakit riri, mami ingin lihat kamu bisa dicintai semua orang sebelum mami pergi". Ucapan itu membuat pricia terdiam. Dadanya terasa sesak, disisi lain ia tak ingin dikekang, ia ingin menikmati hidup seperti remaja seusianya. Ia ingin menjadi dokter, namun ibunya ingin ia menjadi model.

"Model adalah cita-cita mami dari dulu yang tak bisa mami capai". Itulah yang selalu ibunya ucapkan karena dulu ibunya tak memenuhi syarat untuk jadi seorang model sehingga ia ingin anaknya yang mewujudkan impiannya meskipun pricia tidak ingin itu. Ia tidak ingin dibebani oleh kerjaan apapun, ia ingin sekolah dengan kemampuannya sendiri tanpa tekanan siapapun. Namun, semenjak kakaknya meninggal, ibunya sering sakit dan mau tidak mau ia harus mengiyakan keinginan ibunya.

***
"Cya". Panggil seorang ibu pada anaknya yang berada di dalam kamarnya.

"CYA, KAMU DENGER MAMA GAK SIH?". Teriak ibunya namun masih belum ada jawaban. Ia pun membuka pintu kamar putrinya dan melihat putrinya sedang berada di depan komputer miliknya sembari memakai headphone. Ibunya hanya menggeleng kepala dan langsung membuka headphone tersebut. Cyara yang sedang bersantai sembari memainkan game pun kaget dan menatap siapa yang sudah berani menarik headphonenya.

"Woi..". Hampir saja cyara mengeluarkan kata kasar. Namun setelah melihat siapa yang mengambilnya ia menurunkan amarahnya sedikit.

"Mama ngapain sih, buka headphone cya?". Tanya cyara sedikit kesal.

"Kamu budeg tau gak pake ginian, dari tadi mama panggil tapi gak dijawab". Jawab ibunya kesal.

"Ya kan mama tau kalo cya lagi main game jam segini".

"Emang kenapa sih ma, manggil cya, ada apa?". Tanya cyara.

"Kamu tadi pake mobil fero kan kesekolah?". Tanya ibunya pada cyara.

"Hmm iya, emang kenapa ma? Cya juga udah pinjem ke bang fero dan dia mau aja kok pinjemin". Jawab cyara santai.

"Tapi kenapa mobilnya bisa lecet gitu? Kamu habis nabrak apa gimana? Kamu mau ganti rugi?". Ucapan ibunya membuat cyara membulatkan matanya. Pulang sekolah tadi ia memang ugal-ugalan dan mengenai sebuah motor bahkan gerbang sekolah pun terkena oleh mobilnya.

"Hm.. Cya gatau ma, mungkin emang gitu mobilnya, cya gatau". Alasan cyara agar tidak terkena omelan ibunya.

"Udah jujur aja deh, kamu tau kan fero bilang ke papa masalah ini dan siapa yang di salahin? Mama, karena ulah kamu. Padahal kemarin fero habis ngeluarin uang ratusan juta buat perbaiki tuh mobil, sekarang kamu rusakin lagi, astaga cyara". Omel ibunya meski cyara tidak mengaku.

"Ya cya gak apa-apain ma, kok malah nyalahin cya sih". Ucapnya tidak ingin disalahkan.

"Ya siapa lagi kalo bukan kamu, kamu kan yang terakhir pake". Kata ibunya membuat cyara terdiam. Masalah itu otomatis membuat kedua orangtuanya kembali bertengkar hebat. Keluar dari kamarnya, mereka bertengkar lagi karena cyara merusak mobil kakaknya. Cyara sudah pusing dengan masalah yang selalu datang di rumahnya. Ia pun mendapat telpon dari kakaknya.

"Hm apa bang? Lu mau nyalahin gue". Tanya cyara pada sang penelpon. Ia sudah tau apa yang akan kakaknya katakan.

"Gua kan udah bilang, lu jangan ugal-ugalan apalagi pake mobil gua, mobil lu aja lagi di bengkel dan butuh uang banyak, sekarang mobil gua". Ucap fero sang kakak di seberang sana.

"Ya mana gue tau bakal nabrak, gue pikir nggak kenapa napa". Kata cyara membela diri.

"Gua gamau nyalahin lu sekarang, tapi pasti sekarang papa sama mama berantem lagi kan, karena masalah ini". Ucapan itu membuat dada cyara terasa sesak. Karenanya orangtuanya bertengkar lagi. Ia tak bisa berkata kata lagi.

"Lu masih disitu kan? Lu jangan keluar malem ini atau gua kesitu. Gua gamau lu juga nyakitin diri lu karena ini". Pinta fero yang mengerti cyara yang akan melakukan apapun jika tak bisa mendengar orangtuanya bertengkar.

"Nggak kok bang, gue udah biasa dengan masalah kek gini, lu gak perlu kesini". Balas cyara membuat fero sedikit lega. Ia memang sudah mempunyai rumah sendiri sehingga tidak satu rumah dengan cyara dan kedua orangtuanya.

"Sorry banget cy, gue gak ada maksud buat bilang ke papa, tapi papa tau sendiri, gue pun gak bisa bohong". Kata fero.

"Gak apa-apa bang, gue emang sumber masalah di keluarga ini, gue gak apa-apa".

"Kok lu bilang gitu sih cy". Kata fero.

"Yaudah bang, gue mau istirahat dulu, lu gak perlu khawatir gue gak akan pergi kemana mana kok". Ucap cyara sembari mematikan telponnya.

***
Pagi harinya, ruby hendak ke sekolah namun ia melihat wanita malam yang bersama ayahnya itu sedang berada di dapur hendak memasak. Ruby tak suka melihatnya.

"Ngapain sih dia di dapur bunda". Batin ruby tak suka. Ia pun melihat ayahnya keluar dari kamar membuat ruby kembali berjalan keluar hendak ke sekolah.

"Ruby". Panggil ayahnya membuat ruby berhenti dengan kesal.

"Kamu nggak sopan sekali ada tamu tapi gak beri salam". Ucap ayahnya membuat ruby mengepalkan kedua tangannya.

"Buat apa? Gue gak kenal sama dia". Jawabnya singkat sembari berjalan keluar hendak ke sekolahnya.

***

Sepertinya saya butuh 2 hari untuk update deh😁 soalnya kadang telat update mulu😂

Jangan lupa vomentnya💕

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang